Diterjang Gelombang, Ribuan Telur Penyu Diperkirakan Rusak
Sekitar 3.000-an telur penyu terendam air laut di Pantai Yeh Gangga, Desa Sudimara, Kecamatan/Kabupaten Tabanan pasca-gelombang tinggi, Rabu (25/7) pagi.
TABANAN, NusaBali
Padahal 3.000 telur penyu itu tak lama lagi akan menetas, karena sudah ada yang berumur 55 hari sampai 60 hari. Diperkirakan ada sejumlah telur akan rusak. Dan bisa saja tidak menetas karena pasir terlalu padat sehingga tidak ada udara yang masuk.
Kelian Dinas Banjar Yeh Gangga I Ketut Pinda menerangkan, ada 32 sarang yang terendam air laut. Dari 32 sarang sekitar 3.000 butir telur ikut terendam pasca-gelombang tinggi yang menerjang pada Rabu (25/7). “Apalagi telur ada yang sudah tertampung di dalam bak, sehingga air laut masih ada di dalam bak,” ungkapnya, Kamis (26/7).
Dikatakan, untuk memindahkan telur itu, belum ada tempat baru. Bahkan jika akan dipindah di atas pasir, sekarang kondisi pasir masih lembab. Tidak ada pasir yang kondisinya kering. “Kemarin pas waktu pasang itu mau saya pindahkan, namun saya tidak berani, karena tinggi ombaknya tidak menentu,” imbuhnya.
Apalagi saat gelombang tinggi Rabu pagi itu, dia dan warga yang ada di pantai membantu warga lainnya memindahkan barang dagangan pemilik warung. Dan membantu memindahkan jukung nelayan. Sehingga tidak sempat untuk memindahkan telur-telur yang masih ada di tempat penetasan. “Telur itu terendam dari Rabu pagi sampai Rabu malam karena air pasang masih sampai di parkiran,” beber Pinda.
Lantaran tidak ada petugas khusus yang menangani telur penyu, karena selama ini hanya nelayan dan warga yang membantu secara sukarela dalam menyelamatkan satwa yang dilindungi itu, Pinda merancang akan membuat tempat baru untuk penetasan. Diperlukan tempat khusus, seperti pasir harus kering dan tidak terlalu lembab. “Rencana tahun depan, mudah-mudahan ada pihak yang membantu,” ujarnya.
Pinda juga menambahkan, terkait ribuan telur penyu yang terendam ini jika dipaksakan untuk ditetaskan, ditakutkan tumbuhnya belum normal. Sebab penetasannya ini seperti menetaskan anak ayam, harus tunggu sesuai dengan jadwal mereka akan menetas dengan sendirinya.
Namun jika dibuka paksa pasti fisiknya masih menyatu dengan cangkang. Dan bisa saja kalau dipaksa ditetaskan bentuk fisik menjadi lengkung. “Jadi sekarang kami masih menunggu saja dulu, dan terus mengontrol supaya ketika ada yang menetas bisa dipindahkan barang dua hari atau tiga hari lalu baru akan dilepas supaya fisiknya benar-benar bisa menerima air laut,” tegasnya.
Dia menambahkan, selain dari 3.000 telur yang terendam, saat gelombang tinggi kemarin, beberapa warga melihat ada sejumlah tukik yang sudah menetas. Namun tersangkut di jaring dan pepohonan yang dibawa air laut ke darat.
Namun warga takut untuk mengambil/menyelamatkan tukik karena kondisi ombak pada Rabu pagi itu besar. “Terkait penetasan telur ini memang sudah mendapatkan atensi dari Dinas Perikanan Tabanan,” tandas Pinda. *d
Padahal 3.000 telur penyu itu tak lama lagi akan menetas, karena sudah ada yang berumur 55 hari sampai 60 hari. Diperkirakan ada sejumlah telur akan rusak. Dan bisa saja tidak menetas karena pasir terlalu padat sehingga tidak ada udara yang masuk.
Kelian Dinas Banjar Yeh Gangga I Ketut Pinda menerangkan, ada 32 sarang yang terendam air laut. Dari 32 sarang sekitar 3.000 butir telur ikut terendam pasca-gelombang tinggi yang menerjang pada Rabu (25/7). “Apalagi telur ada yang sudah tertampung di dalam bak, sehingga air laut masih ada di dalam bak,” ungkapnya, Kamis (26/7).
Dikatakan, untuk memindahkan telur itu, belum ada tempat baru. Bahkan jika akan dipindah di atas pasir, sekarang kondisi pasir masih lembab. Tidak ada pasir yang kondisinya kering. “Kemarin pas waktu pasang itu mau saya pindahkan, namun saya tidak berani, karena tinggi ombaknya tidak menentu,” imbuhnya.
Apalagi saat gelombang tinggi Rabu pagi itu, dia dan warga yang ada di pantai membantu warga lainnya memindahkan barang dagangan pemilik warung. Dan membantu memindahkan jukung nelayan. Sehingga tidak sempat untuk memindahkan telur-telur yang masih ada di tempat penetasan. “Telur itu terendam dari Rabu pagi sampai Rabu malam karena air pasang masih sampai di parkiran,” beber Pinda.
Lantaran tidak ada petugas khusus yang menangani telur penyu, karena selama ini hanya nelayan dan warga yang membantu secara sukarela dalam menyelamatkan satwa yang dilindungi itu, Pinda merancang akan membuat tempat baru untuk penetasan. Diperlukan tempat khusus, seperti pasir harus kering dan tidak terlalu lembab. “Rencana tahun depan, mudah-mudahan ada pihak yang membantu,” ujarnya.
Pinda juga menambahkan, terkait ribuan telur penyu yang terendam ini jika dipaksakan untuk ditetaskan, ditakutkan tumbuhnya belum normal. Sebab penetasannya ini seperti menetaskan anak ayam, harus tunggu sesuai dengan jadwal mereka akan menetas dengan sendirinya.
Namun jika dibuka paksa pasti fisiknya masih menyatu dengan cangkang. Dan bisa saja kalau dipaksa ditetaskan bentuk fisik menjadi lengkung. “Jadi sekarang kami masih menunggu saja dulu, dan terus mengontrol supaya ketika ada yang menetas bisa dipindahkan barang dua hari atau tiga hari lalu baru akan dilepas supaya fisiknya benar-benar bisa menerima air laut,” tegasnya.
Dia menambahkan, selain dari 3.000 telur yang terendam, saat gelombang tinggi kemarin, beberapa warga melihat ada sejumlah tukik yang sudah menetas. Namun tersangkut di jaring dan pepohonan yang dibawa air laut ke darat.
Namun warga takut untuk mengambil/menyelamatkan tukik karena kondisi ombak pada Rabu pagi itu besar. “Terkait penetasan telur ini memang sudah mendapatkan atensi dari Dinas Perikanan Tabanan,” tandas Pinda. *d
1
Komentar