Tewas Terjun dari Jembatan Tertinggi
Sebelum berhenti di tengah Jembatan Tukad Bangkung dan selanjutnya terjun bebas, korban Ni Luh Mayani naik motor dari arah Kintamani
Pamit Beli Nasi, Pulang Sudah Jadi Mayat
MANGUPURA, NusaBali
Kematian tragis menimpa Ni Luh Mayani, 44, perempuan asal Banjar Pengubugan, Desa Depeha, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Jumat (27/7) siang. Pamit keluar rumah untuk beli nasi, korban Luh Mayani justru tewas bunuh diri dengan cara terjun bebas dari Jembatan ‘Tertinggi Asia’ Tukad Bangkung, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung.
Peristiwa maut yang merenggut nyawa korban Luh Mayani terjadi Jumat siang sekitar pukul 13.20 Wita. Peristiwa maut ini pertama kali diketahui Ni Wayan Ekayanti, saksi yang seorang pedagang acung di Jembatan Tukad Bangkung. Ketika itu, saksi Wayan Ekayanti melihat korban keburu melompat dari Jembatan Tukad Bangkung yang tingginya mencapai 71,14 meter.
Sebelum nekat terjun bebas, korban Luh Mayani awalnya melaju naik motor Yamaha Jupiter warna Biru Nopol DK 5303 UO. Perempuan berusia 44 tahun ini melaju dari arah utara (Kintamani, Bangli). Setelah melintasi sepatuh Jembatan Tukad Bangkung yang panjangnya mencapai 360 meter, korban berhenti dan memarkir motornya di sisi kiri (barat).
Tiba-tiba, korban nekat naik ke besi pembatas sisi barat jembatan, lalu bergelantungan. “Waktu itu, saksi Wayan Ekayani melihat korban sudah bergelantungan di besi pembatas jembatan. Saksi Wayan Ekayanti pun langsung menyetop mobil patroli sambil berlari dan menunjuk ke arah korban yang mau bunuh diri. Tapi, belum sempat diselamatkan, korban sudah keburu loncat dari jembatan,” ungkap Kapolsek Petang, AKP I Ketut Edi Susila.
Kasus ini kemudian dilaporkan ke Polsek Petang. Begitu mendapat laporan, petugas kepolisian langsung terjun ke lokasi TKP di Jembatan Tukad Bangkung. Pertugas bersama-sama warga melakukan pencarian korban. Setelah berjuangan selama 2 jam, korban Luh Mayani akhirnya berhasil dievakuasi dalam kondisi sudah tak bernyawa.
Menurut AKP Edi Susila, korban Luh Mayani ditemukan tersangkut di kayu bawah jembatan, hingga tak sampai jatuh ke dasar jurang. Proses evakuasi melibatkan 25 orang. “Korban tewas dalam kondisi patah lengan kiru, luka sobek sepanjang 20 cm di bagian bawah perut, dan keluar darah segar dari hidung,” jelas AKP Edi Susila.
Korban Luh Mayani yang sudah tak bernyawa selanjutnya dibawa ke Puskesmas Petang. Sorenya sekitar pukul 16.30 Wita, jenazah korban dijemput keluarganya untuk dibawa ke rumah duka di Banjar Pengubugan, Desa Depeha, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. “Korban dibawa ke rumah duka menggunakan mobi BPBD,” katanya.
Korban Luh Mayani berpulang buat selamanya dengan meninggalkan suami tercinta, I Gede Suardana, 45, serta dua anak yakni I Gede Agus Perdana, 27, dan I Kadek Dwi Wiguna, 24. Camat Petang, Ida Bagus Nata Manuaba, mengatakan berdasarkan penuturan keluarga yang menjemput jenazahnya di Puskesmas, korban Luh Mayani berperilaku aneh seperti orang depresi, sejak sebulan terakhir. Hanya, pihak keluarga tidak mengetahui apa penyebabnya. “Tadi dari keluarga dan tetangganya bilang, sebulan ini yang bersangkutan agak ngelantur, seperti depresi,” jelas Camet Gus Nata Manuaba.
Sementara itu, jenazah Luh Mayani tiba di rumah duka, Jumat petang pukul 18.00 Wita, menggunakan ambulans yang dikawal langsung petugas BPBD Badung. Pantauan NusaBali, kedatangan jenazah korban disambut isak tangis keluarga besarnya. Pihak keluarga masih belum percaya kematian tragis korban, yang nekat terjun bebas dari jembatan tertinggi di Asia. Selanjutnya, jenazah korban langsung dimakamkan dengan ritual Makingsan ring Pertiwi di Setra Desa Pakraman Depaha pada Sukra Pon Tambir, tadi malam.
