2 Bocah SD Duel Maut, 1 Tewas
Gara-gara buku hilang, bocah tusuk temannya dengan gunting
GARUT, NusaBali
FNM (12), bocah kelas 6 sekolah dasar di Kecamatan Cikajang, Garut, tewas dengan luka sabetan benda tajam. FNM diduga tewas setelah berkelahi dengan teman sekelasnya, Hkm (12). Kapolsek Cikajang AKP Cecep Bambang membenarkan hal tersebut. Cecep mengatakan kejadian tersebut terjadi pada Jumat (20/7).
"Jadi Hkm ini kehilangan buku, kemudian keesokan harinya (Sabtu 21/7) buku yang hilang tersebut ada di bawah meja belajar FNM. Selepas pulang sekolah, Hkm menuduh jika FNM yang mencuri bukunya sehingga terjadi pertikaian," ujar Cecep kepada wartawan di kantornya, Jalan Raya Cikajang-Garut, Cikajang, Selasa (24/7).
Perkelahian dua bocah tersebut terjadi sepulang sekolah di kawasan Kampung Babakan Cikandang. Karena terdesak, Hkm kemudian mengeluarkan gunting dari dalam tasnya dan mengarahkannya ke FNM. Sekitar 10 menit berlangsung, perkelahian tersebut kemudian dilerai oleh seorang warga. "Korban mengalami luka di kepala dan punggung," kata Cecep.
Mengapa Hkm membawa gunting ke sekolah? "Saat itu Hkm membawa gunting karena di sekolah ada pelajaran seni budaya. Di mana para siswa belajar membuat kerajinan dari kertas," ujar Cecep. Setelah perkelahian tersebut, pihak keluarga sempat membawa FNM ke RS Garut untuk mendapatkan perawatan intensif. Namun sayang, nyawa bocah tersebut tak mampu terselamatkan. FNM meninggal pada Minggu (22/7) siang di RS Garut.
Sejauh ini pihak keluarga menolak proses autopsi jenazah FNM. Namun ada salah seorang kerabat korban yang mengunggah foto FNM di medsos. Petugas bergerak dan mengecek ke lokasi kejadian. "Setelah diselidiki memang betul ada kejadian itu. Tapi keluarga berdalih menangani kasus tersebut secara kekeluargaan," katanya.
Saat ini, sambung Cecep, polisi turun tangan menyelidiki. Polisi sedikit kesulitan karena pihak keluarga menolak proses autopsi. Polisi berhati-hati dalam menangani kasus ini. "Keluarga sudah menyatakan menolak autopsi," ujar Cecep seperti dilansir detik.Polisi berjanji mengusut tuntas kasus tersebut. Tentu saja polisi, Cecep menambahkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Bapas.
"Hari ini kita akan koordinasi dengan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dan Balai Pemasyarakatan (Bapas). Karena terkait pelaku yang masih di bawah umur," ujar Cecep. Budi menambahkan, guna mengusut kasus ini secara mendalam, pihaknya menerjunkan Tim Inafis dan menghadirkan para saksi untuk dimintai keterangan. "Kita periksa kembali saksi-saksi. Kita proses sesuai hukum," kata Budi. *
FNM (12), bocah kelas 6 sekolah dasar di Kecamatan Cikajang, Garut, tewas dengan luka sabetan benda tajam. FNM diduga tewas setelah berkelahi dengan teman sekelasnya, Hkm (12). Kapolsek Cikajang AKP Cecep Bambang membenarkan hal tersebut. Cecep mengatakan kejadian tersebut terjadi pada Jumat (20/7).
"Jadi Hkm ini kehilangan buku, kemudian keesokan harinya (Sabtu 21/7) buku yang hilang tersebut ada di bawah meja belajar FNM. Selepas pulang sekolah, Hkm menuduh jika FNM yang mencuri bukunya sehingga terjadi pertikaian," ujar Cecep kepada wartawan di kantornya, Jalan Raya Cikajang-Garut, Cikajang, Selasa (24/7).
Perkelahian dua bocah tersebut terjadi sepulang sekolah di kawasan Kampung Babakan Cikandang. Karena terdesak, Hkm kemudian mengeluarkan gunting dari dalam tasnya dan mengarahkannya ke FNM. Sekitar 10 menit berlangsung, perkelahian tersebut kemudian dilerai oleh seorang warga. "Korban mengalami luka di kepala dan punggung," kata Cecep.
Mengapa Hkm membawa gunting ke sekolah? "Saat itu Hkm membawa gunting karena di sekolah ada pelajaran seni budaya. Di mana para siswa belajar membuat kerajinan dari kertas," ujar Cecep. Setelah perkelahian tersebut, pihak keluarga sempat membawa FNM ke RS Garut untuk mendapatkan perawatan intensif. Namun sayang, nyawa bocah tersebut tak mampu terselamatkan. FNM meninggal pada Minggu (22/7) siang di RS Garut.
Sejauh ini pihak keluarga menolak proses autopsi jenazah FNM. Namun ada salah seorang kerabat korban yang mengunggah foto FNM di medsos. Petugas bergerak dan mengecek ke lokasi kejadian. "Setelah diselidiki memang betul ada kejadian itu. Tapi keluarga berdalih menangani kasus tersebut secara kekeluargaan," katanya.
Saat ini, sambung Cecep, polisi turun tangan menyelidiki. Polisi sedikit kesulitan karena pihak keluarga menolak proses autopsi. Polisi berhati-hati dalam menangani kasus ini. "Keluarga sudah menyatakan menolak autopsi," ujar Cecep seperti dilansir detik.Polisi berjanji mengusut tuntas kasus tersebut. Tentu saja polisi, Cecep menambahkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Bapas.
"Hari ini kita akan koordinasi dengan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dan Balai Pemasyarakatan (Bapas). Karena terkait pelaku yang masih di bawah umur," ujar Cecep. Budi menambahkan, guna mengusut kasus ini secara mendalam, pihaknya menerjunkan Tim Inafis dan menghadirkan para saksi untuk dimintai keterangan. "Kita periksa kembali saksi-saksi. Kita proses sesuai hukum," kata Budi. *
Komentar