Tampil Sederhana, Selipkan Parodi
"Aspek bondres yang kami ambil adalah gaya permainan yaitu lawak tradisi, bahasa, cerita, tokoh, mimik, gerak dan iringan yang kami kombinasikan dengan kekinian"
Penampilan Kelompok Seni Sekdut Junior di GSAP
DENPASAR, NusaBali
Ada yang berbeda dari penampilan kelompok seni Sekdut Junior yang menghibur masyarakat dalam ajang Gelar Seni Akhir Pekan (GSAP) Bali Mandara Nawanatya di Kalangan Ayodya Taman Budaya Bali, Sabtu (19/3) malam lalu. Biasanya, bebondresan yang identik dengan wajah dihias beragam wujud yang lucu, menggunakan topeng, namun kelompok seni yang beralamat di Perumahan Taman Lembu Sura, Pohgading Denpasar Utara ini justru tak lagi menggunakan aneka ragam payas wajah (riasan muka) yang dicontrang contreng tak karuan, melainkan tampil dengan dandanan polos.
Di bawah pimpinan I Gede Tilem Pastika SSn, Sekdut Junior yang terbentuk pada tahun 2014 ini mencoba mengemas cerita bondres dengan memasukan unsur teater parodi. Alat-alat yang digunakan pun sederhana, seperti alat-alat pendukung simbolik antara lain panci, mainan ketapel, jaran-jaranan, pakaiannya juga seadanya, menggunakan jas hujan, helm, dan didukung musik kolaboratif gamelan Semarandana dan gitar, jimbe, piano dan sebagainya. Cerita yang dibawakan pun apik. Berjudul 'Nguber Puyung', Sekdut Junior mengetengahkan cerita bagaimana upaya mengejar impian dalam hidup dengan usaha yang keras meskipun dengan berbagai cara. Namun, keinginan yang keras dengan usaha yang salah bukan kebahagiaan yang di dapatkan melainkan hanya memperbanyak musuh.
Cerita ini mengadopsi kisah epic Ramayana dengan interprestasikan kekinian. Cerita diawali dengan pembabakan cerita pewayangan inovasi menggunakan media selembar kardus (kayonan). Dikisahkan seseorang yang ambisius, I Ngurah Wana mendapatkan keinginan dengan berbagai cara dan sisi lain ada seseorang, I Wayan Rame, mempertahankan kepunyaannya. Perdebatan dan perselisihan ini tentu membawa derita, seperti banyak kisah belakangan ini, hingga perang tiada henti dan membunuh saudara sendiri. "Aspek bondres yang kami ambil adalah gaya permainan yaitu lawak tradisi, bahasa, cerita, tokoh, mimik, gerak dan iringan yang kami kombinasikan dengan kekinian," ujar Tilem Pastika. Sedangkan interpretasi kekinian yang dimaksud, kata putra dari I Wayan Sugita seorang tokoh drama gong ini, adalah mencoba memasukkan unsur teater parodi baik dari cerita dominasi sajian pertunjukan ataupun cerita yang digunakan, namun tetap rohnya adalah tradisi. "Pendekatan ini kami harapkan menjadi media tepat bagi keberadaan bebondresan mengingat selain sebagai tontonan juga sebagai tuntunan dan nilai-nilai moril kepada masyarakat," harapnya.
Sekdut Bali Performing Art Community (Sekdut Junior) merupakan pengembangan dari Sanggar Sekdut (Sekaa Demen Ulian Tresna) di bawah pimpinan Drs I Wayan Sugita MSi, bergerak pada bidang seni pertunjukan dan sastra, akan tetapi secara spesifik Sekdut Junior bergerak dalam bidang pengembangan, inovasi dan penciptaan seni baru yang bersifat eksperimen. Sekdut Junior beranggotakan beberapa seniman muda yang berkumpul untuk melakukan beberapa aktivitas kesenian. Saat ini sebanyak 50 orang seniman muda tergabung dalam komintas tersebut.
Sementara I Wayan Sugita yang ikut mendampingi putranya saat pentas Sabtu malam lalu, mengaku menyerahkan sepenuhnya apa yang menjadi kehendak putranya dalam berkreatifitas. "Saya tetap mendukung apapun dilakukan putra saya, khususnya di bidang seni tidak ada batasan, lakoni dan berkarya," ucap pria yang terkenal sebagai Patih Agung berkarakter keras dalam kesenian drama gong ini.7 i
1
Komentar