Tabanan Evaluasi Perkembangan RIF Kawasan Nikosake
Guna pemantauan dan evaluasi kegiatan yang didukung skema bantuan teknis Responsive Innovation Found (RIF) 1, Bapelitbang Kabupaten Tabanan menggelar pertemuan tinjauan perkembangan triwulan pertama atau quarterly progress review meeting di Seminyak, Kecamatan Kuta, Badung, Rabu (24/7).
Quarterly Progress Review Meeting
TABANAN, NusaBali
Quarterly progress review meeting berlangsung dua hari, Selasa (24/7) dan Rabu (25/7). Pada Rabu (25/7), dilakukan kunjungan lapangan ke Desa Munduk Temu, Kecamatan Pupuan, Tabanan.
Sedangkan pertemuan pada Selasa (24/7), di Hotel Four Points by Sheraton Seminyak digelar talk show, menghadirkan 6 kabupaten yang merupakan proyek inovasi 6 daerah pilot RIF tahap pertama.
Hadir pada talkshow itu Ketua DPRD Tabanan I Ketut Suryadi, Asisten II Setda Tabanan I Wayan Miarsana, Kepala Bapelitbang Tabanan Ida Bagus Wiratmaja, perwakilan Duta Besar Kanada Peter MacArthur, Jeffrey Ong (Senior Development Officer Development Cooperation, GAC), Rino A Sa`danoer (Direktur Proyek NSLIC/NSELRED), para direktur/deputi kementerian terkait dan perwakilan dari 6 daerah pilot RIF.
“Saya atas nama pemerintah dan rakyat Tabanan menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada pihak donatur atas dipilihnya Tabanan untuk pertama kalinya dalam first quarterly progress review meeting,” ujar Bupati Tabanan dalam sambutan yang dibacakan Wayan Miarsana.
Menurutnya, misi ini sangat relevan dengan konsep proyek RIF. Lokasi pengembangannya diarahkan ke wilayah barat Kabupaten Tabanan yang terdiri dari lima desa yaitu Belimbing, Sanda, Munduktemu, Wanagiri, dan Lumbung Kauh dengan 5 komoditas unggulan berbasis kearifan lokal yaitu nira, kopi, salak, dan kelapa (nikosake).
Perwakilan Dubes Kanada untuk Indonesia Peter MacArthur mengapresiasi kerjasama Pemerintah Kanada dengan Pemerintah Indonesia. Dia berharap proyek itu berkelanjutan. Karena RIF merupakan komponen penting dalam proyek tersebut, dan dengan talkshow ini bisa mendapatkan masukan-masukan dari 6 pilot proyek tersebut.
Sedangkan Ketut Suryadi mengatakan program ini menciptakan peluang alternative activity tourism yang masuk kawasan nikosake, dengan menyuguhkan aktivitas pertanian sebagai daya tarik wisata baru. Ditambahkan, hasil pertanian mereka sekarang sudah bisa dijual melalui BUMDA.
Saat kunjungan ke Munduktemu, Kecamatan Pupuan, para peserta melakukan trekking dan menanam pohon salak di area perkebunan warga. Sebanyak 49 orang termasuk Wilson Pearce (Vice President Local Economic Development), Boris Jacouty (Senior Director and Renewable Energy Practice Lead), dan Rino A Sa`danoer disuguhi produk olahan berupa jus salak madu dan kopi leak yang merupakan salah satu ikon Desa Munduktemu. *d
Komentar