DPP Golkar Pun Investigasi Kasus Cok Ibah
DPP Golkar bakal melakukan investigasi terhadap Tim Pencalegan DPD I Golkar Bali.
DPD I Golkar Bali Putuskan Pencalegan Cok Ibah Hari Ini
DENPASAR, NusaBali
Hal ini dilakukan terkait dengan dugaan rekomendasi DPP Golkar yang memerintahkan agar Tjokorda Raka Kerthyasa Sukawati alias Cok Ibah dimasukkan sebagai caleg DPRD Bali Dapi Gianyar di Pileg 2019, tidak dilaksanakan oleh DPD I Golkar Bali.
Koordinator Pemenangan Pemilu Wilayah Bali DPP Golkar, Gede Sumarjaya Linggih alias Demer, mengatakan investigasi tersebut dilakukan untuk mencari fakta-fakta alasan kenapa DPD I Golkar Bali tidak bisa mendaftarkan Co Ibah ke KPU sebagai caleg DPRD Bali Dapil Gianyar. “Kita investigasi untuk mencari fakta dan alasan-alasannya,” jelas Demer kepada NusaBali di Denpasar, Jumat (27/7).
Menurut Demer, kalau rekomendasi DPP Golkar soal memasukkan Cok Ibah sebagai caleg DPRD Bali tidak jalan, tentu ada penyebabnya. “DPP Golkar akan melihat situasi, kenapa Cok Ibah tidak masuk dan sebagainya. Ada kemungkinan sengaja tidak dimasukkan, bisa juga karena tidak sengaja. Ada yang terpaksa atau ada yang dipaksa, nah di antara semua itu, mana ini kenanya,” tandas politisi Golkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng ini.
Kalau ada faktor kesengajaan atau ‘permainan’, kata Demer, maka akan ada sanksi terkait lepasnya Cok Ibah. “Nanti ada Tim DPP Golkar yang memberikan sanksi. Ada Tim Hukum, ada Dewan Kehormatan. Ini akan dibawa ke Tim Hukum,” sebut Demer. “Ini baru pertama kali di Indonesia yaitu di Bali (ada rekomendasi DPP Golkar tidak dilaksanakan di daerah, Red). Kalau untuk kabupaten, kasus seperti ini juga terjadi di Sulawesi Utara,” lanjut anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali tiga kali periode ini.
Demer menyebutkan, kasus caleg incumbent tercecer juga terjadi di Tabanan, di mana Ni Made Meliani awalnya tidak didaftarkan sebagai caleg DPRD Tabanan ke KPU. Namun, kasus Meliani bisa diatasi. Meliani akhirnya didaftarkan ke KPU Tabanan, setelah ada caleg Golkar dari Dapil Kecamatan Tabanan-Kerambitan mengundurkan diri, yakini Ni Putu Suarilawati. “Kasus caleg Golkar Bu Made Meliani bisa diselesaikan. Kami turun ke Tabanan, dan yang mau diganti itu mau mundur sebagai caleg DPRD Tabanan,” ujar Demer.
Menurut Demer, terkait proses pencalegan sejak awal untuk DPRD Bali Dapil Gianyar, DPP Golkar hanya memonitor dan menengahi. “Kalau jalan dan aman-aman saja, DPP Golkar hanya melihatnya. Kalau sudah aneh-aneh, maka di situ DPP Golkar turun tangan. Makanya, dalam kasus Cok Ibah ini, harus dilihat apakah ada faktor kesengajaan atau tidak disengaja? Lihat saja nanti,” tegasnya.
Demer mengatakan, Cok Ibah sebenarnya sudah ditawarkan maju tahung ke DPRD Gianyar. Hanya saja, sejauh mana prosesnya, akan dicek lagi. “Kami harus cek dulu. Versi DPD I Golkar Bali, Cok Ibah ditawari ke DPRD Gianyar. Cuma, kalau tidak ada yang mau mundur lagi di kabupaten, ya sama saja,” papar Demer.