Terungkap, korban Luh Mayani terakhir kali pamit dengan suaminya, Gede Suardana, Jumat pagi sekitar pukul 07.00 Wita. Kala itu, korban pamit keluar rumah untuk membeli nasi ke Pasar Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan. “Namun, hingga pukul 10.00 Wita, ibu tak kunjung pulang. Padahal, jarak dari rumah ke Pasar Tamblang hanya sekitar 5 kilometer,” ungkap putra sulung korban, Gede Agus Perdana, kepada NusaBali di rumah duka, tadi malam.
Gede Agus Perdana yang tinggal berpisah dengan orangtuanya karena sudah berkeluarga, mengaku sempat ditelepon sang ayah, Gede Suardana, untuk mencari ibunya yang belum kunjung pulang. “Karena lama tidak pulang, bapak suruh saya cari ibu ke pasar. Sempat juga saya cari ke tetangga, tapi tidak ada,” kenang Agus Perdana sambil menangis.
Sampai akhirnya Jumat siang sekitar pukul 14.00 Wita, Agus Perdana mendapat kabar mengejutkan dari facebook soal kematian tragis ibunya. Identitas ibunya yang tewas terjun di Jembatan Tukad Bangkung ini diketahui melalui KTP-nya. Seketika itu pula Agus Perdana shock, lalu memberitahukan berita duka ini kepada keluarga besarnya.
Menurut Agus Perdana, dirinya tidak menyangka ibunya nekat ulahpati di Jembatan Tukad Bangkung. Selama ini, dia tidak tahu apa masalah yang dihadapi ibunya. Hubungan ayah dan ibunya selama ini juga baik-baik saja. “Tidak ada masalah apa pun di keluarga. Semuanya baik-baik saja, saya juga tidak merasakan firasat apa-apa,” tutur ayah satu anak ini.
Paparan senada juga diungkapkan sepupu korban, Made Sumarka. Selama ini, korban tidak ada masalah serious di keluarga. Dari segi ekonomi, pasangan Gede Suardana dan Luh Mayani juga terbilang mapan, meski si sumi hanya bekerja sebagai buruh, sementara istrinya bertani cengkih.
“Kalau dilihat dari segi ekonomi, keluarga ini cukup mapan. Cuma, belakangan Luh Mayani sering mengeluh sakit,” kata Made Sumarka. Tak jelas, apa sakitnya, yang pasti korban Luh Mayani merasakan gatal-gatal dan benjolan hingga sebesar kelereng. *asa,k23
MANGUPURA, NusaBali
Kematian tragis menimpa Ni Luh Mayani, 44, perempuan asal Banjar Pengubugan, Desa Depeha, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Jumat (27/7) siang. Pamit keluar rumah untuk beli nasi, korban Luh Mayani justru tewas bunuh diri dengan cara terjun bebas dari Jembatan ‘Tertinggi Asia’ Tukad Bangkung, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung.
Peristiwa maut yang merenggut nyawa korban Luh Mayani terjadi Jumat siang sekitar pukul 13.20 Wita. Peristiwa maut ini pertama kali diketahui Ni Wayan Ekayanti, saksi yang seorang pedagang acung di Jembatan Tukad Bangkung. Ketika itu, saksi Wayan Ekayanti melihat korban keburu melompat dari Jembatan Tukad Bangkung yang tingginya mencapai 71,14 meter.
Sebelum nekat terjun bebas, korban Luh Mayani awalnya melaju naik motor Yamaha Jupiter warna Biru Nopol DK 5303 UO. Perempuan berusia 44 tahun ini melaju dari arah utara (Kintamani, Bangli). Setelah melintasi sepatuh Jembatan Tukad Bangkung yang panjangnya mencapai 360 meter, korban berhenti dan memarkir motornya di sisi kiri (barat).
Tiba-tiba, korban nekat naik ke besi pembatas sisi barat jembatan, lalu bergelantungan. “Waktu itu, saksi Wayan Ekayani melihat korban sudah bergelantungan di besi pembatas jembatan. Saksi Wayan Ekayanti pun langsung menyetop mobil patroli sambil berlari dan menunjuk ke arah korban yang mau bunuh diri. Tapi, belum sempat diselamatkan, korban sudah keburu loncat dari jembatan,” ungkap Kapolsek Petang, AKP I Ketut Edi Susila.
Kasus ini kemudian dilaporkan ke Polsek Petang. Begitu mendapat laporan, petugas kepolisian langsung terjun ke lokasi TKP di Jembatan Tukad Bangkung. Pertugas bersama-sama warga melakukan pencarian korban. Setelah berjuangan selama 2 jam, korban Luh Mayani akhirnya berhasil dievakuasi dalam kondisi sudah tak bernyawa.
