Bus Pelajar di Gianyar Ngenah-ilang
Saat jam pulang sekolah, ratusan orangtua siswa berjubel di pinggir jalan raya menunggu anak-anak mereka.
GIANYAR, NusaBali
Keberadaan angkutan gratis berupa bus pelajar yang disediakan Pemkab Gianyar, ngenah-ilang alias pernah muncul, namun hilang lagi. Terbukti ratusan orangtua siswa, antara lain di depan SMPN 1 Gianyar dan SMPN 3 Gianyar, berjubel di depan sekolah tersebut untuk menjemput anak-anak mereka pulang.
Kepada NusaBali, Jumat (27/7), beberapa orangtua siswa SMPN 3 Gianyar di Desa Temesi, Kecamatan/Kabupaten Gianyar, mempertanyakan kelanjutan operasi bus pelajar itu. ‘’Ya, kok bus pelajar ini ngenah-ilang. Sepertinya bus ini hanya lancar melayani jelang Pilkada Gianyar lalu,’’ ujar beberapa orangtua siswa yang enggan namanya dikorankan.
Kepala SMPN 3 Gianyar I Made Sukaja mengakui keberadaan bus pelajar itu belakangan ini saru gremeng alias kurang jelas. Namun selama ini belum ada ada anak atau orangtua siswa yang menanyakan kepada dirinya. ‘’Mungkin anak-anak memanfaatkan bus ini jika kebetulan ada. Jika tak ada, tak ada yang menanyakan. Mungkin anak-anak tak terlalu perlu bus ini,’’ jelas kasek asal Banjar Seseh, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawytai, Gianyar ini.
Dia mengakui, saat jam pulang sekolah, ratusan orangtua siswa berjubel di pinggir jalan raya menunggu anak-anak mereka pulang dari sekolah. Namun dia tahunya, kenapa bus pelajar ini tak lagi beroperasi. ‘’Syukurnya sekolah kami ada di jalur transportasi umum. Tidak ada anak sampai tak bisa pulang karena tak dijemput atau tak dapat angkutan umum,’’ jelasnya. Dia mengatakan, sekolah ini punya 445 siswa klas 9, 383 siswa kelas 8, dan 440 siswa kelas 7. Mereka mayoritas asal Kelurahan Samplangan, Gianyar, Abianbase, dan Beng. Beberapa di antaranya dari Kelurahan Bitera. Rata-rata jarak rumah siswa – sekolah,--kecuali Kelurahan Samplangan dan Desa Temesi, sekitar 3 km.
Dikonfirmasi terpisah, Sekretaris Dinas Perhubungan Kabupaten Gianyar I Made Rai Ridharta memastikan pelayanan bus sekolah tetap berjalan. Hanya saja, memang untuk wilayah Kecamatan Gianyar dan Blahbatuh ada pengalihan armada. Dari bus besar berkapasitas 30 sit menjadi angkutan kota (angkot). Sementara bus besar yang biasa melayani pelajar di 2 kecamatan ini, dialihkan ke kecamatan yang lebih membutuhkan seperti Payangan. "Programnya masih normal. Hanya saja sepertinya ada nanti pengalihan armada. Ada kendaraan yang lebih kecil sebagai penggantinya. Jadi tidak benar kalau dibilang pelayanan terhenti," jelasnya, Jumat (27/7).
Tahun 2018 akan ada total penambahan 100 unit angkot untuk siswa. "Sementara baru 2 kecamatan yang keluar izin operasionalnya. Gianyar dan Blahbatuh," jelasnya. Per kecamatan, akan dilayani secara merata, antara 8 - 12 unit per kecamatan. Keberadaan angkot kecil ini pun dinilai akan lebih efektif untuk antar jemput siswa. Satu angkot bisa fokus mengantarkan siswa yang tujuannya sama. Total 100 angkot ini diharapkan sudah bisa beroprasi bulan Agustus ini. "Harapannya bulan depan bisa beroprasi," ujarnya. *lsa, nvi
Kepada NusaBali, Jumat (27/7), beberapa orangtua siswa SMPN 3 Gianyar di Desa Temesi, Kecamatan/Kabupaten Gianyar, mempertanyakan kelanjutan operasi bus pelajar itu. ‘’Ya, kok bus pelajar ini ngenah-ilang. Sepertinya bus ini hanya lancar melayani jelang Pilkada Gianyar lalu,’’ ujar beberapa orangtua siswa yang enggan namanya dikorankan.
Kepala SMPN 3 Gianyar I Made Sukaja mengakui keberadaan bus pelajar itu belakangan ini saru gremeng alias kurang jelas. Namun selama ini belum ada ada anak atau orangtua siswa yang menanyakan kepada dirinya. ‘’Mungkin anak-anak memanfaatkan bus ini jika kebetulan ada. Jika tak ada, tak ada yang menanyakan. Mungkin anak-anak tak terlalu perlu bus ini,’’ jelas kasek asal Banjar Seseh, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawytai, Gianyar ini.
Dia mengakui, saat jam pulang sekolah, ratusan orangtua siswa berjubel di pinggir jalan raya menunggu anak-anak mereka pulang dari sekolah. Namun dia tahunya, kenapa bus pelajar ini tak lagi beroperasi. ‘’Syukurnya sekolah kami ada di jalur transportasi umum. Tidak ada anak sampai tak bisa pulang karena tak dijemput atau tak dapat angkutan umum,’’ jelasnya. Dia mengatakan, sekolah ini punya 445 siswa klas 9, 383 siswa kelas 8, dan 440 siswa kelas 7. Mereka mayoritas asal Kelurahan Samplangan, Gianyar, Abianbase, dan Beng. Beberapa di antaranya dari Kelurahan Bitera. Rata-rata jarak rumah siswa – sekolah,--kecuali Kelurahan Samplangan dan Desa Temesi, sekitar 3 km.
Dikonfirmasi terpisah, Sekretaris Dinas Perhubungan Kabupaten Gianyar I Made Rai Ridharta memastikan pelayanan bus sekolah tetap berjalan. Hanya saja, memang untuk wilayah Kecamatan Gianyar dan Blahbatuh ada pengalihan armada. Dari bus besar berkapasitas 30 sit menjadi angkutan kota (angkot). Sementara bus besar yang biasa melayani pelajar di 2 kecamatan ini, dialihkan ke kecamatan yang lebih membutuhkan seperti Payangan. "Programnya masih normal. Hanya saja sepertinya ada nanti pengalihan armada. Ada kendaraan yang lebih kecil sebagai penggantinya. Jadi tidak benar kalau dibilang pelayanan terhenti," jelasnya, Jumat (27/7).
Tahun 2018 akan ada total penambahan 100 unit angkot untuk siswa. "Sementara baru 2 kecamatan yang keluar izin operasionalnya. Gianyar dan Blahbatuh," jelasnya. Per kecamatan, akan dilayani secara merata, antara 8 - 12 unit per kecamatan. Keberadaan angkot kecil ini pun dinilai akan lebih efektif untuk antar jemput siswa. Satu angkot bisa fokus mengantarkan siswa yang tujuannya sama. Total 100 angkot ini diharapkan sudah bisa beroprasi bulan Agustus ini. "Harapannya bulan depan bisa beroprasi," ujarnya. *lsa, nvi
Komentar