nusabali

Penghasil Kakao Terbesar Belajar ke Jembrana

  • www.nusabali.com-penghasil-kakao-terbesar-belajar-ke-jembrana

Kualitas kakao Jembrana, khususnya biji kakao fermentasi menarik perhatian petani kakao dari Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat (Sulbar), untuk belajar ke Kabupaten Jembrana.

NEGARA, NusaBali

Sebanyak 30 petani kakao asal Sulbar yang menjadi salah satu daerah penghasil kakao terbesar di Indonesia itu, mengunjungi dua objek perkebunan kakao, yakni kebun kakao milik Made Sugandi, di Banjar Pasatan Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo, dan kebun kakao milik I Ketut Agus Suardikayasa di Banjar Berawantangi, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, , Rabu (11/7).

Ketua rombongan, Samsul Bachri, mengatakan pihaknya bersama puluhan petani kakao dari Polewali Mandar, sengaja belajar ke Jembrana karena mendapat informasi mengenai mutu kakao Jembrana, yang dinilai menjadi salah satu terbaik di Indonesia.

“Kami mendapat informasi jika ingin belajar tentang pemasaran, budidaya, peningkatan mutu kakao, itu ada di Jembrana. Untuk itu kami datang ke sini, belajar budidaya kakao, pengolahan, hingga strategi pemasaran,” ujarnya.

Menurut Samsul Bachri, di Sulbar ada dua kabupaten yang merupakan sentra penghasil kakao nasional, yaitu Polewali Mandar dan Mamuju, dengan total luas lahan kakao sekitar 14.000 hektare. Namun dari sisi kualitas kakao yang dihasilkan, belum terlalu memuaskan. “Dari segi kualitas memang masih berbeda. Jika di sana (Sulbar) harga kakao kisaran Rp 29.000 per kilogram. Di sini (Jembrana) sudah bisa diolah sampai fermentasi, dan bisa sampai Rp 50.000 per kilogram,” imbuhnya.

Salah satu anggota rombongan, Haji Satar, petani kakao dari Desa/Kecamatan Tapango, Polewali Mandar, mengaku bersyukur dibukakan pintu belajar ke Jembrana. Dari kunjungannya, dia banyak mendapat tambahan pengetahuan mengenai budidaya kakao. “Di sini kami melihat pertaniannya sudah menjurus ke organik. Kami juga dapat ilmu bagaimana memperlakukan tanaman, penyortiran biji kakao, dan banyak lagi. Teknologinya sangat memungkinkan kami terapkan di Sulbar, dan kami harapkan bisa menjadikan mutu kakao kami lebih baik,” harapnya.

Sementara itu Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana Komang Ariada, mengatakan kesuksesan petani kakao di Jembrana ini tidak terlepas dari dukungan Bupati, Wakil Bupati, Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, dan Yayasan Kalimajari. “Fokus kami memang selalu mempertahankan mutu kakao untuk jadi yang terbaik. Kami menyadari sejumlah buyer, seperti buyer dari Prancis sangat selektif dalam memilih kakao. Tidak hanya satu sample, mereka mencari sample hingga 16 titik,” ujarnya.

Karena mutu yang baik pasti berpengaruh terhadap harga jual. Harga kakao Jembrana yang sudah difermentasi bisa mencapai Rp 50.000 per kg. “Kami di sini mengejar mutu sesuai dengan keinginan buyer. Untuk kakao Jembrana memang memiliki profil aromatik dan kandungan lemak kakao terbaik. Karena kualitas itu, kakao Jembrana mendapatkan sertifikat UTZ. Itu juga didukung dengan tekstur tanah dan perawatan yang sangat baik,” tutur Ariada. *

Komentar