nusabali

Nelayan Terombang-ambing di Laut

  • www.nusabali.com-nelayan-terombang-ambing-di-laut

“Saya sempat bermimpi kuping kemasukan ulat. Ternyata ini yang terjadi’’. (nelayan I Nyoman Lencod).

Mesin Perahu Mati Akibat Hantaman Gelombang

GIANYAR, NusaBali
Kisah nelayan terombang-ambing di laut karena mesin mati saat gelombang tinggi dialami seorang nelayan asal Banjar Rangkan, Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati, I Nyoman Lencod,45. Beruntung, suami Ni Made Sarpi ini bisa berenang sehingga berhasil mencapai bibir pantai tepat waktu. Namun perahunya hancur, peralatan pancingnya tak tersisa.

Ditemui di kediamannya, Kamis (19/7), Nyoman Lencod menjelaskan musibah mengancam nyawa itu terjadi karena ia lupa memompa mesin sebelum melaut. Kondisi mesin yang belum stabil pun menjadi rusak saat dihantam gelombang ketinggian sekitar 7 meter. Saking kerasnya hantaman gelombang, perahu yang dikemudikan sendiri itu terbalik. Secara spontan, ia melompat tanpa memakai pelampung. Saat masuk dalam air, ia sempat berpikir akan kehilangan nyawa. Terlebih, Lencod jatuh tepat pada gulungan ombak. Berkali-kali ia merasakan dirinya ditarik gulungan ombak, berkali-kali pula berusaha untuk meraih permukaan. “Saya sempat tenggelam sekitar 2 menit. Sudah berpikir gak akan selamat. Syukur, bisa naik ke permukaan,” jelas ayah 2 anak ini.

Kesempatan itu pun tak ia sia-siakan, dengan cepat ia berenang menuju ketepian. Lencod mengikuti arah gulungan ombak yang menuju bibir pantai. Perjuangannya berenang melawan gulungan ombak terjadi sekitar 15 menit. Akhirnya ia berhasil mendarat dengan nafas terengah-engah. Setelah di darat, Lencod mendapati lutut kaki kirinya luka lecet dan bagian tangan. “Untung gak kena mesin pas di air,” ujarnya.

Saat itu, Lencod tak sendiri. Ada dua perahu dari nelayan lain yang hendak melaut secara beriringan. Melihat Lencod dalam masalah, kedua perahu itupun berbagi peran untuk membantu. Perahu pertama melaju ke tengah laut sedangkan perahu lagi satu berjaga di sekitar tepian pantai. “Perahu yang ditengah laut stanby bilamana saya hanyut ke tengah. Perahu yang lagi satu berusaha menarik perahu saya yang terbalik agar bisa diarahkan ke tepian,” jelasnya.

Setelah mengalami musibah itu, Nyoman Lencod yang hobi mancing ini mengaku masih trauma untuk kembali melaut. Apalagi belakangan ini, gelombang laut cukup extrem. Maka itu, pihaknya berencana akan menggelar upacara pengulapan. Beberapa hari sebelum melaut, sejatinya ia sudah mendapat firasat buruk. “Saya sempat bermimpi kuping kemasukan ulat. Ternyata ini yang terjadi, kuping saya benar-benar penuh dengan air saat kejadian itu,” ungkap kakek seorang cucu ini.

Nyoman Lencod tak pernah mengira akan mengalami musibah itu. “Yang saya alami kayak film-film yang pernah saya tonton di TV. Saya bersyukur, bisa selamat. Perahu rusak bisa diperbaiki, alat hilang bisa dibeli,” ucapnya.

Dari kejadian ini, pihaknya pun berharap bantuan alat keselamatan kepada pemerintah. Terlebih dirinya sudah tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama ‘Segara Windu’ Banjar Rangkan Ketewel. Kube yang beranggotakan 82 nelayan ini, katanya, hanya mendapatkan memiliki satu alat keselamatan berupa pelampung. Alat itupun tak maksimal digunakan karena sekali melaut, bisa belasan hingga puluhan nelayan yang berangkat. “Cukup sering ada petugas dari perikanan ngecek ke sekretariat. Tapi cuma nanya berapa dapat ikan, gak pernah ada bantuan alat keselamatan,” ungkapnya.  

Sementara salah seorang nelayan yang membantu Nyoman Lencod, Nyoman Sudiarta mengungkapkan kondisi gelombang tinggi sudah terjadi sejak Rabu (18/7). Pihaknya pun melakukan pertolongan pada Nyoman Lencod sekitar 1 jam. “Dia mulai naik sekitar pukul 11.30 Wita. Sudah melewati sekitar 3 gulungan ombak tiba-tiba mesinnya mati. Perahu tidak bisa dikendalikan, hingga kena hantam gelombang. Kami yang melihat itu, langsung berusaha membantu,” terangnya.*nvi

Komentar