Harga Daging Ayam Tembus Rp 45.000/Kg
Jajaran Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perdagangan dan Perindustrian (Koperindag) Jembrana, melakukan monitoring harga barang ke sejumlah pasar tradisional, Jumat (27/7).
NEGARA, NusaBali
Dalam kegiatan monitoring tersebut, terungkap kenaikan harga daging ayam tembus kisaran Rp 42.000 hingga Rp 45.000 per kilogram dari harga sebelumnya Rp 35.000 per kilogram.
Menurut salah satu pedagang daging di Pasar Umum Negara, Sri Hamami, 42, kenaikan harga daging ayam serta telur itu, sebenarnya mulai merangkak pasca Hari Raya Lebaran. Kenaikan harga daging ayam ini, terjadi karena minimnya pasokan ayam siap potong dari peternak ke pengepul. “Katanya ayam di peternak masih banyak muda, dan belum siap potong. Kami ambil tinggi dari pengepul, terpaksa kami juga dagingnya jual tinggi,” ujar pedagang daging dari Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana, yang biasa memotong sendiri daging ayam jualannya ini.
Selain daging ayam, dalam sidak Jumat kemarin, harga telur juga ditemukan mengalami kenaikan cukup signifikan. Di mana telur yang sebelumnya Rp 1.300 per butir, kini menembus kisaran Rp 1.500 per butir. Kenaikan harga telur itu pun membuat sejumlah warung-warung eceran yang biasa mengambil telur di pasar, menjual telur hingga menembus Rp 2.000 per butir. “Ya harga pokok sudah mahal. Kami juga sulit menjualnya, tetapi mau bagaimana lagi,” ujar salah satu pedagang eceran, Putu Parmi, 35, yang sempat ditemui membeli telur di Pasar Umum Negara.
Kepala Dinas Koperindag Jembrana Made Gede Budhiarta, membenarkan adanya lonjakan harga daging ayam dan telur yang begitu signifikan di 9 pasar tradisional yang dijadikan sasaran monitoring harga barang, Jumat kemarin. Sementara beberapa kebutuhan pokok lainnya, terpantau masih relatif normal. “Yang tinggi hanya daging ayam dan telur. Dan untuk harga ayam dan telur itu, yang juga terjadi secara Nasional belakangan ini,” ujarnya.
Menurutnya, kenaikan harga daging ayam serta telur itu, memang diduga terjadi karena masalah produksi di tingkat peternak. Khusus untuk kebutuhan telur maupun ayam di Jembrana, juga banyak disuplay dari luar Jembrana. Terkait lonjakan harga tersebut, pihaknya memastikan akan tetap melakukan pemantauan, dan berencana menggelar operasi pasar atau pasar murah ketika harga. “Akan kami pantau sampai seminggu ke depan. Kalau masih seperti ini, kami akan koordinasi dengan Bulog, sehingga bisa dilakukan semacam operasi pasar,” ujarnya. *ode
Menurut salah satu pedagang daging di Pasar Umum Negara, Sri Hamami, 42, kenaikan harga daging ayam serta telur itu, sebenarnya mulai merangkak pasca Hari Raya Lebaran. Kenaikan harga daging ayam ini, terjadi karena minimnya pasokan ayam siap potong dari peternak ke pengepul. “Katanya ayam di peternak masih banyak muda, dan belum siap potong. Kami ambil tinggi dari pengepul, terpaksa kami juga dagingnya jual tinggi,” ujar pedagang daging dari Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana, yang biasa memotong sendiri daging ayam jualannya ini.
Selain daging ayam, dalam sidak Jumat kemarin, harga telur juga ditemukan mengalami kenaikan cukup signifikan. Di mana telur yang sebelumnya Rp 1.300 per butir, kini menembus kisaran Rp 1.500 per butir. Kenaikan harga telur itu pun membuat sejumlah warung-warung eceran yang biasa mengambil telur di pasar, menjual telur hingga menembus Rp 2.000 per butir. “Ya harga pokok sudah mahal. Kami juga sulit menjualnya, tetapi mau bagaimana lagi,” ujar salah satu pedagang eceran, Putu Parmi, 35, yang sempat ditemui membeli telur di Pasar Umum Negara.
Kepala Dinas Koperindag Jembrana Made Gede Budhiarta, membenarkan adanya lonjakan harga daging ayam dan telur yang begitu signifikan di 9 pasar tradisional yang dijadikan sasaran monitoring harga barang, Jumat kemarin. Sementara beberapa kebutuhan pokok lainnya, terpantau masih relatif normal. “Yang tinggi hanya daging ayam dan telur. Dan untuk harga ayam dan telur itu, yang juga terjadi secara Nasional belakangan ini,” ujarnya.
Menurutnya, kenaikan harga daging ayam serta telur itu, memang diduga terjadi karena masalah produksi di tingkat peternak. Khusus untuk kebutuhan telur maupun ayam di Jembrana, juga banyak disuplay dari luar Jembrana. Terkait lonjakan harga tersebut, pihaknya memastikan akan tetap melakukan pemantauan, dan berencana menggelar operasi pasar atau pasar murah ketika harga. “Akan kami pantau sampai seminggu ke depan. Kalau masih seperti ini, kami akan koordinasi dengan Bulog, sehingga bisa dilakukan semacam operasi pasar,” ujarnya. *ode
Komentar