Ekonomi Bali Melambat 6,73 Persen
Setahun, pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2015 mengalami pelambatan 6,73 persen. Namun pihak BI Namun, BI optimistis tahun 2016 ini akan tumbuh hingga 6,49 persen.
Selama 2015 Lalu, BI Sebut Pengaruh Kinerja Pariwisata
DENPASAR, NusaBali
Meski terlihat berjalan normal, namun ternyata pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali mengalami pelambatan selama tahun 2015. Menurut otoritas Bank Indonesia, hal ini dipengaruhi oleh kinerja pariwisata menurun sebagai dampak penutupan bandara akibat bencana alam erupsi gunung berapi.
"Pelambatan pada kinerja industri pariwisata itu disebabkan oleh penutupan beberapa periode Bandara Internasional Ngurah Rai sebagai dampak terjadi bencana alam," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Dewi Setyowati dalam diseminasi kajian ekonomi dan keuangan regional Provinsi Bali, di Denpasar, Kamis (17/3) dilansir Antara.
Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali menyebutkan kunjungan wisatawan mancanegara pada Agustus 2015 mencapai 303.621 orang. Jumlah kunjungan itu merosot hingga 20,6 persen jika dibandingkan Juli 2015 yang mencapai 382.683 orang.
Penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara juga terjadi pada periode November 2015 dengan jumlah wisatawan mancanegara mencapai 270.935 orang atau merosot sebesar 26,6 persen jika dibandingkan Oktober 2015 yang mencapai 369.447 orang.
Erupsi Gunung Raung terjadi pada Agustus 2015 dan Gunung Barujari terjadi pada November 2015. Peristiwa alam tersebut memaksa pihak terkait menutup operasional bandara, karena sebaran abu vulkanik itu mengarah ke wilayah udara Bali.
Kondisi tersebut kemudian memengaruhi kunjungan wisatawan dari sejumlah negara, karena terjadi penutupan bandara akibat erupsi. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi di Pulau Dewata 2015 yakni memcapai 6,04 persen atau mengalami pelambatan dibandingkan tahun 2014 mencapai 6,73 persen dengan nilai riil mencapai Rp177,17 triliun.
Sedangkan menurut triwulanan, bank sentral itu juga mencatat terjadi pelambatan pada triwulan IV 2015. Pada triwulan akhir tahun itu, pertumbuhan ekonomi Bali mencapai 5,96 persen atau melambat dibandingkan triwulan III yang mencapai 6,30 persen, dengan nilai agregat untuk hasil riil pada periode laporan tercatat sebesar Rp33,3 triliun.
Dewi lebih lanjut menjelaskan bahwa selain pelambatan ekonomi itu disebabkan oleh kinerja pariwisata, juga didorong oleh penurunan kinerja lapangan usaha pertanian yang disebabkan oleh El Nino.
Pelambatan kinerja ekspor sebagai dampak dari pelambatan perekononian global dan beberapa kebijakan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan khususnya terkait larangan "transhipment" dan larangan penggunaan eks kapal asing.
Namun, BI optimistis ekonomi di Provinsi Bali selama tahun 2016 tumbuh pada kisaran 6,09 hingga 6,49 persen yang salah satunya dipacu oleh penurunan harga bahan bakar minyak (BBM). "Harga BBM juga menggerakkan perekonomian, usaha-usaha semakin menggeliat," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Kamis.
Selain karena harga BBM yang menyesuaikan dan mendukung pertumbuhan ekonomi Bali, Dewi menilai perbaikan perekonomian global akan berdampak pada perbaikan kinerja ekspor seiring dengan ekspansi beberapa industri pengolahan.
Konsumsi dan investasi diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan upah minimum provinsi serta terjaganya tarif dasar listrik juga berperan memacu pertumbuhan ekonomi di Pulau Dewata.
"Serta proyek pembangunan infrastruktur oleh pemerintah," imbuhnya. Dari sisi penawaran, lanjut Dewi, perkiraan peningkatan perekonomian bersumber dari perkiraan peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian seiring dengan dukungan program pengembangan peningkatan produktivitas pertanian oleh pemerintah.
Industri pariwisata tahun ini juga diprediksi tumbuh lebih baik seiring dengan pemberlakuan bebas visa yang lebih luas diberikan pemerintah kepada sekitar 170 negara. "Pariwisata betul-betul harus ditata, unsur keamanan diyakinkan, jangan sampai ada 'cruise' batal, harus jelas itu kenapa," ucapnya. 7
Komentar