Tak Ada Bantuan, Petani Ngambul
Lahan Tanam Tembakau Langsung Merosot
SINGARAJA, NusaBali
Luas lahan tanam tembakau di Buleleng tahun ini disebut mengalami penurunan sangat tajam hampir lima puluh persen. Hal tersebut bukan karena cuaca tak mendukung. Petani pun disebut ngambul karena tahun ini mereka tidak kebagian bantuan pupuk dan obat dalam pemeliharaan tanaman tembakau. Padahal tahun ini harga tembakau sedang bagus dan berpeluang untung besar.
Hal tersebut menyusul adanya kebijakan Kementerian Keuangan (Kememkeu) RI, yang mengalokasikan Dana Hasil Cukai dan Hasil Tembakau (DBHCHT) ke bidang kesehatan. Sehingga tidak terjadi pembagian yang proporsional. Bahkan kebanyakan DBHCHT digelontorkan untuk pelayanan BPJS.
Kasi Pembenihan dan Perlindungan Perkebunan, Dinas Pertanian Buleleng, I Gusti Agung Made Adnyana ditemui di ruangannya Rabu (26/7) kemarin memaparkan penurunan luas lahan tanam tembakau yang saat ini hanya berjumlah 335 hektare merupakan kekecewaan petani. Padahal di tahun 2017 lalu luas tanam mencapai 600 hektare lebih.
“Petani kami banyak yang kecewa dengan tidak adanya alokasi pupuk dan obat gratis yang biasanya didapat dari DBHCHT. Malah sekarang 90 persen diambil oleh kesehatan padahal itu adalah cukai tembakau, petani kami kan juga perlu,” kata dia.
Bantuan pupuk dan obat pembasmi hama pun dinyatakan olehnya snagat diperlukan petani. Bantuan dari pemerintah itu disebut akan meringankan biaya produksi perkebunan tembakau yang cukup tinggi.
Untuk dua hektare lahan tembakau, petani bisa menghabiskan biaya operasional hingga Rp 60 juta. Permodalan yang cukup besar itu dapat tertertutupi jika tanaman tembakaunya tak terserang hama dan cuaca mendukung. Dua hektare lahan tembakau yang bagus dalam musim panen maksimal dapat menghasilkan 2,5 ton tembakau. Jumlah produksi tahun ini pun dikatakan jelas menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 1.500 ton dari 600 hektar lahan tanam.
Sementara itu untuk musim tanam tembakau tahun ini sebanyak 335 hektare disebut Agung Adnyana dikembangkan di 16 desa di tujuh kecamatan, kecuali Tejakula dan Gerokgak. Rtausan lahan tembakau itu 279 hektar merupakan lahan tembakau varietas Virginia dan 56 hektar lainnya varietas tembakau rajangan.*k23
Luas lahan tanam tembakau di Buleleng tahun ini disebut mengalami penurunan sangat tajam hampir lima puluh persen. Hal tersebut bukan karena cuaca tak mendukung. Petani pun disebut ngambul karena tahun ini mereka tidak kebagian bantuan pupuk dan obat dalam pemeliharaan tanaman tembakau. Padahal tahun ini harga tembakau sedang bagus dan berpeluang untung besar.
Hal tersebut menyusul adanya kebijakan Kementerian Keuangan (Kememkeu) RI, yang mengalokasikan Dana Hasil Cukai dan Hasil Tembakau (DBHCHT) ke bidang kesehatan. Sehingga tidak terjadi pembagian yang proporsional. Bahkan kebanyakan DBHCHT digelontorkan untuk pelayanan BPJS.
Kasi Pembenihan dan Perlindungan Perkebunan, Dinas Pertanian Buleleng, I Gusti Agung Made Adnyana ditemui di ruangannya Rabu (26/7) kemarin memaparkan penurunan luas lahan tanam tembakau yang saat ini hanya berjumlah 335 hektare merupakan kekecewaan petani. Padahal di tahun 2017 lalu luas tanam mencapai 600 hektare lebih.
“Petani kami banyak yang kecewa dengan tidak adanya alokasi pupuk dan obat gratis yang biasanya didapat dari DBHCHT. Malah sekarang 90 persen diambil oleh kesehatan padahal itu adalah cukai tembakau, petani kami kan juga perlu,” kata dia.
Bantuan pupuk dan obat pembasmi hama pun dinyatakan olehnya snagat diperlukan petani. Bantuan dari pemerintah itu disebut akan meringankan biaya produksi perkebunan tembakau yang cukup tinggi.
Untuk dua hektare lahan tembakau, petani bisa menghabiskan biaya operasional hingga Rp 60 juta. Permodalan yang cukup besar itu dapat tertertutupi jika tanaman tembakaunya tak terserang hama dan cuaca mendukung. Dua hektare lahan tembakau yang bagus dalam musim panen maksimal dapat menghasilkan 2,5 ton tembakau. Jumlah produksi tahun ini pun dikatakan jelas menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 1.500 ton dari 600 hektar lahan tanam.
Sementara itu untuk musim tanam tembakau tahun ini sebanyak 335 hektare disebut Agung Adnyana dikembangkan di 16 desa di tujuh kecamatan, kecuali Tejakula dan Gerokgak. Rtausan lahan tembakau itu 279 hektar merupakan lahan tembakau varietas Virginia dan 56 hektar lainnya varietas tembakau rajangan.*k23
1
Komentar