Belasan Jukung Ringsek
Belasan jukung nelayan ringsek dihantam gelombang tinggi. Para nelayan pun kehilangan sarana melaut.
AMLAPURA, NusaBali
Di samping jukung rusak, nelayan masih trauma melaut karena gelombang masih tinggi. Salah seorang nelayan di Banjar Biaslantang Kaler, Desa Purwekerti, Kecamatan Abang, Karangasem, Jro Mangku Sumerta, mengatakan empat katir jukungnya hilang dihantam ombak dan satu cedik (penyeimbang) patah saat jukung ditambatkan di pantai. “Satu jukung saya setengah bodinya lenyap terbawa air laut,” ungkap Mangku Sumerta, Kamis (26/7).
Nelayan lainnya, I Nyoman Pasek, juga jukungnya rusak berat. Bagian tubuh jukung pecah, cedik, dan dua katir patah. “Saya tak menyangka ombaknya begitu ganas menerjang jukung,” kata Pasek. Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, Ida Bagus Ketut Arimbawa, bersama anggota melakukan pengecekan di beberapa titik komunitas nelayan yang mengalami bencana alam. Di Pantai Banjar/Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem ada tiga jukung nelayan rusak berat. Bale Kelompok Nelayan Segara Murti, Banjar Biaslantang Kaler ambruk.
BPBD juga melakukan pemantauan di Pantai Banjar Beluhu, Desa Seraya Tengah, Kecamatan Karangasem dan di Pantai Banjar Batu Manak, Desa Seraya Timur, Kecamatan Karangasem. IB Ketut Arimbawa mengingatkan nelayan yang mengalami kerusakan fasilitas alat tangkap bisa mengajukan proposal untuk mendapatkan bantuan. Proposal dibuat melalui kelompok nelayan berkoordinasi dengan perbekel dan camat setempat serta Dinas Perikanan. “Setelah datanya lengkap, berisi foto, proposal kami ajukan ke Gubernur Bali melalui BPBD Provinsi Bali,” kata IB Ketut Arimbawa.
Kerusakan jukung paling banyak di Pantai Banjar Kusambi, Desa Bunutan, Kecamatan Abang. Empat jukung dalam kondisi ringsek milik nelayan I Ketut Retu, 30, I Nyoman Wirka, 40, I Ketut Bagiarmin, dan I Ketut Sudarwan, 45. Selebihnya kerusakan jukung di bagian jetik dan katir patah milik nelayan I Made Sara Adnyana, I Ketut Suter, I Wayan Suri, I Made Landri, I Ketut Windri, I Ketut Limpun, I Nyoman Rais, I Nengah Kenis dan I Nengah Mare. Rata-rata nelayan mengaku tidak punya biaya untuk memperbaiki jukung. Ada juga mengeluhkan bagian mesin tempel rusak. “Mesin tempel saya baling-balingnya bengkok,” jelas Basarudin, nelayan di Pantai Ujung Pesisi, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem. *k16
Di samping jukung rusak, nelayan masih trauma melaut karena gelombang masih tinggi. Salah seorang nelayan di Banjar Biaslantang Kaler, Desa Purwekerti, Kecamatan Abang, Karangasem, Jro Mangku Sumerta, mengatakan empat katir jukungnya hilang dihantam ombak dan satu cedik (penyeimbang) patah saat jukung ditambatkan di pantai. “Satu jukung saya setengah bodinya lenyap terbawa air laut,” ungkap Mangku Sumerta, Kamis (26/7).
Nelayan lainnya, I Nyoman Pasek, juga jukungnya rusak berat. Bagian tubuh jukung pecah, cedik, dan dua katir patah. “Saya tak menyangka ombaknya begitu ganas menerjang jukung,” kata Pasek. Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, Ida Bagus Ketut Arimbawa, bersama anggota melakukan pengecekan di beberapa titik komunitas nelayan yang mengalami bencana alam. Di Pantai Banjar/Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem ada tiga jukung nelayan rusak berat. Bale Kelompok Nelayan Segara Murti, Banjar Biaslantang Kaler ambruk.
BPBD juga melakukan pemantauan di Pantai Banjar Beluhu, Desa Seraya Tengah, Kecamatan Karangasem dan di Pantai Banjar Batu Manak, Desa Seraya Timur, Kecamatan Karangasem. IB Ketut Arimbawa mengingatkan nelayan yang mengalami kerusakan fasilitas alat tangkap bisa mengajukan proposal untuk mendapatkan bantuan. Proposal dibuat melalui kelompok nelayan berkoordinasi dengan perbekel dan camat setempat serta Dinas Perikanan. “Setelah datanya lengkap, berisi foto, proposal kami ajukan ke Gubernur Bali melalui BPBD Provinsi Bali,” kata IB Ketut Arimbawa.
Kerusakan jukung paling banyak di Pantai Banjar Kusambi, Desa Bunutan, Kecamatan Abang. Empat jukung dalam kondisi ringsek milik nelayan I Ketut Retu, 30, I Nyoman Wirka, 40, I Ketut Bagiarmin, dan I Ketut Sudarwan, 45. Selebihnya kerusakan jukung di bagian jetik dan katir patah milik nelayan I Made Sara Adnyana, I Ketut Suter, I Wayan Suri, I Made Landri, I Ketut Windri, I Ketut Limpun, I Nyoman Rais, I Nengah Kenis dan I Nengah Mare. Rata-rata nelayan mengaku tidak punya biaya untuk memperbaiki jukung. Ada juga mengeluhkan bagian mesin tempel rusak. “Mesin tempel saya baling-balingnya bengkok,” jelas Basarudin, nelayan di Pantai Ujung Pesisi, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem. *k16
Komentar