Dukung Pengembangan Sport Tourism Berbasis Budaya, Tim Research STPBI Gali Potensi Mepantigan
Pemerintah Indonesia telah menetapkan target 20 juta kunjungan wisatan ke Indonesia pada tahun 2020. Untuk mencapai target tersebut perlu adanya upaya dalam membangun pariwisata bekelanjutan dengan mengembangkan pariwisata alternatif.
Satu jenis pariwisata alternatif yang mendapat banyak perhatian saat ini adalah wisata olahraga (sport tourism). Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia yang memiliki banyak daya tarik wisata seperti wisata alam, budaya, maupun wisata bahari yang turut berpartisipasi dalam pengembangan sport tourism. Gubernur Bali, Made Mangku Pastika menyatakan bahwa “Bali memiliki potensi yang besar dalam pengembangan sport tourism berbasis budaya.
Foto: Tim research STPBI, Ni Nengah Ariastini, Ni Made Ayu Natih Widhiarini dan Putu Eni Oktaviani
Dalam rangka kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Di bimbing oleh I Made Trisna Semara, ST.,M.Par, Tim STPBI yang terdiri dari tiga mahasiswi yaitu Ni Nengah Ariastini, Ni Made Ayu Natih Widhiarini dan Putu Eni Oktaviani mengangkat penelitian tentang Mepantigan Gulat Ala Bali sebagai atraksi wisata budaya dalam pengembangan sport tourism di Bali. Mepantigan merupakan seni pertunjukan budaya Bali yang mengkolaborasikan tarian kecak, gamelan gong, dan rindik dengan seni bela diri judo, karate, dan pencak silat secara berkelompok antara 10-50 orang diatas lumpur persawahan.
Bapak Putu Witsen Widjaya selaku pencipta Mepantigan menyatakan bahwa Mepantigan adalah sebuah permainan yang menyatu dengan alam, kegiatannya dilakukan di alam terbuka dengan memanfaatkan sarana dan prasarana dari alam seperti lumpur, bambu, daun kelapa kering, dan angsa. Dengan demikian, Mepantigan perlu dikembangkan untuk mendukung kelestarian budaya dan sport tourism sehingga dapat meningkatkan kualitas pariwisata Bali kedepannya. “Dampak positif yang akan ditimbulkan, Pertama terbukanya peluang investasi melalui kerja sama antara pemerintah, perusahaan swasta serta masyarakat di daerah-daerah potensi wisata, terkonservasinya budaya dan kearifan lokal Bali, terwujudnya pariwisata Bali yang berkualias, berkembangnya Sport Tourism berbasis budaya, terciptanya pariwisata berkelanjutan yang berbasis masyarakat, membuka akses dan perbaikan infrastruktur daerah, dan terakhir yaitu terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan perekonomian” Papar Ariastini selaku Ketua Tim.
Ayu Natih menambahkan “Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Mepantigan yang terletak di Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar dalam waktu 5 bulan. Pemilihan lokasi didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain : 1) Mepantigan merupakan daya tarik wisata yang unik dan pertama di Kabupaten Gianyar yang mengangkat seni bela diri tradisional serta sedang berkembang dan 2) Pondok Mepantigan menggabungkan seni bela diri yang ada di dunia dengan seni bela diri tradisional yang dilakukan di lumpur mengandung arti dan filosofi yang unik”.
Tim PKM-PSH (Program Kreativitas Mahasiswa – Penelitian Sosial Humaniora) ini mengajukan hibah dan sudah lolos sebesar Rp. 6.600.000 kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Eni menyatakan “Semoga dengan adanya hibah bantuan dari DIKTI tersebut, kami dapat mencapai luaran dan target capaian dari penelitian kami”. “Kami berharap penelitian kami ini bermanfaat bagi semua bagian yang terlibat dan dapat memberikan pengaruh yang signifikan pada Pariwisata di Bali khususnya pariwisata olahraga berbasis budaya yang berlandaskan pariwisata kerkelanjutan.” Tutup Ariastini.*
Penulis : Ni Made Ayu Natih Widhiarini
*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Komentar