Merangkap Balian, Guru Agama Tetap Profesional
Guru Agama Hindu di luar jam sekolah yang merangkap jadi balian (dukun), pamangku, dan profesi lainnya tetap diwajibkan profesional menjalankan tugas.
AMLAPURA, NusaBali
Terutama mengenai laporan administrasi guru. Kesibukan di luar jam sekolah merupakan pengabdian sosial masyarakat, bagian dari lima budaya kerja. Pengabdian itulah menumbuhkan sikap keteladanan di masyarakat.
Koordinator Pengawas Guru Agama Karangasem, I Wayan Puspa Sedana, mengatakan pengabdian masyararakat merupakan tugas teramat berat. Sebab guru agama selama ini menjadi sorotan publik. Apalagi sebagai balian, melakukan praktik pengobatan tradisional menolong orang sedang sakit sebagai pekerjaan mulia hanya saja risikonya berat. “Silakan saja jadi balian, jadi tukang terang, atau jadi pamangku. Asalkan tetap disiplin menjalankan tugas sebagai guru, tepat waktu melaporkan secara administrasi,” pinta Puspa Sedana saat menjadi narasumber workshop guru Agama Hindu di SDN 3 Subagan, Lingkungan Galiran, Kelurahan Subagan, Karangasem, Sabtu (14/7).
Workshop dengan Ketua Panitia I Gusti Bagus Ratu, didukung Ketua KKG (Kelompok Kerja Guru) Kecamatan Karangasem Ida Bagus Ngurah Padang, pengawas I Wayan Gotra, Kasek SDN 3 Subagan Ida Ayu Made Artini. Puspa Sedana mengatakan, pengabdian di masyarakat merupakan bagian dari implementasi lima budaya kerja, mampu menjaga integritas, kreatif melakukan inovasi, profesional, bertanggungjawab, dan mampu menciptakan keteladanan di masyarakat. “Menciptakan keteladanan itulah sangat berat, tetapi dengan melakukan pengabdian sosial di masyarakat, hal itu bisa tumbuh,” katanya.
Sementara Kepala Kantor Kementerian Agama Karangasem, Dr Ni Nengah Rustini MAg, mengakui keteladanan paling sulit. Tetapi berkat pengabdian di masyarakat, bisa menumbuhkan simpati kepada guru agama Hindu. Sisi keuntungannya di sela-sela melakukan pengabdian sosial, mampu menyelipkan sisi positif ajaran agama, terutama menyangkut makna upacara yang tengah berlangsung. “Jika semua guru agama Hindu di Karangasem melakukan inovasi, menyebarkan ajaran kedamaian memulai dari internal keluarga hingga lingkungan sekitarnya, niscaya tercipta kehidupan yang rukun dan damai,” kata Dr Rustini.
Sedangkan guru agama SDN 5 Bugbug, I Ketut Sandiyasa, termotivasi melakukan pengabdian sosial di masyarakat yang merupakan bagian dari implementasi lima budaya kerja. “Apalagi sikap keteladanan bisa didapatkan melalui pengabdian sosial masyarakat,” kata Sandiyasa. *k16
Terutama mengenai laporan administrasi guru. Kesibukan di luar jam sekolah merupakan pengabdian sosial masyarakat, bagian dari lima budaya kerja. Pengabdian itulah menumbuhkan sikap keteladanan di masyarakat.
Koordinator Pengawas Guru Agama Karangasem, I Wayan Puspa Sedana, mengatakan pengabdian masyararakat merupakan tugas teramat berat. Sebab guru agama selama ini menjadi sorotan publik. Apalagi sebagai balian, melakukan praktik pengobatan tradisional menolong orang sedang sakit sebagai pekerjaan mulia hanya saja risikonya berat. “Silakan saja jadi balian, jadi tukang terang, atau jadi pamangku. Asalkan tetap disiplin menjalankan tugas sebagai guru, tepat waktu melaporkan secara administrasi,” pinta Puspa Sedana saat menjadi narasumber workshop guru Agama Hindu di SDN 3 Subagan, Lingkungan Galiran, Kelurahan Subagan, Karangasem, Sabtu (14/7).
Workshop dengan Ketua Panitia I Gusti Bagus Ratu, didukung Ketua KKG (Kelompok Kerja Guru) Kecamatan Karangasem Ida Bagus Ngurah Padang, pengawas I Wayan Gotra, Kasek SDN 3 Subagan Ida Ayu Made Artini. Puspa Sedana mengatakan, pengabdian di masyarakat merupakan bagian dari implementasi lima budaya kerja, mampu menjaga integritas, kreatif melakukan inovasi, profesional, bertanggungjawab, dan mampu menciptakan keteladanan di masyarakat. “Menciptakan keteladanan itulah sangat berat, tetapi dengan melakukan pengabdian sosial di masyarakat, hal itu bisa tumbuh,” katanya.
Sementara Kepala Kantor Kementerian Agama Karangasem, Dr Ni Nengah Rustini MAg, mengakui keteladanan paling sulit. Tetapi berkat pengabdian di masyarakat, bisa menumbuhkan simpati kepada guru agama Hindu. Sisi keuntungannya di sela-sela melakukan pengabdian sosial, mampu menyelipkan sisi positif ajaran agama, terutama menyangkut makna upacara yang tengah berlangsung. “Jika semua guru agama Hindu di Karangasem melakukan inovasi, menyebarkan ajaran kedamaian memulai dari internal keluarga hingga lingkungan sekitarnya, niscaya tercipta kehidupan yang rukun dan damai,” kata Dr Rustini.
Sedangkan guru agama SDN 5 Bugbug, I Ketut Sandiyasa, termotivasi melakukan pengabdian sosial di masyarakat yang merupakan bagian dari implementasi lima budaya kerja. “Apalagi sikap keteladanan bisa didapatkan melalui pengabdian sosial masyarakat,” kata Sandiyasa. *k16
1
Komentar