Debit Air Kecil, Tanam Padi Bergilir
Debit air kecil, sejumlah lahan pertanian di Bangli kekeringan. Imbasnya, petani bergilir tanam padi. Salah satunya yang tanam padi setahun sekali akibat kekurangan air yakni Subak Yangapi, Subak Pembungan Desa Jehem, dan Subak Bangkiangsidem Desa Bangbang.
BANGLI, NusaBali
Agar lahan tak menganggur, saat tak dapat giliran taman padi petani beralih ke tanaman holtikultura.
Sekretaris Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli, I Wayan Sarma, mengatakan debit air yang kecil mengharuskan petani bergilir untuk menanam padi. Meski sudah digilir tak jarang ada petani yang tidak kebagian air. Di Kecamatan Tembuku terdapat 17 subak dengan luas lahan 472 hektare, sebanyak 14 subak melakukan masa tanam satu tahun sekali dan tiga subak melakukan masa tanam satu setengah tahun sekali. Salah satunya Subak Yangapi Kecamatan Tembuku dengan luas lahan 28 hektare, Subak Pembungan Desa Jehem 33 hektare dan, Subak Bangkiangsidem Desa Bangbang 35 hektare.
Kasi Tanaman Pangan Dinas PKP Bangli, I Nengah Pugra, menambahkan meski tidak bisa menanam padi, para petani tetap berproduktifitas. Petani menyiasati dengan mengembangkan tanaman holtikultura. “Lahan pertanian tidak sampai menganggur. Banyak petani yang menanam kacang tanah. Setelah pasokan air mencukupi kembali menanam padi,” terangnya, Rabu (11/7). Pugra menambahkan, selain tanaman padi, tanaman jagung mulai dikesampingkan karena proses penanaman hingga panen cukup lama. Harga jual juga rendah. Berdasarkan evaluasi, target realisasi musim tanam jagung untuk pakan ternak triwulan dua Okrober 2017- Maret 2018 tidak tercapai.
Dari target yang dicanangkan seluas 1.400 hektare terealisasi baru 249 hektare (16,02%). Banyak lahan yang dulunya ditanamai jagung kini ditanami jeruk, bawang, dan cabe. “Tidak terealisasinya target karena banyak petani beralih menanam bawang dan cabe,” ungkapnya. Peralihan terjadi di Kecamatan Kintamani seperti di Desa Bayung Gede, Desa Katung, dan Desa Belancan. Begitupula petani yang ada di balik bukit, setelah mendapat bantuan pompa air beralih menanam tanaman jenis holtikultura. *e
Agar lahan tak menganggur, saat tak dapat giliran taman padi petani beralih ke tanaman holtikultura.
Sekretaris Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli, I Wayan Sarma, mengatakan debit air yang kecil mengharuskan petani bergilir untuk menanam padi. Meski sudah digilir tak jarang ada petani yang tidak kebagian air. Di Kecamatan Tembuku terdapat 17 subak dengan luas lahan 472 hektare, sebanyak 14 subak melakukan masa tanam satu tahun sekali dan tiga subak melakukan masa tanam satu setengah tahun sekali. Salah satunya Subak Yangapi Kecamatan Tembuku dengan luas lahan 28 hektare, Subak Pembungan Desa Jehem 33 hektare dan, Subak Bangkiangsidem Desa Bangbang 35 hektare.
Kasi Tanaman Pangan Dinas PKP Bangli, I Nengah Pugra, menambahkan meski tidak bisa menanam padi, para petani tetap berproduktifitas. Petani menyiasati dengan mengembangkan tanaman holtikultura. “Lahan pertanian tidak sampai menganggur. Banyak petani yang menanam kacang tanah. Setelah pasokan air mencukupi kembali menanam padi,” terangnya, Rabu (11/7). Pugra menambahkan, selain tanaman padi, tanaman jagung mulai dikesampingkan karena proses penanaman hingga panen cukup lama. Harga jual juga rendah. Berdasarkan evaluasi, target realisasi musim tanam jagung untuk pakan ternak triwulan dua Okrober 2017- Maret 2018 tidak tercapai.
Dari target yang dicanangkan seluas 1.400 hektare terealisasi baru 249 hektare (16,02%). Banyak lahan yang dulunya ditanamai jagung kini ditanami jeruk, bawang, dan cabe. “Tidak terealisasinya target karena banyak petani beralih menanam bawang dan cabe,” ungkapnya. Peralihan terjadi di Kecamatan Kintamani seperti di Desa Bayung Gede, Desa Katung, dan Desa Belancan. Begitupula petani yang ada di balik bukit, setelah mendapat bantuan pompa air beralih menanam tanaman jenis holtikultura. *e
Komentar