PDIP: Demokrat Gagal Koalisi karena SBY Peragu
PDIP masih tak paham akan 'keluhan' Ketum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait rintangan berkoalisi karena hubungan dengan sang ketum, Megawati Soekarnoputri, yang belum membaik.
JAKARTA, NusaBali
PDIP menganggap kegagalan SBY-Joko Widodo berkoalisi karena sikap peragu presiden ke-6 RI itu sendiri. "Saya sungguh heran dengan Pak SBY. Sosoknya yang besar, kenapa beliaunya peragu? Pak SBY sendiri selalu bilang lima kali Pak Jokowi mengajak kami di dalam. Setiap bertemu dengan Pak Jokowi, Pak SBY selalu bertanya, 'Pak Jokowi, apakah kalau Partai Demokrat berada dalam koalisi, partai-partai koalisi bisa menerima kehadiran kami?' Lalu berdasarkan keterangan Pak SBY sendiri, Pak Jokowi menjawab, 'Bisa, karena presidennya saya,'" kata Ketua DPP Bidang Kehormatan PDIP, Komaruddin Watubun, Jumat (27/7).
SBY dalam pernyataannya juga menyebut salah satu rintangan berkoalisi dengan Jokowi ialah hubungan dengan Ketum PDIP Megawati yang belum membaik. Watubun heran atas pernyataan SBY itu.
"Jadi kenapa Ibu Mega yang disalahkan. Masalahnya berada di Pak SBY sendiri. Rakyat tahu itu," sebut Watubun dilansir detik.com. Menurut Watubun, kegagalan bergabungnya SBY, keluarga, beserta seluruh keluarga besar Partai Demokrat dalam koalisi Jokowi lebih disebabkan keraguan SBY sendiri. Sebab, kata Watubun, ketika Jokowi menjawab PD bisa bergabung dengan koalisi, SBY menolaknya dan menyeret Megawati.
Padahal, kata Watubun, rakyat Indonesia tahu bahwa Jokowi telah mempersatukan semua presiden dan wakil presiden terdahulu saat upacara kemerdekaan ke-72 RI tahun lalu. SBY saat itu telah bersalaman dengan Mega dan disaksikan jutaan mata rakyat Indonesia.
"Kok sekarang Pak SBY kembali berulah lagi tentang hubungan dengan Ibu Mega belum pulih? Ini SBY dihantui oleh perasaannya sendiri," kata Watubun. "Jadi, di mana Ibu Mega menghambat koalisi tersebut? Bahkan, ketika Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menerima Wakil Ketua Dewan Pembina Demokrat dan sekaligus Wakil Ketua DPR RI, Agus Hermanto, yang juga masih famili Ibu Ani Yudhoyono, jaminan telah kami tegaskan kembali. Kami tidak mempersoalkan ketika Demokrat gabung dengan Pak Jokowi pun," sebut dia.
Meski demikian, Watubun memahami sikap politik SBY saat ini. Dia lalu bicara soal betapa orang tua ingin anaknya sukses. "Kita maafkan Pak SBY-lah, saya sendiri juga seorang bapak, bisa merasakan mimpi seorang bapak terhadap anaknya," sindir Watubun. *
SBY dalam pernyataannya juga menyebut salah satu rintangan berkoalisi dengan Jokowi ialah hubungan dengan Ketum PDIP Megawati yang belum membaik. Watubun heran atas pernyataan SBY itu.
"Jadi kenapa Ibu Mega yang disalahkan. Masalahnya berada di Pak SBY sendiri. Rakyat tahu itu," sebut Watubun dilansir detik.com. Menurut Watubun, kegagalan bergabungnya SBY, keluarga, beserta seluruh keluarga besar Partai Demokrat dalam koalisi Jokowi lebih disebabkan keraguan SBY sendiri. Sebab, kata Watubun, ketika Jokowi menjawab PD bisa bergabung dengan koalisi, SBY menolaknya dan menyeret Megawati.
Padahal, kata Watubun, rakyat Indonesia tahu bahwa Jokowi telah mempersatukan semua presiden dan wakil presiden terdahulu saat upacara kemerdekaan ke-72 RI tahun lalu. SBY saat itu telah bersalaman dengan Mega dan disaksikan jutaan mata rakyat Indonesia.
"Kok sekarang Pak SBY kembali berulah lagi tentang hubungan dengan Ibu Mega belum pulih? Ini SBY dihantui oleh perasaannya sendiri," kata Watubun. "Jadi, di mana Ibu Mega menghambat koalisi tersebut? Bahkan, ketika Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menerima Wakil Ketua Dewan Pembina Demokrat dan sekaligus Wakil Ketua DPR RI, Agus Hermanto, yang juga masih famili Ibu Ani Yudhoyono, jaminan telah kami tegaskan kembali. Kami tidak mempersoalkan ketika Demokrat gabung dengan Pak Jokowi pun," sebut dia.
Meski demikian, Watubun memahami sikap politik SBY saat ini. Dia lalu bicara soal betapa orang tua ingin anaknya sukses. "Kita maafkan Pak SBY-lah, saya sendiri juga seorang bapak, bisa merasakan mimpi seorang bapak terhadap anaknya," sindir Watubun. *
Komentar