Tabanan Launching dan Gelar FGD Pengembangan Desa Wisata Lumbung Kauh
Keseriusan Pemkab Tabanan menggarap kawasan Nikosake (Nira, Kopi, Salak, dan Kelapa) diimplementasikan konsepnya untuk pertama kali dari Desa Lumbung Kauh, dengan melaunching dan Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Desa Wisata Lumbung Kauh, melalui pemberdayaan masyarakat berbasis pengolahan kelapa (coconut industries tourism) di Balai Banjar Delod Ceking, Selemadeg Barat, Kamis (11/7)
TABANAN, NusaBali
Acara dibuka oleh Asisten II Kabupaten Tabanan I Wayan Miarsana, ditandai dengan pemukulan gong. Hadir di acara tersebut Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (Bapelitbang) Tabanan Ida Bagus Wiratmaja yang sekaligus memimpin jalannya acara, dan Direktur Perusahaan Daerah Dharma Santika (PDDS) I Putu Sugi Darmawan.
Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Wayan Miarsana menjelaskan salah satu strategi dalam mewujudkan ‘Tabanan Serasi’ sesuai Perda 11 Tahun 2017 tentang RPJMD 2016-2021 adalah menggerakkan ekonomi kerakyatan melalui pemberdayaan masyarakat berbasis usaha pertanian dan pariwisata.
“Salah satu penerapannya kami telah menetapkan Perbup Nomor 24 Tahun 2018 tentang Action Plan Tourism Models melalui pengembangan agribisnis terintegrasi berbasis kearifan lokal dan pariwisata di kawasan nikosake,” ungkapnya.
Perbp ini diharapkan dijadikan rujukan dalam mengembangkan Desa Wisata Lumbung Kauh dan empat desa di kawasan nikosake lainnya yakni Desa Wanagiri, Belimbing, Sanda, dan Munduktemu.
Panitia Penyelenggara I Gede Alit Yasa menyampaikan tujuan kegiatan ini antara lain untuk mensosialisasikan kepada seluruh elemen masyarakat bahwa ada program baru yang disebut Discovery Nikosake sebagai kawasan pengembangan agribisnis terintegrasi berbasis kearifan lokal dan pariwisata. Hal itu ditindaklanjuti mulai dari Desa Lumbung Kauh sebagai desa wisata.
Ida Bagus Wiratmaja mengapresiasi Desa Lumbung Kauh yang bekerja keras untuk menyusun proposal dengan baik sehingga akhirnya terpilih sebagai desa wisata. Desa Lumbung Kauh memiliki banyak potensi alam, namun untuk saat ini diharapkan fokus kepada pengolahan kelapa.
Dalam acara tersebut juga dilakukan pemaparan dari I Gede Anom Sumerta dari Bapelitbang tentang konsep pengembangan. Hasil FGD ini dipakai untuk menyempurnakan konsep kerangka acuan kerja (KAK) yang telah didraft oleh Tim Perencana Bapelitbang. *d
Acara dibuka oleh Asisten II Kabupaten Tabanan I Wayan Miarsana, ditandai dengan pemukulan gong. Hadir di acara tersebut Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (Bapelitbang) Tabanan Ida Bagus Wiratmaja yang sekaligus memimpin jalannya acara, dan Direktur Perusahaan Daerah Dharma Santika (PDDS) I Putu Sugi Darmawan.
Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Wayan Miarsana menjelaskan salah satu strategi dalam mewujudkan ‘Tabanan Serasi’ sesuai Perda 11 Tahun 2017 tentang RPJMD 2016-2021 adalah menggerakkan ekonomi kerakyatan melalui pemberdayaan masyarakat berbasis usaha pertanian dan pariwisata.
“Salah satu penerapannya kami telah menetapkan Perbup Nomor 24 Tahun 2018 tentang Action Plan Tourism Models melalui pengembangan agribisnis terintegrasi berbasis kearifan lokal dan pariwisata di kawasan nikosake,” ungkapnya.
Perbp ini diharapkan dijadikan rujukan dalam mengembangkan Desa Wisata Lumbung Kauh dan empat desa di kawasan nikosake lainnya yakni Desa Wanagiri, Belimbing, Sanda, dan Munduktemu.
Panitia Penyelenggara I Gede Alit Yasa menyampaikan tujuan kegiatan ini antara lain untuk mensosialisasikan kepada seluruh elemen masyarakat bahwa ada program baru yang disebut Discovery Nikosake sebagai kawasan pengembangan agribisnis terintegrasi berbasis kearifan lokal dan pariwisata. Hal itu ditindaklanjuti mulai dari Desa Lumbung Kauh sebagai desa wisata.
Ida Bagus Wiratmaja mengapresiasi Desa Lumbung Kauh yang bekerja keras untuk menyusun proposal dengan baik sehingga akhirnya terpilih sebagai desa wisata. Desa Lumbung Kauh memiliki banyak potensi alam, namun untuk saat ini diharapkan fokus kepada pengolahan kelapa.
Dalam acara tersebut juga dilakukan pemaparan dari I Gede Anom Sumerta dari Bapelitbang tentang konsep pengembangan. Hasil FGD ini dipakai untuk menyempurnakan konsep kerangka acuan kerja (KAK) yang telah didraft oleh Tim Perencana Bapelitbang. *d
1
Komentar