nusabali

Anggaran Rp 600 Miliar, Libatkan Masyarakat Secara Massal

  • www.nusabali.com-anggaran-rp-600-miliar-libatkan-masyarakat-secara-massal

Pantas saja Walikota Surabaya Tri Rhismaharini sukses ‘menyulap’ Kota Surabaya menjadi bersih dan hijau.

Dari Kegiatan Media Informasi Pemprov Bali ke Surabaya

DENPASAR, NusaBali
Walikota perempuan yang sempat digadang-gadang menjadi Cagub Jawa Timur di Pilkada serentak 27 Juni 2018 lalu ini, rupanya tidak hanya punya komitmen keras dalam menata kota bersama birokrasi yang dipimpin. Banyak resep untuk menyulap wajah Kota Surabaya dari kondisi kumuh menjadi hijau dan apik hingga membuat Rhisma panen pujian dan segudang penghargaan termasuk diantaranya meraih ‘Global Green City’ dari PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).

Dalam kegiatan media informasi pembangunan Pemprov Bali dengan sejumlah awak media ke Surabaya, Jawa Timur 17-19 Juli 2018 kemarin terungkap anggaran dan komitmen bersama masyarakat menjadi resep sukses Walikota Rhisma. Dalam kegiatan media informasi dipimpin Kabag Data dan Dokumentasi Ida Bagus Surja Manuaba, Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali diterima Asisten II Bidang Administrasi Umum Setda Kota Surabaya Hidayat Syah.

Untuk penataan kota, operasional, gaji pegawai, kerjasama pihak ketiga dalam mengurus kebersihan Kota Surabaya tak tanggung-tanggung disediakan anggaran Rp 600 miliar setiap tahun. Dana tersebut belum termasuk bantuan CSR (Corporate Social Responsibility) dari beberapa perusahaan milik negara yang diajak bekerjasama oleh Pemkot Surabaya dalam menata wajah kota. “Anggaran kami untuk di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Rp 600 miliar. Itupun masih dibantu dana CSR setiap tahun untuk penataan kota. Pihak swasta mau membantu karena mereka juga punya komitmen untuk penataan Kota Surabaya. Kami bisa menggandeng mereka bukan semudah membalikkan telapak tangan, banyak tantangannya,” ujar Hidayat Syah di Balai Kota Surabaya, Selasa (17/7) siang.

Menurut Hidayat, Pemkot Surabaya menyiapkan anggaran untuk ‘menyulap’ Kota Surabaya menjadi bersih dan indah yang dikelola Dinas Kebersihan dan Pertamanan tersebut melibatkan partisipasi masyarakat. “Dulu sebelum Ibu Rhisma memimpin, orang buang sampah mungkin seenaknya. Sekarang masyarakat melihat orang buang sampah ke sungai ya ditangkapi ramai-ramai. Ini tidak mudah, kita mendidik, mensosialisasikan ke masyarakat tentang budaya hidup bersih, dengan penegakan aturan sangat tegas,” ujar mantan Kadis DKP Kota Surabaya ini.

Hidayat juga menegaskan sehebat apapun aturan, anggaran besar, pemimpin tegas kalau partisipasi masyarakat tidak bisa diwujudkan juga membuat program itu gagal. “Kita di Surabaya sudah biasa melihat Walikota kita itu ikut menyapu, hingga ikut bersih- bersih dengan masyarakat, TNI-Polri, Satpol PP hingga perusahaan-perusahaan diajak turun. Jadi partisipasi masyarakat yang paling besar disini perannya,” ujar Hidayat.

Menurut Hidayat, Kota Surabaya kini telah menjadi role model bagi banyak kota/kabupaten di Indonesia dalam hal pengelolaan sampah melalui program 3 R (reduce, reuse dan recycle). Untuk inovasi pengelolaan sampah banyak yang dilakukan Pemkot Surabaya.

Mulai dari penanganan sampah yang harus dipilah dulu secara mandiri di tingkat rumah tangga, untuk menghindari over kapasitas di TPA Benowo Surabaya. Karena jumlah sampah yang masuk ke TPA kira-kita sebesar 1.590 ton per hari. Selain pemilahan sampah mandiri dari rumah-rumah warga, Pemkot Surabaya juga memiliki 26 rumah kompos. Pemkot juga memiliki pusat daur ulang sampah di Jambangan dan juga di Sutorejo. Serta, di setiap kelurahan ada fasilitas lingkungan yang berperan untuk mengedukasi masyarakat perihal pentingnya pengelolaan sampah dari rumah. "Selain itu, sampah-sampah yang diangkut ke TPA, diangkut pakai mobil compactor, tidak lagi memakai bak terbuka. Meskipun belum semua. Tapi kami usahakan semua (bak) tertutup, supaya tidak berbau dan tercecer," tegas Hidayat.

Sementara Kabag Data dan Dokumentasi Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali IB Surja Manuaba menyampaikan komitmen bersama menjadi sebuah kunci keberhasilan, seperti yang diterapkan di Kota Surabaya. Selain itu anggaran besar Rp 600 miliar dari Rp 9,2 triliun APBD Surabaya juga memberikan dukungan. “Tetapi kalau tidak ada komitmen semua elemen masyarakat, tentu anggaran besarpun tidak ada artinya. Buktinya Ibu Rhisma bisa, karena mengajak serta melibatkan seluruh elemen di Surabaya,” ujar Surja Manuaba. *nat

Komentar