nusabali

Diplot Nomor 1, Tutik Melorot Jadi 2

  • www.nusabali.com-diplot-nomor-1-tutik-melorot-jadi-2

Diduga karena kekuatan lobi politik, Putu Supadma Rudana akhirnya dapat nomor urut 1 caleg DPR RI Dapil Bali di internal Demokrat

Tarung Berebut Kursi DPR RI Dapil Bali Mulai Terasa di Internal Demokrat

DENPASAR, NusaBali
Aroma pertarungan di internal caleg DPR RI dari Demokrat Dapil Bali untuk Pileg 2019, sudah mulai terasa. Indikasinya, incumbent Ni Putu Tutik Kusuma Wardhani yang awalnya diusulkan dapat nomor urut 1 dalam daftar caleg DPR RI dari Demokrat Dapil Bali, justru melorot ke nomor urut 2. Dia digusur incumbent lainnya, I Putu Supadma Rudana.

Informasi yang dihimpun NusaBali, Minggu (22/7), DPD Demokrat Bali mulanya mengusulkan Putu Tutik di nomor urut 1 dalam daftar caleg DPR RI Dapil Bali. Namun, terjadi saling telikung, di mana justru incumbent lainnya, Putu Supadma Rudana, yang akhirnya kebagian nomor urut 1. Padahal, semula Supadma Rudana menempati nomor urut 2 di belakang Putu Tutik. Sedangkan caleg new comer I Gede Ngurah Wididana alias Pak Oles, mendapat nomor urut 3.

Supadma Rudana adalah politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar yang kini menjabat Wakil Sekjen DPP Demokrat. Supadma Rudana baru beberapa bulan maju ke Senayan sebagai anggota Fraksi Demokrat DPR RI Dapil Bali dengan status PAW, menggantikan Putu Sudiartana yang ditangkap KPK karena kasus suap.

Sedangkan Putu Tutik adalah Srikandi Demokrat asal Singaraja, Buleleng yang sempat menjabat Ketua Komisi II DPRD Bali 2009-2019. Putu Tutik lebih dulu beberapa bulan dari Supadma Rudana maju ke Senayan sebagai wail rakyat Bali. Dia mengisi satu kursi lowong Fraksi Demokrat DPR RI Dapil Bali yang tidak pernah diduduki Jero Wacik, yang jadi terpidana kasus korupsi.

Sumber NusaBali di lingkaran Demokrat menyebutkan, Putu Tutik awalnya diusulkan dapat nomor urut 1 sebagai caleg DPR RI dari Demo-krat Dapil Bali, sementara Supadma Rudana di nomor urut 2. "Tapi, karena lobi-lobi politik, akhirnya Putu Tutik melorot ke nomor urut 2. Nomor urut ini berpengaruh dalam sosialisasi di bawah. Semakin kevil nomort urut, kian mudah sosialisasi dan lebih bergengsi juga," ungkap salah satu kader Demokrat kepada NusaBali, Minggu kemarin.

Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah kemarin, Ketua DPD Demokrat Bali I Made Mudarta mengakui Putu Tutik memang sejak awal pembahasan caleg sampai diusulkan ke DPP Demokrat, menduduki posisi nomor urut 1 untuk kursi DPR RI Dapil Bali. Di belakang Putu Tutik, barulah Supadma Rudana dan seterusnya. "Tapi, kami tidak tahu keputusan DPP Demokrat. Karena kami usulkan itu atas dasar pemba-hasan di Bali. Caleg-caleg yang kami kirimkan itu sifatnya usulan," papar Mudarta.

Menurut Mudarta, nomor urut dan nama-nama caleg yang disetorkan ke KPU RI adalah keputusan Ketua Majelis Tinggi DPP Demokrat. "Soal nomor urut, itu kewenangan Pak SBY sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat. Kami tunduk dengan keputusan itu. Apa pun keputusannya, kami tunduk," tegas Mudarta.

Mudarta pun meminta para caleg yang sudah didaftarkan ke KPU RI tidak memasalahkan nomor urut lagi. Sebab, keterpilihan caleg tergantung sosialisasi mereka di akar rumput dan investasi sosialnya di masyarakat. "Sekarang nomor urut bukan masalah. Kalau memang calegnya punya jaringan, pasti tetap dipilih rakyat."

