Gunung Agung Erupsi, Abu Mengarah ke Selatan
Gunung Agung di Karangasem kembali erupsi, Jumat (13/7) siang pukul 14.09 Wita, disertai kepulan abu vulkanik setinggi 1.500 meter mengarah ke selatan
Suara Gemuruh Gunung Agung Bikin Resah
AMLAPURA, NusaBali
Akibatnya, sejumlah desa di sebelah selatan Gunung Agung terpapar abu vulkanik. Seme-ntara, suara gemuruh dari kawah Gunung Agung membuat pengungsi resah. Desa-desa yang terpapar abu vulkanik dengan intensitas tipis akibat letusan Gunung Agung kemarin siang, kebanyak berada di wilayah Kecamatan Selat. Di antaranya, Desa Amerta Bhuana, Desa Sebudi, Desa Duda Utara, Desa Duda, dan Desa Selat. Perbekel Duda, I Gusti Agung Ngurah Putra, mengakui di wilayahnya terjadi hujan abu. "Kami rasakan terjadi hujan abu. Hanya saja, kami belum dapat laporan dari 8 banjar dinas di wilayah Desa Duda," ungkap Ngurah Putra saat dikonfirmasi NusaBali, Jumat sore.
Perbekel Amerta Bhuana, I Wayan Suara, juga mengatakan hal senada. Menurut Wayan Suara, desanya yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Agung terpapar abu vulkanik. “Ini pertama kali wilayah Desa Amerta Bhuana terpapar hujan abu. Biasanya, selama ini abu terbang melewati Desa Amerta Bhuana,” jelas Wayan Suara. Disebutkan, warga Desa Amerta Bhuana yang berjumlah 3.625 jiwa merasakan adanya hujan abu di empat banjar, yakni Banjar Sukaluwih, Banjar Abiantiying, Banjar Tegeh, dan Banjar Muntig.
Sedangkan Perbekel Sebudi, Jro Mangku Tinggal, mengakui hujan abu sudah terjadi di desanya, sejak Kamis (12/7) lalu. "Di sini seharian hujan bercampur abu vulkanik," papar Jro Mangku Tinggal, Jumat kemarin.
Sementara, berdasarkan data dari Pos Pengamatan Gunung Api Agung PVMBG Ke-menterian ESDM di Banjar Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, erupsi kemarin siang terjadi dengan amplitudo 24 mm, berlangsung selama 1 menit 18 detik. Sesuai hasil rekaman melalui satelit sentinel 2B milik ESA, Kamis pagi pukul 10.16 Wita, kawah Gunung Agung masih diselimuti kabut abu sisa letusan sebelumnya. Sedangkan kondisi lava di dalam kawah tidak mengalami perubahan volume. Namun, lava seluas 40 meter x 40 meter masih panas, berwarna oranye.
Sementara itu, untuk mencegah gangguan kesehatan, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD Karangasem membagi-bagikan masker kepada warga yang melintas di Desa Duda dan sekitarnya, Jumat kemarin. Bahkan, petugas BPBD langsung memakaikan masker kepada setiap warga.
"Begitu ada hujan abu, warga wajib mengenakan masker, agar kesehatan terjaga. Sebab, abu gunung api sangat berbahaya, jangan sampai terhirup melalui pernapasan," kata Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, Ida Bagus Ketut Arimbawa, yang kemarin memimpin langsung timnya membagikan masker di wilayah Desa Duda, Kecamatan Selat.
Di sisi lain, suara gemuruh sambung menyambung dari kawah puncak Gunung Agung, membuat warga yang tinggal di KRB III dalam radius 6 kilometer jadi resah. Itu sebabnya, sebagian warga dari KRB III memilih mengungsi ke tempat aman. Mereka sudah mengungsi sejak beberapa hari lalu.
Hal ini diungkapkan Kelian Banjar Bhuana Kerta, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, I Wayan Tangkas, saat petugas PVMBG Kementerian ESDM "Kami setiap saat mendengar suara gemuruh. Karena merasa tidak nyaman, makanya 133 warga kami memilih mengungsi, sejak Senin (2/7) lalu, meskipun mereka tinggal di radius 6 kilometer dari kawah Gunung Agung," ungkap Wayan Tangkas.
