nusabali

AKBP Ayu Suasti sebagai Sprinter Andal Setelah Jadi Polisi

  • www.nusabali.com-akbp-ayu-suasti-sebagai-sprinter-andal-setelah-jadi-polisi

AKBP (Purn) Gusti Ayu Suasti hampir saja tidak bisa mengkuti tes kesehatan saat seleksi calon Polwan tahun 1982, karena tak membawa uang. Beruntung, ada rekan tes yang mau meminjamkan Rp 5.000 untuknya

Perwira Polwan Asal Bali yang Pegang Jabatan Penting di Mabes Polri


JAKARTA, NusaBali
AKBP (Purn) Ni Gusti Ayu Ketut Suasti, 59, punya banyak kisah selama 35 tahun mengabdi sebagai Polisi Wanita (Polwan). Dia berhasil melenggang ke dinas kepolisian berbekal prestasinya di cabang olahraga atletik. Setelah masuk dinas kepolisian, perempuan Tavabab ini menjelma menjadi sprinter andal.

AKBP (Purn) Gusti Ayu Suasti adalah perwira Polwan asal Desa Batuaji Kaja, Kecamatan Kerambitan, Tabanan. Dia sudah 6 bulan pensiun dari dinas kepolisian, Januari 2018 lalu, dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Sub Bagian Pemeliharaan, Ketertiban, dan Disiplin (Kasubbag Hartibplin) di Propam Mabes Polri.

Pasca pensiun dari dinas kepolisian, perwira Polwan kelahiran 31 Desember 1959 ini lebih banyak menikmati hari-harinya dengan pulang ke kampung halamannya di Desa Batuaji, Kecamatan Kerambitan. Dia rajin menjenguk ibudanya, I Gusti Ayu Made Durni, yang kini berusia 98 tahun. Selain itu, Ayu Suiasti banyak membantu kakak keduanya, I Gusti Bagus Nyoman Swasta, yang membuka praktek pengobatan herbal di kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur.

Ayu Suasti mengisahkan, dirinya bisa menjadi Polwan secara tidak sengaja. Awalnya, dia bekerja sebagai pegawai administrasi non PNS di Kantor Walikota Denpasar. Suati ketika, dia membaca koran. Di sana dia melihat pengumuman pembukaan Polwan. Ayu Suasti yang semula ingin menjadi PNS pun mencoba keberuntungan dengan melamar di Polda Nusra---kini Polda Bali---tahun 1982 silam.

"Begitu lihat pengumuman di koran, besoknya penutupan pendaftaran. Saya segera pulang ke desa untuk melengkapi persyaratan. Saya hanya bilang kepada kakak pertama mengenai itu. Saya minta tandatangan dia untuk menandatangai surat pernyataan, kalau keluarga setuju saya masuk Polwan," kenang Ayu Suasti saat ditemui NusaBali di Wantilan Pura Widya Dharma, Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, belum lama ini.

Kendati mendaftar saat injury-time, Ayu Suasti ternyata dinyatakan lolos seleksi calon Polwan. Ketika tes kesehatan, dia harus menjalani rontgen dengan biaya sendiri. Ayu Suasti hampir saja tidak bisa mengkuti tes kesehatan, karena tak membawa uang. Untuk pulang ke kampung meminta uang kepada keluarga, tidak memungkinkan karena jaraknya jauh.

Beruntung, ada teman satu tesnya membawa uang lebih, sehingga mau memin-jamkan Rp 5.000 untuk Ayu Suasti. Sayangnya, ketika pengumuman, temannya yang meminjamkan uang itu justru tidak lulus seleksi calon Polwan, sementara Ayu Suasti dinyatakan lolos.

"Astungkara, itu benar-benar jalan Tuhan. Saya yang tidak punya saudara berpangkat dan tak punya uang, karena minjam untuk biaya rontgen, bisa lulus. Saya sangat berterima kasih kepada teman yang mau meminjamkan uangnya itu. Ketika lulus, saya langsung bayar utang Rp 5.000 itu," papar Ayu Suasti.

Setelah lolos seleksi, Ayu Suasti kemudian menjalani pendidikan kepolisian di Pusdik Sepolwan Ciputat, Jakarta Selatan. Lolos pendidikan Polwan ini kontan membuat kaget kedua orangtuanya. Sebab, mereka baru mengetahui Ayu Suasti masuk Polwan ketika menjelang berangkat ke Jakarta. “Itu hadiah istimewa saya kepada orangtua,” cerita Ayu Suasti.

