nusabali

'Cupak Meborbor' Tampil Menegangkan

  • www.nusabali.com-cupak-meborbor-tampil-menegangkan

Pemilihan judul Cupak Meborbor merupakan pengejawantahan tema PKB tahun ini, yakni api.

DENPASAR, NusaBali

Pertunjukan dari Sanggar Taman Giri Agung berjudul ‘Cupak Meborbor’, yang merupakan kolaborasi antara Wayang Kulit dan Babondresan nampak berbeda dengan kesenian lainnya. Kehadirannya pun mengundang perhatian pengunjung Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 saat ditampilkan di depan Gedung Kriya, Taman Budaya-Art Center, Denpasar, Selasa (17/7) malam.

Penampilan Cupak Meborbor berisi sebuah atraksi yang cukup menegangkan. Pasalnya, yang jadi pemeran Cupak beberapa kali berlarian dan bermain dengan api dalam sambuk (serabut kelapa). Belum lagi atraksi itu diselingi dengan sesekali memakan ayam yang masih hidup. Penonton pun merasa ‘ngeri-ngeri sedap’. Ada yang histeris, ada juga yang antusias menikmati setiap adegannya.

Menurut Jro Dalang Wayan Surna, 58, selaku dalang sekaligus sutradara pementasan, pemilihan judul Cupak Meborbor merupakan pengejawantahan tema PKB tahun ini, yakni api. “Api itu adalah tegana, dan sebagai orang Bali tentu tidak bisa di lepaskan begitu saja dengan api yang juga bisa dikatakan sebagai sumber kehidupan,” ujarnya usai pementasan.

Wayang Cupak sendiri merupakan kisah pewayangan yang diangkat melalui cerita rakyat Cupak Gerantang. Cupak Gerantang menggambarkan dua insan yang berbeda. Wayang Cupak menceritakan dua watak berbeda putra Bhatara Brahma, dimana Cupak sendiri dilambangkan dengan karakter angkuh, rakus dan Gerantang justru sebaliknya.

Karakter yang dibawakan Cupak bermula dari keinginan sang ibu untuk memiliki anak. “Seorang wanita yang ingin punya suami dan anak. Akhirnya karena wanita itu meminta anak dengan rasa emosi maka yang lahir itu wujudnya seram, mulut besar dan mata gede,” ucap Jro Dalang Surna.

Menurut Jro Dalang Surna, penampilan itu adalah kolaborasi pertama kali dan spesial. Hal ini karena pentasnya itu menjadi kado untuk Pemerintah Provinsi Bali, mengingat dia akan memasuki masa purnabakti pada Desember 2018. “Saya sudah memasuki masa purna bakti Desember ini, jadi ini adalah kado untuk Pemprov Bali, pertunjukan ini adalah pertama kali dan khusus dipentaskan di PKB,” ucap pria 58 tahun yang bertugas di Dinas Kebudayaan Provinsi Bali ini.

Kata Jro Dalang Surna, perlu waktu dua bulan untuk mempersiapkan pertunjukan tersebut dimana tidak sembarang orang bisa memerankan karakter Cupak. “Yang menarikan Cupak sih banyak yang bisa, tapi yang mampu menghidupkan ‘Taksu’ itu yang susah kita cari,” katanya.

Sementara Ketua Sanggar Taman Giri Agung, Anak Agung Gede Oka, mengaku jika penampilan malam itu dibuat lebih sederhana dari rencana awal. Pementasannya pun melibatkan hanya sekitar 20 orang. “Durasi kita pangkas menjadi dua jam. Sebenarnya kalau yang normal bisa sampai 3-4 jam. Karena kita lihat durasi yang dikasi ternyata tak cukup, jadi kita banyak lakukan pemangkasan,” jelasnya.

Sebagai sanggar seni yang baru dibentuk, merupakan kabar baik bagi Sanggar Taman Giri Agung bisa tampil di ajang sekelas PKB. AA Gede Oka mengatakan, sanggar ini terbentuk baru sekitar Maret 2018, merupakan sanggar yang berada di bawah naungan UPT Taman Budaya. Anggota sanggar, kata AA Gede Oka, sudah hampir 200 orang. Tidak saja fokus pada tari dan tabuh, Sanggar Taman Giri Agung juga memiliki kegiatan lain seperti melukis, karawitan. “Jarang sanggar baru bisa langsung masuk PKB. Mudah-mudahan ke depannya bisa terus bekerjasama seperti ini. Tahun 2019, kami rencanakan ada pedalangan juga, biar ada regenerasi,” harapnya. *ind

Komentar