nusabali

PKB, Politik Kebudayaan Masyarakat Bali

  • www.nusabali.com-pkb-politik-kebudayaan-masyarakat-bali

PKB adalah sebuah representasi budaya dalam pengejawantahan presentasi estetik yang sudah mendapatkan respek dan apresiasi.

Berkesenian adalah keseharian masyarakat Bali. Hidup matinya kesenian Bali berkaitan erat dengan denyut ritual agama Hindu masyarakat pulau ini yang senantiasa disertai dengan persembahan seni. Ngayah—menari, menabuh gamelan,  makidung, ngewayang dan seterusnya—dalam upacara keagamaan hingga hari ini tetap lestari sebagai ekspresi psiko-relegi masyarakatnya. Berkesenian adalah bagian dari totalitas kehidupan masyarakat Pulau Dewata. Seni sebagai sebuah persembahan memancarkan auranya dalam peristiwa budaya yang dikenal sebagai Pesta Kesenian Bali (PKB). 

PKB dapat dikedepankan sebagai politik kebudayaan masyarakat Bali di era globalisasi ini. Festival seni yang pada tahun 2018 ini mengangkat tema Teja Dharmaning Kauripan: Api Spirit Penciptaan, adalah sebuah proses reposisi kultural yaitu mencari sebuah posisi strategis dalam kontelasi pergaulan global yang berubah secara cepat. PKB menjadi semacam politik posisi seni budaya masyarakat Bali di tengah gelombang transformasi budaya. Gelombang transformasi budaya di tengah era globalisasi ini adalah atmosfer yang berkorelasi dengan sosio-kultural,  ekspresi seni pada khususnya, selain juga vibrasi sosial politik yang sedang berdinamika.

Kita  telah maklumi bahwa globalisasi dan hegemoni budaya massa telah menggeser keberadaan berbagai bentuk kesenian lokal. Dominasi kesenian dan hiburan massa dalam berbagai bentuk dan kemasannya, telah menimbulkan daya pesona yang kuat pada masyarakat lokal dan tradisi, sehingga menjauhkan mereka dari warisan kesenian tradisi mereka sendiri. Padahal di dalam sebagian besar budaya tradisi, kesenian merupakan bagian yang tak terlepaskan dari pandangan dunia masyarakat, yang diekpresikan lewat berbagai bentuk upacara, ritual dan festival.

Budaya massa dalam beragam bentuknya dan industri budaya sebagai salah satu karakter globalisasi adalah dua fenomena yang membawa gelombang transformasi budaya. Salah satu budaya massa yang mempunyai pengaruh begitu luas dan menyeluruh di dunia, termasuk di negara berkembang seperti Indonesia, adalah televisi.  PKB berawal ketika televisi, baik milik pemerintah maupun swasta, sedang berekspansi dengan sangat gencar di tengah masyarakat Bali. Kini, ketika televisi sebagai representasi hegemoni budaya massa semakin kokoh eksistensinya di ruang-ruang keluarga, PKB masih tampak tegar menunjukkan eksistensinya di tengah masyarakat Bali. 

Dalam konteks globalisasi, terjadi proses tarik menarik atau tegangan, dan pertandingan  diantara berbagai kekuatan budaya. PKB memposisikan seni budaya Bali sebagai budaya tanding globalisasi  dengan melakukan penguatan-penguatan lokal dan tradisi sembari memanfaatkan saluran globalisasi untuk melakukan sebuah proses penguatan budaya dengan tetap menjaga nilai-nilai hakiki tradisi itu. Di tengah derasnya industri budaya massa dalam era globalisasi ini,   PKB menunjukkan dirinya sebagai wahana yang kuat dan karismatik dalam merevitalisikan dan mengembangkan nilai-nilai seni budaya yang kontekstual serta bermakna  bagi berbagai pihak dalam perjalanannya yang dinamis. 

Zaman telah membuktikan, budaya atau kesenian yang dinamis akan lebih terbuka peluangnya untuk merengkuh puncak kejayaannya. Demikian pula perjalanan waktu telah menuturkan, kebudayaan yang fleksibel akan selalu kontektual dengan kehidupan ini. Pun kemajuan adab telah menorehkan, etos inovatif yang telah memberikan kontribusi penting bagi harkat kemanusiaan dan martabat suatu kebudayaan. PKB  merupakan representasi budaya tanding di tengah pertandingan budaya.

Sejak awal penyelenggaraannya, PKB berhasil menarik perhatian masyarkat Bali. Di kalangan para seniman Bali pada umumnya,  PKB dipandang sebagai arena berkesenian yang penting. Betapa tidak. Gairah berkesenian para seniman Bali cenderung membumbung  bila mendapat kepercayaan tampil di arena PKB. Bentuk-bentuk seni tradisi yang tergolong langka dengan segala cara disuguhkan komunitasnya. Begitu pula genre seni sekuler populer, digarap dan disajikan dengan sarat gereget dan penuh kesungguhan oleh para pelakunya. Para seniman alam di desa-desa hingga kalangan seniman akademis di lembaga pendidikan formal kesenian, menyambut antusias ajang PKB sebagai wahana berkesenian yang prestisius.  

Gengsi PKB, kini tak hanya dalam lingkup Bali, namun telah menasional bahkan bergaung secara internasional. Yang patut disyukuri, di tengah masyarakat Bali sendiri, PKB adalah sebuah representasi budaya dalam pengejawantahan presentasi estetik yang sudah mendapatkan respek dan apresiasi. Bertenteram damai dengan sejuknya seni merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bali. Melalui ekspresi kesenian, bersemai suatu peradaban sebagai tersimpannya  makna-makna kebudayaan. 

Apa yang dipandang sebagai kebudayaan yang dinamis, fleksibel, dan inovatif, teridentifikasi dalam geliat jagat seni. Dinamika seni budaya  ingin terus didorong disini terutama terhadap upaya atau kreativitas yang mengarah kepada kemajuan secara kualitatif dan kuantitatif  objek dan subjek jagat seni. Fleksibelitas yang mesti terus dikondisikan dalam PKB adalah penyesuaian-penyesuaian selektif kompromistis terhadap kemungkinan-kemungkinan konstruktif yang memberi arah kebudayaan, khususnya budaya Bali. Terakhir, inovasi mutlak digedor dalam pesta seni ini sebagai etos budaya yang tanggap terhadap perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat, khususnya aspirasi masyarakat Bali kekinian.*


Penulis : Kadek Suartaya


*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Komentar