Wayan Tangkas juga mempertanyakan ada apa sejatinya di balik suara gemuruh Gunung Agung itu. "Kenapa Gunung Agung terus menerus mengeluarkan suara gemuruh, apa maksudnya itu?" katanya kepada dua petugas PVMBG, Martono dan Dewa Mertayasa, di lokasi pengungsian kemarin.
Dalam penjelasannya, Martanto mengatakan suara gemuruh pertanda ada pergerakan material di saluran dapur magma Gunung Agung, selain tengah terjadi pengumpulan energi. "Suara gemuruh sebagai isyarat akan terjadinya letusan disertai keluarnya material gunung. Tapi, suara gemuruh itu juga tidak selalu disertai letusan," jelas Martanto dalam acara sosialisasi yang dihadiri pula Kepala Pelaksana BPBD Karangasem IB Ketut Arimbawa, Camat Bebandem I Gusti Ayu Sri Anjani, Bendesa Pakraman Komala I Wayan Merta, dan Sekretaris Relawan Pasebaya Agung I Wayan Suara Arsana tersebut.
Dalam acara sosialisasi itu, IB Arimbawa mengingatkan kepada masyarakat agar tidak resah dengan adanya suara gemuruh dari Hunung Agung. "Bagi warga yang mendengar suara gemuruh, kalau merasa kurang nyaman, silakan mengungsi, walau berada di luar radius 4 kilometer. Sebaliknya, bagi yang merasa nyaman, tidak perlu mengungsi," tandas IB Arimbawa.
IB Arimbawa menambahkan, petugas PVMBG melakukan sosialisasi kebencanaan, agar masyarakat lebih paham tentang bencana Gunung Agung, terutama yang dirasakan menyangkut dampak dari suara gemuruh, getaran, hembusan, dan letusan. Menurut dia, letusan itu disertai keluarnya material gunung, sedangkan kalau hembusan yang keluar hanya asap putih. "Makanya, kalau terjadi letusan disertai keluarnya abu, masyarakat mesti siap-siap menggunakan masker, agar tidak menghirup debu vulkanik,” katanya. *k16
AMLAPURA, NusaBali
Akibatnya, sejumlah desa di sebelah selatan Gunung Agung terpapar abu vulkanik. Seme-ntara, suara gemuruh dari kawah Gunung Agung membuat pengungsi resah. Desa-desa yang terpapar abu vulkanik dengan intensitas tipis akibat letusan Gunung Agung kemarin siang, kebanyak berada di wilayah Kecamatan Selat. Di antaranya, Desa Amerta Bhuana, Desa Sebudi, Desa Duda Utara, Desa Duda, dan Desa Selat. Perbekel Duda, I Gusti Agung Ngurah Putra, mengakui di wilayahnya terjadi hujan abu. "Kami rasakan terjadi hujan abu. Hanya saja, kami belum dapat laporan dari 8 banjar dinas di wilayah Desa Duda," ungkap Ngurah Putra saat dikonfirmasi NusaBali, Jumat sore.
Perbekel Amerta Bhuana, I Wayan Suara, juga mengatakan hal senada. Menurut Wayan Suara, desanya yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Agung terpapar abu vulkanik. “Ini pertama kali wilayah Desa Amerta Bhuana terpapar hujan abu. Biasanya, selama ini abu terbang melewati Desa Amerta Bhuana,” jelas Wayan Suara. Disebutkan, warga Desa Amerta Bhuana yang berjumlah 3.625 jiwa merasakan adanya hujan abu di empat banjar, yakni Banjar Sukaluwih, Banjar Abiantiying, Banjar Tegeh, dan Banjar Muntig.
Sedangkan Perbekel Sebudi, Jro Mangku Tinggal, mengakui hujan abu sudah terjadi di desanya, sejak Kamis (12/7) lalu. "Di sini seharian hujan bercampur abu vulkanik," papar Jro Mangku Tinggal, Jumat kemarin.
