Muncul Air Suci dari Daun dan Batang Pohon Gegirang
Setiap daun pohon Gegirang di Utama Mandala Pura Pasimpenan Baturaya Siwa-Buddha Mahayana yang hendak memunculkan air suci, terlebih dulu terlihat menyala, selanjutnya meneteskan air
Peristiwa Gaib di Pura Pasimpenan Baturaya, Desa Tumbu, Karangasem
AMLAPURA, NusaBali
Peristiwa gaib terjadi saat puncak karya pujawali di Pura Pasimpenan Baturaya Siwa-Buddha Mahayana, Banjar Tumbu Kelod, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem pada Anggara Kliwon Tambir, Selasa (24/7). Saat itu, tepat tengah malam pukul 24.00 Wita, mendadak muncul air suci dari daun dan batang pohon Gegirang yang tumbuh di Utama Mandala Pura Pasimpenan Baturaya Siwa-Buddha Mahayana.
Awalnya, juru sapuh Pura Pasimpenan Baturaya Siwa-Buddha Mahayana, Jro Mangku Nyoman Sudana, tanpa sengaja menancapkan senjata padma di batang pohon Gegirang tersebut. Malamnya tepat pukul 24.00 Wita, dari titip menancapnya senjata padma tersebut tiba-tiba menetes air yang diyakini sebagai tirta (air suci).
Ternyata, air suci bukan hanya menetes dari batang tempat ditancapkannya senjata padma, namun juga menetes dari daun Gegirang. Selanjutnya, air suci menetes dari banyak daun dan sejumlah titik batang pohon Gegirang.
Peristiwa gaib yang dimulai pas tengah malam itu disaksikan sekitar 60 pamangku dan segenap pangempon Pura Pasimpenan Baturaya Siwa-Buddha Mahayana. Ajaibnya lagi, setiap daun Gegirang yang hendak memunculkan air suci, terlebih dulu terlihat menyala, selanjutnya meneteskan air suci.
"Hampir semua daun dan batang pohon Gegirang yang telah terpotong mengeluarkan air suci. Bahkan, batang pohon yang telah kering juga masih mengeluarkan air suci," ungkap Jro Mangku Nyoman Sudana didampingi Jro Mangku Alit di Pura Pasimpenan Baturaya Siwa-Buddha Mahayana, Kamis (26/7).
Menurut Jro Mangku Sudana, tercatat tiga kali pohon Gegirang tersebut mengeluarkan air dalam jumlah besar. Momen kedua keluarnya air suci dalam volume besar terjadi Rabu (25/7) malam pukul 22.00 Wita. Terakhir, muncul lagi air suci, Kamis pagi pukul 08.00 Wita.
Air suci yang muncul dari batang dan dauo pohon Gegirang ini dimanfaatkan sebagai tirta ke seluruh palinggih di Pura Pasimpenan Baturaya Siwa-Buddha Mahayana. Sebagian lagi dimasukkan ke dalam kendi bercampur tirtha yang telah ada sebelumnya.
“Air suci inilah yang dimohon segenap krama pangempon Pura Pasimpenan Baturaya Siwa-Buddha Mahayana berjumlah 52 KK. Ini berkah nyata dari Sang Maha Pemurah. Buktinya, kayu Gegirang tersebut sebenarnya mau kami tebang, ternyata tidak pernah kesampaian, justru mendatangkan berkah," papar Jro Mangku Sudana.
Jro Mangku Sudana mengisahkan, sebenarnya dia daru dulu berniat menebang dan melenyapkan pohon Gegirang di Utama Mandala Pura Pasimpenan Baturaya Siwa-Buda Mahayana ini. Namun, selalu saja gagal. Bahkan, dia sampai lima kali gagal menghabisi pohon yang tingginya mencapai 2,5 meter ini. “Sempat sekali waktu saya seperti kena sesirep, hingga ketiduran di sebelah pohon Gegirang ini saat hendak menebangnya.”
Ihwal keberadaan pohon Gegirang di Pura Pasimpenan Baturaya Siwa-Buda Mahayana itu sendiri berawal dari piodalan di Pura Kancing Gumi di Banjar Batulantang, Desa Sulangai, Kecamatan Petang, Badung pada Buda Umanis Prangbakat sekitar tahun 2005. Saat itu, Ida Bhatara dari Pura Pasimpenan Baturaya Siwa-Buda Mahayana katuran piodalan di Pura Kancing Gumi, karena kedua pura tersebut masih ada hubungannya.
Saat piodalan tersebut, kata Jro Mangku Sudana, datang rombongan dari Yayasan Pancaningrat Denpasar melakukan persembahyangan di Pura Kancing Gumi. Ternyata, rombongan pamedek dari Yayasan Pancaningrat Denpasar itu mengalami kerauhan (kesurupan). Dari peristiwa kerauhan itu, muncul petunjuk kalau rombongan pamedek Yayasan Pancaningrat tersebut harus melanjutkan persembahyangan di Pura Pasimpenan Baturaya Siwa-Buda Mahayana, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem.
Maka, rombongan pamedek dari Yayasan Pancaningrat itu pun tangkil ke Pura Pa-simpenan Baturaya Siwa-Buda Mahayana saat piodalan pada Anggara Kliwon Tambir tahun 2010 silam. Kala itu, rombongan pamedek Yayasan Pancaningrat ini kembali karauhan. Nah, roh halus yang mnerasuki raga krama kerauan saat itu menyebutkan ada taru Gegirang tumbuh di puncak Palinggih Padmasana Pura Pasimpenan Baturaya Siwa-Buda Mahayana, tepatnya di bagian rong tengah. Taru Gegirang itu diyakini sebagai berkah abadi. Sedangkan tinggi Palinggih Padmasana mencapai 12 meter.
Kemudian, terjadi peristiwa aneg ketika salah seorang pamedek dari rombongan Yayayasan Pancaningrat nyunggi daksina, tiba-tiba canangnya terbang. Setelah dishooting handycam, ternyata kamera terbakar.
Berdasarkan petunjuk gaib dari pamedek yang kerauhan, taru Gegirang yang tumbuh di atas Palinggih Padmasana agar dipindahkan ke pertiwi (tanah). Maka, salah satu juru sapuh, Jro Mangku Alit, kala itu langsung naik dan memetik daun taru Gegirang. Saat itu, terjadi keajaiban lagi di mana begitu daun dipetik, langsung muncul hujan lebat dan angin kencang, disertai suara meledak dari pohon Pule yang tumbuh di Utama Mandala Pura.
Berselang 7 hari kemudian sejak kejadian itu, taru Gegirang dicabut Jro Mangku Alit, ditanam di tengah-tengah Utama Mandala Pura Pasimpenan Baturaya Siwa-Buda Mahayana. Pada tahun 2013, pohon Gegirang itu tumbuh subur dan dipindahkan ke sebelah Palinggih Padmasana. Tetapi di tempat semula malah kembali tumbuh pohon serupa. Itu sebabnya, Jro Mangku Sudana berkali-kali coba melenyapkan pohon ajaib ini. *k16
1
Komentar