nusabali

Bangli Menjadi Destinasi Homestay PCMI Bali 2018

  • www.nusabali.com-bangli-menjadi-destinasi-homestay-pcmi-bali-2018

Enam peserta terpilih Program Pertukaran Pemuda antar Negara (PPAN) dan Kapal Pemuda Nusantara (KPN) angkatan 2018 mengikuti kegiatan homestay yang digelar oleh PCMI (Purna Caraka Muda Indonesia) Bali selama dua hari, dari Sabtu (21/07/2018) hingga Minggu (22/07/2018) di Bangli.

BANGLI, Nusabali
Dipaparkan langsung oleh ketua PCMI Bali, Ngurah Agung Riski Restuaji, bahwa kegiatan homestay ini merupakan acara rutinan yang telah dilaksanakan dari 5 tahun yang lalu, sejak 2014. Tujuan daripada diakan homestay ini sendiri adalah untuk memberi bekal kepada para peserta terpilih yang nantinya akan menjalani program pertukaran pemuda baik ke luar negeri maupun di dalam negeri agar lebih mengenal daerahnya melalui kunjungan kepariwisataan dan sentra-sentra industri yang terdapat di Bali. Peserta juga diajak berbaur dengan keluarga asuh di rumah yang mereka tempati. Itu mengapa kegiatan ini dinamakan homestay.

“Bercermin dari kebanyakan program pertukaran pemuda yang sebagian besar kegiatannya adalah homestay, jadi merupakan suatu kewajiban bagi masing-masing daerah untuk memberikan pengalaman kepada para dutanya untuk mengadakan homestay sebelum berangkat.” Tandas pria yang lebih akrab disapa Gung Riski ini.

Selain itu, homestay juga diadakan agar peserta mampu cepat beradaptasi dan terlatih cekatan ketika sudah terjun ke dalam homestay yang sesungguhnya di negara atau daerah tujuan nanti dan mengetahui apa yang kiranya patut atau pun yang tidak patut dilakukan.

Di tahun 2018 ini, Kabupaten Bangli terpilih menjadi destinasi homestay. Gung Riski pun menjelaskan, terpilihnya Bangli sebagai destinasi kelima dari acara homestay PCMI Bali yaitu karena Bangli terkenal dengan daya tarik desa wisatanya yang masih kental dan cukup merepresentasikan Bali yang dikenal melalui budayanya yang kental. Selain itu, Bangli juga tidak begitu jauh dari pusat kota, sehingga waktu tidak habis di jalan dan agenda dapat tetap dioptimalkan.

Di tahun-tahun sebelumnya, kegiatan homestay pernah dilaksanakan di beberapa kabupaten di Bali, diantaranya, Buleleng dan Ubud (2014), Karangasem dan Angantaka (2015), Klungkung dan Angantaka (2016), Tabanan dan Angantaka (2017), dan Bangli (2018). Biasanya di tahun-tahun sebelumnya, homestay dilaksanakan paling banyak 3 hari 2 malam di satu tempat untuk kunjungan pariwisata dan 1 hari lagi untuk latihan menari dan tata rias karena para peserta juga akan dituntut untuk menampilkan pertunjukan daerah di program nanti dan otomatis mereka juga harus belajar kesenian dan tata rias sendiri.

Gung Riski menambahkan, homestay tahun ini agak berbeda dan tidak seperti tahun-tahun terdahulu yang durasinya cukup lama dengan 2 tempat yang berbeda karena kebanyakan peserta terbentur dengan kegiatan kuliah, sementara bulan depan mereka sudah harus berangkat. Maka, tidak ada waktu lagi untuk menambah waktu dan destinasi homestay. Tambahan pula, kali ini peserta juga diwajibkan untuk membuat sebuah laporan perjalanan singkat tentang kegiatan mereka dari awal sampai akhir melalui perspektif seorang Bali. Hal ini tentu sangat berbeda dari homestay beberapa tahun sebelumnya mengingat dahulu homestay hanya dijadikan ajang untuk membangun silaturahmi antara peserta dan alumni.

Kegiatan ini diikuti oleh 6 peserta yang terdiri dari 4 program yang berbeda, yaitu program Indonesia Korea Youth Exchange Program (IKYEP) 1 orang, Ship for South East Asian and Japanese Youth Program (SSEAYP) 1 orang, Asean Students Visit India (ASVI) 1 orang, dan Kapal Pemuda Nusantara “Sail Moyo, Tambora, Nusa Tenggara Barat (SAMOTA)” 2018 sebanyak 3 orang.

Ada pun beberapa agenda yang dilakukan selama homestay yaitu pada hari pertama, berkunjung ke Museum Geopark Kintamani,

Foto: Para peserta diberikan informasi tentang gunung batur oleh pemandu (21/7) .-Dok.NusaBali

diskusi dan wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat di Desa Terunyan, berkunjung ke Kuburan Desa Terunyan.


Foto: Kuburan Desa Terunyan (21/7) .-Dok.NusaBali

Foto: Para alumni dan peserta di kuburan desa terunyan (21/7) .-Dok.NusaBali

berkunjung ke sentra industri Loloh Cemcem di Desa Pengotan, dan terakhir menuju tempat menginap yang berlokasi di beberapa rumah warga Desa Pengotan. 

Foto: Para peserta tiba di desa wisata penglipuran (22/7) .-Dok.NusaBali

Hari kedua dilanjutkan dengan berlatih tata rias dan sesi pemotretan.

Foto: Sesi pemotretan peserta KPN / PPAN (22/7) .-Dok.NusaBali

Setelah para peserta usai mengikuti program, mereka akan tergabung dalam sebuah organisasi yang kemudian disebut PCMI (Purna Caraka Muda Indonesia) yang mana adalah wadah bagi para alumni program yang telah purna dari tugasnya. PCMI sendiri berada di bawah naungan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) di setiap daerah, sementara di pusat dinaungi oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI.

Pada akhirya, Gung Riski selaku Ketua PCMI Bali menaruh harapan agar di homestay tahun-tahun mendatang mendapat durasi yang lebih panjang dari yang sekarang karena ada banyak hal yang perlu dipelajari oleh peserta sebelum berangkat, namun tetap harus ada hari yang dikorbankan untuk mewujudkan harapan tersebut karena pasti akan terbentur dengan urusan kuliah dan pekerjaan. *ph

Komentar