Sementara, berdasarkan data dari Pos Pengamatan Gunung Api Agung PVMBG Ke-menterian ESDM di Banjar Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, erupsi kemarin siang terjadi dengan amplitudo 24 mm, berlangsung selama 1 menit 18 detik. Sesuai hasil rekaman melalui satelit sentinel 2B milik ESA, Kamis pagi pukul 10.16 Wita, kawah Gunung Agung masih diselimuti kabut abu sisa letusan sebelumnya. Sedangkan kondisi lava di dalam kawah tidak mengalami perubahan volume. Namun, lava seluas 40 meter x 40 meter masih panas, berwarna oranye.
Sementara itu, untuk mencegah gangguan kesehatan, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD Karangasem membagi-bagikan masker kepada warga yang melintas di Desa Duda dan sekitarnya, Jumat kemarin. Bahkan, petugas BPBD langsung memakaikan masker kepada setiap warga.
"Begitu ada hujan abu, warga wajib mengenakan masker, agar kesehatan terjaga. Sebab, abu gunung api sangat berbahaya, jangan sampai terhirup melalui pernapasan," kata Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, Ida Bagus Ketut Arimbawa, yang kemarin memimpin langsung timnya membagikan masker di wilayah Desa Duda, Kecamatan Selat.
Di sisi lain, suara gemuruh sambung menyambung dari kawah puncak Gunung Agung, membuat warga yang tinggal di KRB III dalam radius 6 kilometer jadi resah. Itu sebabnya, sebagian warga dari KRB III memilih mengungsi ke tempat aman. Mereka sudah mengungsi sejak beberapa hari lalu.
Hal ini diungkapkan Kelian Banjar Bhuana Kerta, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, I Wayan Tangkas, saat petugas PVMBG Kementerian ESDM "Kami setiap saat mendengar suara gemuruh. Karena merasa tidak nyaman, makanya 133 warga kami memilih mengungsi, sejak Senin (2/7) lalu, meskipun mereka tinggal di radius 6 kilometer dari kawah Gunung Agung," ungkap Wayan Tangkas.
Wayan Tangkas juga mempertanyakan ada apa sejatinya di balik suara gemuruh Gunung Agung itu. "Kenapa Gunung Agung terus menerus mengeluarkan suara gemuruh, apa maksudnya itu?" katanya kepada dua petugas PVMBG, Martono dan Dewa Mertayasa, di lokasi pengungsian kemarin.
Dalam penjelasannya, Martanto mengatakan suara gemuruh pertanda ada pergerakan material di saluran dapur magma Gunung Agung, selain tengah terjadi pengumpulan energi. "Suara gemuruh sebagai isyarat akan terjadinya letusan disertai keluarnya material gunung. Tapi, suara gemuruh itu juga tidak selalu disertai letusan," jelas Martanto dalam acara sosialisasi yang dihadiri pula Kepala Pelaksana BPBD Karangasem IB Ketut Arimbawa, Camat Bebandem I Gusti Ayu Sri Anjani, Bendesa Pakraman Komala I Wayan Merta, dan Sekretaris Relawan Pasebaya Agung I Wayan Suara Arsana tersebut.
Dalam acara sosialisasi itu, IB Arimbawa mengingatkan kepada masyarakat agar tidak resah dengan adanya suara gemuruh dari Hunung Agung. "Bagi warga yang mendengar suara gemuruh, kalau merasa kurang nyaman, silakan mengungsi, walau berada di luar radius 4 kilometer. Sebaliknya, bagi yang merasa nyaman, tidak perlu mengungsi," tandas IB Arimbawa.
IB Arimbawa menambahkan, petugas PVMBG melakukan sosialisasi kebencanaan, agar masyarakat lebih paham tentang bencana Gunung Agung, terutama yang dirasakan menyangkut dampak dari suara gemuruh, getaran, hembusan, dan letusan. Menurut dia, letusan itu disertai keluarnya material gunung, sedangkan kalau hembusan yang keluar hanya asap putih. "Makanya, kalau terjadi letusan disertai keluarnya abu, masyarakat mesti siap-siap menggunakan masker, agar tidak menghirup debu vulkanik,” katanya. *k16
Komentar