Landasan Jembatan Gelar Jebol
Landasan jembatan di Sungai Gelar, Banjar Palungan Batu, Desa Batuagung, Kecamatan/Kabupaten Jembrana, yang terbuat dari kayu mulai keropos, dan di beberapa titik telah jebol.
NEGARA, NusaBali
Kondisi itu membahayakan warga yang melintas ataupun pengunjung wisata Sungai Gelar, yang biasa berfoto-foto di atas jembatan dengan sebutan jembatan merah itu. Dari informasi warga sekitar, Rabu (18/7), beberapa titik kayu landasan jembatan yang sudah jebol itu, telah dipasangi kayu seadanya. Namun penanganan secara swadaya oleh warga sekitar itu, hanya bersifat sementara. Karena masih ada renggang pada beberapa titik landasan jembatan penghubung Banjar Palungan Batu, Desa Batuagung dengan Lingkungan Munduk Waru, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, itu.
Kondisi landasan jembatan yang memprihatinkan di salah satu lokasi objek wisata itu, disesalkan sejumlah warga sekitar. Pasalnya, selain sebagai penunjang sarana pariwisata, jembatan yang tergantung dengan ketinggian sekitar 8 meter di atas sungai itu, merupakan salah satu akses penghubung terdekat antarwarga banjar sekitar. “Biasanya warga lewat bawa motor melintas di jembatan ini. Tetapi karena landasannya sudah tidak layak begini, harus hati-hati,” ujar seorang warga setempat.
Sesuai informasi warga setempat, sejatinya jembatan merah itu baru diperbaiki sekitar 2 tahun lalu. Selain dicat warna merah dan dipasangi sling untuk memperkuat pegangan jembatan, kayu-kayu landasannya juga diganti. Namun kayu landasan jembatan yang juga menjadi penunjang objek wisata menuju Monumen Lembah Merdeka, tersebut tidak kuat menahan beban dan pengaruh cuaca, sehingga kembali keropos, bahkan beberapa titik jebol.
Perbekel Batuagung Ida Bagus Komang Widiarta, ketika dikonfirmasi Rabu kemarin, membenarkan keroposnya sejumlah landasan jembatan di Sungai Gelar itu. Sebelumnya, landasan jembatan yang terbuat dari kayu itu, sempat diperbaiki oleh Pemkab Jembrana. Pengelolaan di kawasan wisata Sungai Gelar itu, sementara masih bersifat swadaya warga sekitar, sehingga ketika terjadi kerusakan, ditangani secara swadaya. “Pengelolaan di sana masih swadaya. Seperti untuk parkir kendaraan, dipungut secara swadaya. Kami dari desa juga belum menganggarkan untuk perbaikan jembatan itu, sehingga sementara ditangani swadaya,” ujarnya. *ode
Kondisi itu membahayakan warga yang melintas ataupun pengunjung wisata Sungai Gelar, yang biasa berfoto-foto di atas jembatan dengan sebutan jembatan merah itu. Dari informasi warga sekitar, Rabu (18/7), beberapa titik kayu landasan jembatan yang sudah jebol itu, telah dipasangi kayu seadanya. Namun penanganan secara swadaya oleh warga sekitar itu, hanya bersifat sementara. Karena masih ada renggang pada beberapa titik landasan jembatan penghubung Banjar Palungan Batu, Desa Batuagung dengan Lingkungan Munduk Waru, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, itu.
Kondisi landasan jembatan yang memprihatinkan di salah satu lokasi objek wisata itu, disesalkan sejumlah warga sekitar. Pasalnya, selain sebagai penunjang sarana pariwisata, jembatan yang tergantung dengan ketinggian sekitar 8 meter di atas sungai itu, merupakan salah satu akses penghubung terdekat antarwarga banjar sekitar. “Biasanya warga lewat bawa motor melintas di jembatan ini. Tetapi karena landasannya sudah tidak layak begini, harus hati-hati,” ujar seorang warga setempat.
Sesuai informasi warga setempat, sejatinya jembatan merah itu baru diperbaiki sekitar 2 tahun lalu. Selain dicat warna merah dan dipasangi sling untuk memperkuat pegangan jembatan, kayu-kayu landasannya juga diganti. Namun kayu landasan jembatan yang juga menjadi penunjang objek wisata menuju Monumen Lembah Merdeka, tersebut tidak kuat menahan beban dan pengaruh cuaca, sehingga kembali keropos, bahkan beberapa titik jebol.
Perbekel Batuagung Ida Bagus Komang Widiarta, ketika dikonfirmasi Rabu kemarin, membenarkan keroposnya sejumlah landasan jembatan di Sungai Gelar itu. Sebelumnya, landasan jembatan yang terbuat dari kayu itu, sempat diperbaiki oleh Pemkab Jembrana. Pengelolaan di kawasan wisata Sungai Gelar itu, sementara masih bersifat swadaya warga sekitar, sehingga ketika terjadi kerusakan, ditangani secara swadaya. “Pengelolaan di sana masih swadaya. Seperti untuk parkir kendaraan, dipungut secara swadaya. Kami dari desa juga belum menganggarkan untuk perbaikan jembatan itu, sehingga sementara ditangani swadaya,” ujarnya. *ode
1
Komentar