Data yang diperoleh NusaBali, ada 6 caleg DPRD Bali Dapil Gianyar yang didaftarkan Golkar ke KPU Bali. Termasuk di antaranya Made Dauh Wijana, politisi asal Desa/Kecamatan Tegallalang yang kini Ketyua DPD II Golkar Gianyar. Dauh Wijana berstatus incumbent, setelah 6 bulan duduk di DPRD Bali menggantikan Cok Ibah dengan status PAW (pengganti antar waktu). Cok Ibah sebelumnya mundur dari DPRD Bali Dapil Gianyar yang sudah dua kali periode didudukinya, karena politisi senior Golkar asal Puri Agung Ubud ini maju tarung sebagai Calon Bupati Gianyar ke Pilkada 2018.
Selain Dauh Wijana, 5 caleg Golkar untuk kursi DPRD Bali Dapil Gianyar semuanya berstatus new comer, yakni Cokorda Istri Niti Yadnya, Pande Made Marini, Cokorda Gede Govinda Parta, I Wayan Nuastha, dan Sri Noriska Cahaya Ningrum. Perlu dicatat, Cok Istri Niti Yadnya masih merupakan keponakan Cok Ibah dari Puri Agung Ubud. Cok Istri Niti Yadnya adalah anak dari Panglingsir Puri Agung Ubud, al-marhum Tjokorda Agung Suyasa. Sedangkan almarhum Tjok Agung Su-yasa merupakan kakak tiri dari Cok Ibah. Sebelumnya, Cok Niti sempat duduk anggota Fraksi Golkar DPRD Gianyar 2009-2014. Saat itu, Cok Ibah sudah beralih ke DPRD Bali.
Dari 6 nama caleg Golkar ini, hanya Dauh Wijana yang disebut-sebut punya kemungkinan lolos ke DPRD Bali Dapil Gianyar di Pileg 2019 nanti. Sedangkan 5 nama lainnya bakal menjadi pendulang suara dan harus bertarung melawan Dauh Wijana yang berstatus incumbent DPRD Bali. “Dauh Wijana paling hanya bersaing dengan Wayan Nuastha, mantan anggoa Fraksi PDIP DPRD Bali 1999-2004. Dalam Pileg 2014 lalu, Nuastha juga jadi caleg DPRD Bali Dapil Gianyar, namun dia saat itu kalah saing dengan Cok Ibah,” kata sumber NusaBali.
Namun, jika Cok Ibah tarung sbagai caleg DPRD Bali dari Golkar Dapiol Gianyar, konstelasi bisa berbeda. Cok Ibah di atas kertas akan lolos, karena punya nama besar dan reputasi, selain sebetulnya masih berstatus setengan incumbent. Di atas kertas, Cok Ibah akan mampu mengatasi perasingan dengan Dauh Wijana cs. Faktanya, saat Pileg 2014 lalu, Cok Ibah tembus DPRD Bali dengan raihan 22.246 suara. Sedangkan Dauh Wijanakala itu menempati peringkat kedua dengan perolehan 6.140 suara.
Sementara itu, DPD I Golkar Bali akan menggelar rapat khusus terkait masalah Cok Ibah. Raoat tersebut akan digelar di Kantor Sekretariat DPD I Golkar Bali, Jalan Surapati Denpasar, Sabtu (28/7) ini. Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Daerah DPD I Golkar Bali, I Gusti Putu Wijaya, menyatakan rapat hari ini untuk memutuskan nasib Cok Ibah. “Lihat saja besok (hari ini) perkembangannya,” jelas Wijaya secara terpisah di Denpasar, Jumat kermarin.
Terkait adanya rencana DPP Golkar melakukan investitasi karena DPD I Golkar Bali tidak bisa melaksanakan rekomendasi untuk memasukkan Cok Ibah sebagai caleg DPRD Bali Dapil Gianyar, menurut Wijaya, itu lebih bagus. “Oh, lebih bagus begitu,” tegas Wijaya.
Namun Wijaya tidak mau banyak komentar dulu sebelum ada keputusan resmi DPP Golkar dan DPD I Golkar Bali menyangkut Cok Ibah. “Apaka Cok Ibah akan benar-benar tidak diusukkan sebagai caleg DPRD Bali, tergantung rapat besok (hari ini),” kilah Wijaya. *nat
1
Komentar