nusabali

Sertifikat Olahraga Antar AKBP Dewa Ayu Ariani Jadi Polwan

  • www.nusabali.com-sertifikat-olahraga-antar-akbp-dewa-ayu-ariani-jadi-polwan

Jabatan terakhir AKBP (Purn) Dewa Ayu Made Ariani SAg M Fil H sebelum pensiun adalah sebagai Kasubbag Rohani Hindu, Budha dan Keyakinan lain pada Bagian Pembinaan Religi Biro Perawatan Personel SDM Mabes Polri

Perwira Polwan Asal Bali yang Pegang Jabatan Penting di Mabes Polri


JAKARTA, NusaBali
AKBP (Purn) Dewa Ayu Made Ariani SAg M Fil H, 58, merupakan salah satu perwira Polwan asal Bali yang pegang jabatan penting di Mabes Polri. Jabatan terakhirnya sebelum pensiun pada Februari 2018 lalu adalah sebagai Kasubbag Rohani Hindu, Budha dan Keyakinan lain pada Bagian Pembinaan Rligi Biro Perawatan Personel (Kasubbagrohhinbudkin Bagbinreligi Rowatpers) SDM Mabes Polri. Perempuan Tabanan ini bisa tembus jadi anggota Polri berkat sertifikat olahraga yang dikantonginya.

Dewa Ayu Made Ariani lahir dan menghabiskan masa kecilnya di Desa Megati, Kecamatan Kecamatan Selemadeg, Tabanan. Polwan kelahiran 5 Januari 1960 ini merupakan anak kedua dari 4 bersaudara keluarga pasangan Dewa Made Widya (almarhum) dan Dewa Ayu Ketut Rai. Masa kecilnya yang sulit menempa Ariani menjadi sosok kuat, terutama segi fisik.

Maklum semasa kecil, di mana sebagian orang menikmati masa-masa kecilnya dengan bersepeda, namun Ariani justru harus sibuk membantu orangtua mekuli saat panen tiba, agar bisa membeli pakaian dan memenuhi kebutuhan keluarga sehari-sehari. Dengan modal fisik yang kuat, Ariani menyukai mata pelajaran olahraga atletik, voli, dan kasto. Di atletik, dia spesialis lari jarak pendek 100 meter dan lompat jauh.

Ariani pun terpilih membela Tabanan ke ajang Pekan Olahraga Provinsi (Popsi) Bali untuk tampil di nomor lari 100 meter dan lompat jauh. Di dua nomor atletik ini, Ariani kebagian medali perak. Berkat sertifikat di olahraga ini, Ariani akhirnya diterima masuk dinas kepolisian. Kebetulan, dia memiliki tinggi badan lebih dari 160 cm.

Sebetulnya, setamat SMAN 1 Tabanan tahun 1980, Ariani sempat istirahat setahun untuk kursus mengetik dan akutansi di kawasan Kreneng, Denpasar. Karena ada informasi penerimaan Polwan, dia pun mendaftar di Komando Daerah Kepolisian (Kodak) Nusra---kini Polda Bali---tahun 1981. Dia melengkapi berkas-berkas yang diminta, termasuk sertifikat prestasi olahraga.

"Saat tes wawancara, saya ditanya hobinya apa? Saya jawab olahraga dan saya punya sertifikat prestasi," kenang Ariani saat ditemui NusaBali di Wantilan Pura Widya Dharma Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.

Ternyata, Ariani dinyatakan lolos seleksi sehingga lanjut menjalani pendidikan di Sepolwan Ciputat, Jakarta Selatan. Dia berangkat menggunakan jalur darat, diantar oleh sejumlah warga sekampungnya dengan naik truk. Kemudian, Ariani naik kerea api dari Banyuwangi ke Jakarta.

Berkat prestasi di olahraga, Ariani diarahkan berlatih judo, menembak, lari, lempar lembing, dan sepakbola putri saat menjalani pendidikan. Dia pun mewakili Polri di sejumlah kejuaraan. Di sepakbola putri, Ariani menempati posisi gelandang kiri dan sukses mempersembahkan gelar juara ketika mewakili Polri dalam kejuaraan antar-angkatan.

Bahkan, Ariani sempat tampil ke arena PON membela Sulawesi Selatan. Dia berhasil mempersembahkan medali dari cabang beladiri judo. "Kala itu, Polwan disebar ke provinsi yang tidak memiliki atlet. Saya kebagian ke Makassar untuk membela Sulawesi Selatan,” papar ibu dua anak dan satu cucu dari pernikahannya dengan Dewa Putu Oka ini.

