ISI Denpasar Gelar Lomba Ngelawar
ISI Denpasar Gelar Lomba Ngelawar
Kebersamaan Jelang Dies Natalis ke-15
DENPASAR, NusaBali
Para dosen dan pegawai di kampus seni yang berlokasi di Jalan Nusa Indah ini tampak mengenakan pakaian adat ringan dengan membawa peralatan masak, seperti pisau, talenan, kompor, bumbu dapur serta aneka bahan makanan mentah lainnya.
Usut punya usut, ternyata di kampus yang biasanya hiruk pikuk dengan kegiatan seni itu, kemarin, sedang mengatakan Lomba Ngelawar. Para dosen dan pegawai tampak duduk lesehan berkelompok mebat membuat lawar (ngelawar) di sisi utara kampus berdekatan dengan Padmasana. Ada sekitar 17 kelompok/tim (sekaa) yang terlibat dalam lomba ini. Tak hanya lawar, mereka juga sibuk membuat sate dan jukut (sayur berkuah).
Setelah hampir sekitar 3 jam mereka bergelut nektek lawar dan memasak olahan makanan lainnya sebagai pelengkap, akhirnya hasil karya lawar masing-masing sekaa itu pun dipajang di wantilan untuk dinilai tim juri. Satu persatu juri kemudian mencicipi lawar teresebut. Tak ketinggalan Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha dan mantan Rektor Prof I Wayan Rai S juga tampak ikut mencicipi berbagai macam jenis lawar.
Ditemui di sela-sela lomba, Rektor Prof Arya Sugiartha mengatakan, Lomba Ngelawar ini digelar dalam rangka Dies Natalis ke-15. Menurutnya, kuliner lawar merupakan salah satu budaya Bali yang dalam pembuatannya ada aturan dan tata caranya. “Itu terstruktur sebagai sebuah budaya, sehingga kita berpikir ini bisa menjadi ilmu, salah satu bidang ilmu budaya dan seni, karena ngelawar ada aturannya. Ada makna juga dalam lawar tersebut. Misalnya warna merah sebagai simbol Dewa Brahma, hijau Dewa Wisnu, dan putih melambangkan Dewa Siwa. Jadi ada filsofinya,” kata Prof Arya yang berharap Lomba Ngelawar ini menjadi tradisi di ISI Denpasar dan rutin digelar setiap Dies Natalis maupun saat piodalan.
Sementara itu, Ketua Panitia Lomba Drs I Wayan Gunawan MSn menjelaskan, lomba ini digelar salah satunya untuk melestarikan kuliner tradisional Bali. “Kuliner lawar ini kan ada unsur seni juga. Seni rasa. Nah, ini patut kita lestarikan. Apalagi kita berada di kampus seni,”ujarnya.
Dikatakannya, lomba ini diikut sebanyak 17 sekaa (tim) yang berasal dari unit kerja di ISI Denpasar seperti masing-masing prodi dan biro. Dalam lomba ini, panitia mewajibkan peserta menggunakan daging kuwir. Sementara sayurnya bervariasi, ada kacang, daun blimbing, nangka dan lainnya. “Jadi rasanya nanti berbeda-beda,” ujarnya.
Menurut Gunawan yang juga Kaprodi Seni Rupa Murni FSRD ini, yang terpenting dari lomba lawar ini adalah unsur kebersamaan segenap civitas di ISI Denpasar jelang Dies Natalis ke-15. “Usai dinilai, lawar ini kita makan bersama-sama, bahkan ada yang makibung,” ujarnya didampingi Humas ISI Denpasar I Gede Eko Jaya Utama SE MM. Adapun juara dalam Lomba Ngelawar ini adalah Jurusan Tari FSP sebagai juara I, Jurusan Kriya FSRD (juara II) dan LP2 MPP (juara III). *isu
DENPASAR, NusaBali
Para dosen dan pegawai di kampus seni yang berlokasi di Jalan Nusa Indah ini tampak mengenakan pakaian adat ringan dengan membawa peralatan masak, seperti pisau, talenan, kompor, bumbu dapur serta aneka bahan makanan mentah lainnya.
Usut punya usut, ternyata di kampus yang biasanya hiruk pikuk dengan kegiatan seni itu, kemarin, sedang mengatakan Lomba Ngelawar. Para dosen dan pegawai tampak duduk lesehan berkelompok mebat membuat lawar (ngelawar) di sisi utara kampus berdekatan dengan Padmasana. Ada sekitar 17 kelompok/tim (sekaa) yang terlibat dalam lomba ini. Tak hanya lawar, mereka juga sibuk membuat sate dan jukut (sayur berkuah).
Setelah hampir sekitar 3 jam mereka bergelut nektek lawar dan memasak olahan makanan lainnya sebagai pelengkap, akhirnya hasil karya lawar masing-masing sekaa itu pun dipajang di wantilan untuk dinilai tim juri. Satu persatu juri kemudian mencicipi lawar teresebut. Tak ketinggalan Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha dan mantan Rektor Prof I Wayan Rai S juga tampak ikut mencicipi berbagai macam jenis lawar.
Ditemui di sela-sela lomba, Rektor Prof Arya Sugiartha mengatakan, Lomba Ngelawar ini digelar dalam rangka Dies Natalis ke-15. Menurutnya, kuliner lawar merupakan salah satu budaya Bali yang dalam pembuatannya ada aturan dan tata caranya. “Itu terstruktur sebagai sebuah budaya, sehingga kita berpikir ini bisa menjadi ilmu, salah satu bidang ilmu budaya dan seni, karena ngelawar ada aturannya. Ada makna juga dalam lawar tersebut. Misalnya warna merah sebagai simbol Dewa Brahma, hijau Dewa Wisnu, dan putih melambangkan Dewa Siwa. Jadi ada filsofinya,” kata Prof Arya yang berharap Lomba Ngelawar ini menjadi tradisi di ISI Denpasar dan rutin digelar setiap Dies Natalis maupun saat piodalan.
Sementara itu, Ketua Panitia Lomba Drs I Wayan Gunawan MSn menjelaskan, lomba ini digelar salah satunya untuk melestarikan kuliner tradisional Bali. “Kuliner lawar ini kan ada unsur seni juga. Seni rasa. Nah, ini patut kita lestarikan. Apalagi kita berada di kampus seni,”ujarnya.
Dikatakannya, lomba ini diikut sebanyak 17 sekaa (tim) yang berasal dari unit kerja di ISI Denpasar seperti masing-masing prodi dan biro. Dalam lomba ini, panitia mewajibkan peserta menggunakan daging kuwir. Sementara sayurnya bervariasi, ada kacang, daun blimbing, nangka dan lainnya. “Jadi rasanya nanti berbeda-beda,” ujarnya.
Menurut Gunawan yang juga Kaprodi Seni Rupa Murni FSRD ini, yang terpenting dari lomba lawar ini adalah unsur kebersamaan segenap civitas di ISI Denpasar jelang Dies Natalis ke-15. “Usai dinilai, lawar ini kita makan bersama-sama, bahkan ada yang makibung,” ujarnya didampingi Humas ISI Denpasar I Gede Eko Jaya Utama SE MM. Adapun juara dalam Lomba Ngelawar ini adalah Jurusan Tari FSP sebagai juara I, Jurusan Kriya FSRD (juara II) dan LP2 MPP (juara III). *isu
Komentar