Saat pendidikan di Jakarta, Ayu Suasti mendapat pertanyaan dari instruktur soal siapa yang memiliki prestasi? Tanpa pikir panjang, Ayu Suasti langsung angkat tangan dan menyatakan berprestasi di cabang olahraga atletik. Maklum, saat duduk di bangku SMEA Dwi Tunggal Tabanan, Ayu Suasti kerap dipercaya sekolahnya mengikuti kejuaraan di nomor lari jarak pendek 100 meter dan 200 meter.

Berkat prestasinya itu, Ayu Suasti kemudian menjadi bagian dari tim atletik kepolisian. Dia berkembang menjadi sprinter (pelari jarak pendek) yang andal. "Kala itu, olahraga sedang aktif-aktifnya di Polri," beber Ayu Suasti. Selama aktif membela tim atletik kepolisian periode 1982-1984, Ayu Suasti tampil di banyak kejuaraan. Banyak pula medali yang dia koleksi. Termasuk di antaraya raih medali perak nomor lari 100 meter dan 200 meter, serta estafet 4x100 meter dalam Sirkuit Jawa-Bali. Bahkan, Ayu Suasti sempat sabet medalu emas nomor sprit 100 meter dan estafet 4x100 meter di Kejurnas.

Kemampuan Ayu Suasti di cabang atletik terasah berkat aktivitas masa kecilnya yang sering mengambil air minum di Pancoran Song. Lokasi Pancoran Song sangat curam dan jauh dari kediamannya, sehingga menuntut Ayu Suasti harus kuat secara fisik dan terlatih. “Selain itu, di masa kecil saya juga kerap membantu orangtua di sawah sebelum berangkat ke sekolah,” tutur Ayu Suasti.

Sementara itu, Ayu Suasti awalnya ditempatkan bertugas di Bagian Personel Mabes Polri, lalu pindah ke Bagian Jasmani yang dilakoni sampai tahun 1997. Setelah itu, AKBP Ni Gusti Ayu Suasti pindah tugas ke Provos dan bertugas di sana hingga pensiun, dengan jabatan terakhir Kasubbag Hartibplin Mabes Polri.

Di Provos, tugasnya mengecek kehadiran anggota pada 24 satuan kerja, baik di kantor, saat apel, maupun acara lainnya. Bila ada anggota absen, Ayu Suasti harus mencari tahu alasannya apakah sakit, dinas, izin, atau bagaimana?

Selama 36 tajun bertugas sebagai Polwan, Ayu Suasti mengaku lebih banyak suka daripada dukanya. "Karena di mana pun saya ditugaskan, saya selalu mencintai tugas itu dengan sepenuh hati. Saya pun selalu hadir saat bekerja, kecuali jika sakit. Jadi, selama menjadi Polwan hingga purna tugas, saya selalu lancar-lancar saja. Saya sangat bersyukur atas semua itu," ucap anak ketiga dari enam bersaudara pasangan almarhum I Gusti Nyoman Cetug dan I Gusti Ayu Made Durni ini.

Ayah dari Ayu Suasti, yakni I Gusti Nyomnan Cetug,  merupakan pensiunan TNI AD dengan pangkat terakhir Kopral. Sementara ibunya, IGA Made Durni, seorang ibu rumah tangga. Meski begitu, Ayu Suasti salut dengan ibunya yang memiliki motivasi kuat, sehingga keenam anaknya berhasil dan rata-rata menjadi PNS.

Kakak pertama dari Ayu Suasti bekerja di Pemprov Bali, sementara kakak keduanya bekerja di Asabri. Sedangkan adiknya nomor empat guru di SMPN 1 Kerambitan, adiknya nomor lima jadi polisi di Jakarta dengan panglat Kompol. Sebaliknya, adik bungsu Ayu Suasti wiraswasta bidang air di Kendari, Sulawesi Tenggara.

Kakak kedua Ayu Suasti, yakni I Gusti Bagus Nyoman Swasta, merupakan lulusan S2 Universitas Indonesia (UI) Jurusan Keuangan. Dia sebelumnya menempuh pendidikan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Menurut Ayu Suasti, kakaknya ini memiliki kemampuan mengobati orang melalui obat-obatan herbal yang terbuat dari racikan kunyit, jahe, dan kencur. Dalam memberikan pengobatan, sang kakak tidak mematok biaya, justru kerap membantu yang tidak mampu. *k22

Komentar