Menurut AKP Edi Susila, korban Luh Mayani ditemukan tersangkut di kayu bawah jembatan, hingga tak sampai jatuh ke dasar jurang. Proses evakuasi melibatkan 25 orang. “Korban tewas dalam kondisi patah lengan kiru, luka sobek sepanjang 20 cm di bagian bawah perut, dan keluar darah segar dari hidung,” jelas AKP Edi Susila.
Korban Luh Mayani yang sudah tak bernyawa selanjutnya dibawa ke Puskesmas Petang. Sorenya sekitar pukul 16.30 Wita, jenazah korban dijemput keluarganya untuk dibawa ke rumah duka di Banjar Pengubugan, Desa Depeha, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. “Korban dibawa ke rumah duka menggunakan mobi BPBD,” katanya.
Korban Luh Mayani berpulang buat selamanya dengan meninggalkan suami tercinta, I Gede Suardana, 45, serta dua anak yakni I Gede Agus Perdana, 27, dan I Kadek Dwi Wiguna, 24. Camat Petang, Ida Bagus Nata Manuaba, mengatakan berdasarkan penuturan keluarga yang menjemput jenazahnya di Puskesmas, korban Luh Mayani berperilaku aneh seperti orang depresi, sejak sebulan terakhir. Hanya, pihak keluarga tidak mengetahui apa penyebabnya. “Tadi dari keluarga dan tetangganya bilang, sebulan ini yang bersangkutan agak ngelantur, seperti depresi,” jelas Camet Gus Nata Manuaba.
Sementara itu, jenazah Luh Mayani tiba di rumah duka, Jumat petang pukul 18.00 Wita, menggunakan ambulans yang dikawal langsung petugas BPBD Badung. Pantauan NusaBali, kedatangan jenazah korban disambut isak tangis keluarga besarnya. Pihak keluarga masih belum percaya kematian tragis korban, yang nekat terjun bebas dari jembatan tertinggi di Asia. Selanjutnya, jenazah korban langsung dimakamkan dengan ritual Makingsan ring Pertiwi di Setra Desa Pakraman Depaha pada Sukra Pon Tambir, tadi malam.
Terungkap, korban Luh Mayani terakhir kali pamit dengan suaminya, Gede Suardana, Jumat pagi sekitar pukul 07.00 Wita. Kala itu, korban pamit keluar rumah untuk membeli nasi ke Pasar Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan. “Namun, hingga pukul 10.00 Wita, ibu tak kunjung pulang. Padahal, jarak dari rumah ke Pasar Tamblang hanya sekitar 5 kilometer,” ungkap putra sulung korban, Gede Agus Perdana, kepada NusaBali di rumah duka, tadi malam.
Gede Agus Perdana yang tinggal berpisah dengan orangtuanya karena sudah berkeluarga, mengaku sempat ditelepon sang ayah, Gede Suardana, untuk mencari ibunya yang belum kunjung pulang. “Karena lama tidak pulang, bapak suruh saya cari ibu ke pasar. Sempat juga saya cari ke tetangga, tapi tidak ada,” kenang Agus Perdana sambil menangis.
Sampai akhirnya Jumat siang sekitar pukul 14.00 Wita, Agus Perdana mendapat kabar mengejutkan dari facebook soal kematian tragis ibunya. Identitas ibunya yang tewas terjun di Jembatan Tukad Bangkung ini diketahui melalui KTP-nya. Seketika itu pula Agus Perdana shock, lalu memberitahukan berita duka ini kepada keluarga besarnya.
Menurut Agus Perdana, dirinya tidak menyangka ibunya nekat ulahpati di Jembatan Tukad Bangkung. Selama ini, dia tidak tahu apa masalah yang dihadapi ibunya. Hubungan ayah dan ibunya selama ini juga baik-baik saja. “Tidak ada masalah apa pun di keluarga. Semuanya baik-baik saja, saya juga tidak merasakan firasat apa-apa,” tutur ayah satu anak ini.
Paparan senada juga diungkapkan sepupu korban, Made Sumarka. Selama ini, korban tidak ada masalah serious di keluarga. Dari segi ekonomi, pasangan Gede Suardana dan Luh Mayani juga terbilang mapan, meski si sumi hanya bekerja sebagai buruh, sementara istrinya bertani cengkih.
“Kalau dilihat dari segi ekonomi, keluarga ini cukup mapan. Cuma, belakangan Luh Mayani sering mengeluh sakit,” kata Made Sumarka. Tak jelas, apa sakitnya, yang pasti korban Luh Mayani merasakan gatal-gatal dan benjolan hingga sebesar kelereng. *asa,k23
Komentar