nusabali

Perahu Rusak, Nelayan Menangis

  • www.nusabali.com-perahu-rusak-nelayan-menangis

Cuaca buruk ini terjadi karena perubahan iklim yang terjadi di kawasan Australia yang berimbas pada laut di Bali.

Gelombang Tinggi Rusak 3 Perahu dan 4 Mesin Tempel

DENPASAR, NusaBali
Gelombang laut yang mulai tinggi di Pantai Matahari Terbit, Desa Sanur Kaja, Denpasar Selatan sejak Kamis (19/7) dinihari merusak tiga perahu berukuran 9,5 x 1 meter milik nelayan. Selain perahu, tiga mesin tempel milik nelayan dan satu mesin fastboat juga rusak berat dan tidak bisa dipakai kembali. Para nelayan yang menjadi korban pun menangis karena mereka merugi hingga puluhan juta rupiah.

Selain menghancurkan perahu, penyeberangan laut dari Pantai Sanur menuju Nusa Penida dan Nusa Lembongan harus ditutup total selama kurun waktu dua hari kedepan. Satu boat yang bersandar tepat di dermaga Pantai Sanur sempat terhempas yang mengakibatkan satu mesin dari tiga mesin tempel yang ditaruh di belakang boat hancur membentur karang.

Salah satu nelayan Buhari, 56, mengungkapkan, sebelum perahu-perahu mereka diterjang gelombang tinggi, sekitar 25 perahu setiap harinya diletakkan di bibir pantai Mertasari. Peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah diketahui nelayan. Namun, nelayan mengira tidak sekeras hempasan yang saat ini menerjang pantai di seluruh pesisir Denpasar.

Buhari mengaku, saat malam hari ombak masih terlihat tenang. Namun sekitar pukul 00.30 Wita ombak terdengar semakin membesar. Para nelayan baru sadar saat melihat perahu-perahu mereka luluh lantah diterjang ombak sekitar pukul 01.30 Wita. “Malam harinya sudah dengar dari teman kalau gelombang bakal besar. Tapi saya dan teman-teman lainnya mengira tidak sebesar ini, ternyata tinggi sampai 3 perahu viber dan 3 mesin tempel rusak parah tidak bisa dipakai lagi. Sampai matahari terbit gelombang sudah sedikit menurun baru kami bisa menggeser perahu ke pantai selatan,” ujarnya.

Buhari mengaku dengan kejadian tersebut nelayan mengalami kerugian sekitar Rp 181 juta. “Sekitar itu bahkan lebih kayaknya. Soalnya satu perahu viber saja harganya sekitar Rp 37 juta sekarang yang hancur ada 3 perahu, sama tiga mesin tempel yang harga semuanya sekitar Rp 70 juta,” jelasnya.

Padahal kata dia, perahu-perahu tersebut baru dibeli rata-rata tahun 2016. Dua diantaranya merupakan sumbangan dari Desa Sanur Kaja dan tidak bisa dipakai karena kondisi perahu tidak bisa diperbaiki kembali. Sedangkan mesin tempel ketiganya dalam kondisi rusak parah. “Dua perahu tidak bisa dipakai hanya tersisa badannya yang juga sudah hancur. Padahal baru dibeli, sedangkan mesin juga sama tidak bisa dipakai. Padahal salah satu mesin belum ada setahun belinya. Nelayan ada yang nangis liat perahunya rusak, darimana kami dapat modal lagi untuk melaut sebelumnya dua bulan gak ada ikan, sekalinya sudah mulai ada malah kena bencana,” ucapnya sedih.

Sementara Kepala Syahbandar Wilayah Kerja Sanur, Warsita saat ditemui di lokasi membenarkan kejadian tersebut menimpa nelayan di Sanur. Kata dia, gelombang saat ini di Pantai Sanur mencapai ketinggian sekitar 3-5 meter dengan kecepatan angin sekitar 15 knot. Hal itu disebabkan karena perubahan iklim yang terjadi di kawasan Australia yang berimbas pada laut di Bali.

Dengan kondisi cuaca tersebut pihaknya melakukan koordinasi untuk mengingatkan para nelayan dengan perahu agar tidak melakukan aktifitas demi keselamatan. Selain itu penundaan keberangkatan penyeberangan menuju Nusa Penida dan Nusa Lembongan juga dilakukan sejak pagi hari sesuai dengan imbauan BMKG.

Jika dipaksakan lanjut Warsita dikhawatirkan akan membahayakan penumpang boat. “Kami lakukan koordinasi untuk melayani keberangkatan penumpang. Sebab jika itu dipaksakan akan sangat berbahaya bagi pengangkutan menggunakan fastboat dan menggunakan mesin tempel yang rata-rata memiliki draft yang pendek akan sangat mudah terhempas saat ombak menerjang badan kapal dari samping,” jelasnya.

Warsita memprediksi cuaca ekstrim tersebut akan terjadi hingga hari ini, Jumat (20/7). “Namun kami juga tidak bisa memastikan karena faktor alam. Jadi kami hanya bisa memberikan imbauan dan melakukan pengawasan. Jika memang gelombang sudah mulai reda kami yakinkan semua aktifitas di laut akan bisa kembali normal,” ujarnya. *m

Komentar