Sementara itu, Putu Tutik mengatakan dirinya tetap tunduk dengan keputusan partai. Walaupun nomor urut berubah dari posisi 1 menjadi nomor 2, dia tidak terlalu memasalahkannya. "Semua usulan itu dari Bali. Yang memutuskan adalah DPP Demokrat. Saya akan tetap bekerja keras untuk memenangkan Demokrat. Target saya mendulang suara dan membesarkan partai, supaya Demokrat bisa jadi pemenang Pemilu 2019," jelas Putu Tutik kepada NusaBali secara terpisah, Minggu ke-marin.

Menurut Putu Tutik, daftar caleg DPR RI Dapil Bali sudah didaftarkan DPP Demokrat ke KPU RI, 17 juli 2018 lalu. "Urusan dapat nomor urut berapa, bagi saya tetap sebuah kepercayaan dari partai. Jadi, saya harus habis-habisan di Pileg 2019 nanti supaya bisa lolos mewakili rakyat Bali di Senayan,” tandas mantan Calon Bupati Buleleng dari Demokrat dalam Pilkada 2012 ini.

Sebaliknya, Supadma Rudana mengatakan penetapan daftar caleg dan nomor urut yang diserahkan ke KPU RI adalah kewenangan DPP Demokrat. "Kalai nama caleg sementara dan penetapan nomor urut, tentu itu pertimbangan DPP Demokrat dan keputusan Pak SBY. Jadi, kita sebagai kader partai tunduk dengan keputusan Pak SBY selaku Ketua Majelis Tinggi. Saat pendaftaran bakal caleg DPR RI ke KPU RI, saya kebetulan sedang tugas dina ke Papua Nugini sebagai anggota parlemen," kilah Supadma Rudana, Minggu kemarin.

Dalam Pileg 2019, Demokrat pasang 9 caleg ke kursi DPR RI Dapil Bali. Dari 9 caleg tersebut, hanya 3 orang yang dikenal luas di Bali dan diperkirakan mampu mendulang suara signifikan, yakni Putu Tutik, Supadma Rudana, dan I Gede Ngurah Wididana alias Pak Oles.

Pak Oles merupakan politisi lawas asal Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Buleleng yang kini menjabat Ketua Bappilu DPD Demokrat Bali. Mantan anggota DPRD Bali 2009-2014 ini sebelumnya sempat maju tarung ke DPR RI dari Hanura Dapil Bali dalam Pileg 2014. Namun, kala itu Pak Oles gagal lolos ke Senayan, meskipun mendulang sekitar 40.000 suara.

Sedangkan 6 caleg DPR RI dari Demokrat Dapil Bali lainnya merupakan kandidat debutan yang belum dikenal di Bali. Mereka masing-masing Ida Ayu Tikayanti, Erlangga Bramantya, Woro Pujiasuti, Kunti Ksama Wumatsari, Inggita Djijamanggala, dan RR Roro Putri Asoka.

Trio Putu Tutik, Supadma Rudana, dan Pak Oles nantinya akan bertarung dengan para caleg unggulan dari parpol lain. Termasuk di antaranya 6 incumbent DPR RI Dapil Bali lainnya, yakni I Made Urip (PDIP), I Gusti Agung Rai Wirajaya (PDIP), I Gusti Agung Putri Astrid Kartika (PDIP), Gede Sumarjaya Linggih alias Demer (Golkar), AA Bagus Adhi Mahendra Putra alias Gus Adhi (Golkar), dan IB Putu Sukarta (Gerindra).

Selain itu, ada sederet caleg new comer dari berbagai parpol yang sudah memiliki nama besar dan basis massa dalam tarung berebut kursi DPR RI Dapil Bali di Pileg 2019 mendatang. Mereka, antara lain, I Nyoman Parta (politisi PDIP asal Gianyar yang kini Ketua Komisi IV DPRD Bali), I Ketut Kariyasa Adnyana (politisi PDIP asal Buleleng yang anggota DPRD Bali tiga kali periode), I Wayan Geredeg (politisi Golkar yang mantan Bupati Karangasem dua kali periode), hingga I Ketut Sudi-kerta (Ketua DPD I Golkar Bali yang kini masih mkenjabat Wakil Gubernur Bali). *nat

Komentar