Selesai pendidikan kepolisian, Ariani langsung ditugaskan di Dinas Kesehatan Mabes Polri. Meski tidak memiliki kemampuan medis, Ariani siap menjalankan tugas tersebut. Berhubung tidak memiliki saudara di Jakarta, dia ditampung sementara di rumah pembinanya. Berselang 6 bulan kemudian, Ariani tinggal di Mess Cipinang (Jakarta Timur), lalu pindah ke Mess Pasar Minggu (Jakarta Selatan).

Pada 25 Juli 1989, Ariani menikah dengan Dewa Putu Oka, pegawai administrasi umum di PT Pembangunan Perumahan (Persero). Dengan gaji pas-pasan yang jumlahnya hanya Rp 21.000 sebulan (kala itu), Ariani keluar dari mess dan kontrak rumah di bilangan Cilandak, Jakarta Selatan.

Ketika anak sulungnya, Dewa Ayu Sanjiwani, baru berusia setahun pada 1990, Ariani kembali menjalani pendidikan di Sekolah Calon Perwira (Secapa) Sukabumi, Jawa Barat. Beruntung, sang suami mendukung langkahnya. Selama pendidikan di Secapa, Ariani menjalaninya dengan tekun. Saat liburan, Ariani tidak pulang lantaran keterbatasan dana. Akibatnya, putri ciliknya tidak lagi bisa mengenali Ariani, karena berat badannya turun sampai 10 kg. "Namun, saya tetap bersyukur. Sebab, walau berat badan turun, kondisi tubuh saya tetap sehat dan pendidikan lancar," katanya.

Usai pendidikan Secapa tahun 1992, Arani balik bertugas di Dinas Kesehatan Bagian Kedokteran Polisi, dengan menjabat Kepala Bagian Tata Urusan Dalam di Lembaga Kedokteran Kepolisian (Kataud Ladokpol) Cipinang. Beberapa tahun kemudian, Ariani dipercaya sebagai Kepala Urusan Administrasi Sub Kedokteran Kepolisian. Lalu, dia pindah menjadi Kasubid Instalasi Forensik Dokpol di RS Polri Kramat Jati. Di bagian ini, Ariani setiap hari membuat laporan tentang jenazah yang tidak dikenal akibat kecelakaan lalu lintas dan peristiwa lainnya, termasuk jenazah pelaku teror Bom Bali.

Dari situ, Ariani kemudian ditugaskan sebagai Kepala Sub Departemen SDM RS Polri Kramat Jati. Selanjutnya, dia dipindah ke Bagian Rohani Hindu, Budha, dan Keyakinan Mabes Polri pada 2010. Duia bertugas di sini selama 8 tahun sampai 2018. Jabatan terakhir AKBP Dewa Ayu Made Ariani adalah Kasubbagrohhinbudkin Bagbinreligi Rowatpers SDM Polri, sejak 30 November 2010).

Tugasnya melakukan konseling terhadap anggota Polri yang memiliki masalah, memberikan nasihat dan masukan saat ada anggota beragama Hindu akan berumah tangga, hingga menjadi rohaniawan ketika kenaikan pangkat atau sertijab anggota beragama Hindu. Selain melaksanakan tugas pokok tersebut, Ariani juga mengajar di Selapa dan Sepima. "Saya mengisi di bagian agamanya," papar Ariani.

Selain pendidikan kepolisian, Ariani juga masih sempat-sempatnya menempuh pendidukan S1 dan S1. Jenjang S1 ditempuh Ariani di Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Darma Nusantara, Rawamangun, Jakarta Timur (selesai tahun 2003). Sedangkan jenjang S2 mengambil jurusan Filsafat di Institut Hundu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar hingga tamat tahun 2013.

Ariani sendiri sudah pensiun dari dinas kepolisian, Februari 2018. Meski sudah pensiun, perwira menengah Polri ini tidak bisa berdiam diri. Dia tetap aktif di organisasi keumatan seperti Wanida Hindu Dharma Indonesia (WHDI), Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI), serta kegiatan sosial dan seni di pura-pura. Selain itu, Ariani juga kerap dipercaya memandu acara ritual seperti pawiwahan maupun resepsi. k22

Komentar