Simakrama Gubernur Bali Bakal Beda Pola
Pastika: Beda Pemimpin Beda Gaya
DENPASAR, NusaBali
Gubernur Bali, Made Mangku Pastika akan mengakhiri masa jabatannya pada 29 Agustus 2018 mendatang. Selama 10 tahun kepemimpinannya Pastika dikenal sebagai Gubernur Bali yang aspiratif. Salah satu bukti sikap Pastika tersebut adalah menggelar simakrama setiap akhir bulan dengan menerima aspirasi dan keluhan masyarakat. Selain itu juga ada Podium Bali Bebas Bicara Apa saja (PB3AS) di pojok Lapangan Puputan Margana Niti Mandala Denpasar setiap hari Minggu pagi. Namun program simakrama ala Pastika ini sepertinya akan beda pola di kepemimpinan Cagub-Cawagub terpilih periode 2018-2013, Wayan Koster-Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Koster-Ace).
Selama 10 tahun masa kepemimpinannya, Gubernur Pastika telah melaksanakan sebanyak 98 kali tatap muka atau simakrama dengan rakyat. Usai pengumuman Cagub-Cawagub Bali terpilih periode 2008-2023 di Gedung DPRD Bali, Senin (30/7) siang, Gubernur Pastika mengaku tidak masalah kalau program simakrama akan dilanjutkan atau tidak oleh Koster.
Didampingi Ketua DPRD Bali Nyoman Adi Wiryatama, Cagub terpilih Koster dan Cawagub terpilih Cok Ace, Gubernur Pastika mengatakan beda jaman beda pemimpin. Beda pemimpin beda jaman. “Artinya setiap pemimpin berbeda-beda gaya kepemimpinanya,” ujar Pastika sambil menoleh ke Cagub Koster.
Sementara Cagub Koster kemarin tidak secara tegas menyampaikan apakah program simakrama ala Gubernur Pastika selama 10 tahun akan dilanjutkan atau tidak. Koster mengatakan simakrama ketika dirinya menjadi Gubernur Bali akan berbeda. “Pola simakrama itu tidak hanya seperti sekarang. Banyak polanya nanti,” ujar politisi PDIP asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng ini sambil bergegas ke parkiran halaman Gedung DPRD Bali.
Sementara kalangan DPRD Bali kemarin bereaksi soal kelanjutan program-program yang telah dilaksanakan pemimpin Bali era Mangku Pastika. Ketua Komisi III DPRD Bali, I Nengah Tamba mengatakan program Simakrama ala Gubernur Pastika harus dilanjutkan. Meskipun bentuknya tidak serupa. Sedangkan anggota Fraksi Gabungan Panca Bayu DPRD Bali dari Partai NasDem, I Nyoman Tirtawan secara terpisah mengatakan dalam pemerintahan dan rezim tidak sama cara memimpinnya. “Gubernur terpilih Pak Koster tidak harus membuat simakrama yang sama seperti Gubernur Mangku Pastika,” ujar politisi asal Desa Bebetin, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng ini.
Sedangkan Sekretaris Fraksi Golkar DPRD Bali, Ida Gede Komang Kresna Budi secara terpisah meminta program simakrama dan PB3AS dilanjutkan Gubernur Koster. “Sangat disayangkan kalau tidak dilanjutkan. Silahkan bentuknya seperti apa kita ingin pola simakrama ini harus diadopsi,” pungkas Kresna Budi. *nat
Selama 10 tahun masa kepemimpinannya, Gubernur Pastika telah melaksanakan sebanyak 98 kali tatap muka atau simakrama dengan rakyat. Usai pengumuman Cagub-Cawagub Bali terpilih periode 2008-2023 di Gedung DPRD Bali, Senin (30/7) siang, Gubernur Pastika mengaku tidak masalah kalau program simakrama akan dilanjutkan atau tidak oleh Koster.
Didampingi Ketua DPRD Bali Nyoman Adi Wiryatama, Cagub terpilih Koster dan Cawagub terpilih Cok Ace, Gubernur Pastika mengatakan beda jaman beda pemimpin. Beda pemimpin beda jaman. “Artinya setiap pemimpin berbeda-beda gaya kepemimpinanya,” ujar Pastika sambil menoleh ke Cagub Koster.
Sementara Cagub Koster kemarin tidak secara tegas menyampaikan apakah program simakrama ala Gubernur Pastika selama 10 tahun akan dilanjutkan atau tidak. Koster mengatakan simakrama ketika dirinya menjadi Gubernur Bali akan berbeda. “Pola simakrama itu tidak hanya seperti sekarang. Banyak polanya nanti,” ujar politisi PDIP asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng ini sambil bergegas ke parkiran halaman Gedung DPRD Bali.
Sementara kalangan DPRD Bali kemarin bereaksi soal kelanjutan program-program yang telah dilaksanakan pemimpin Bali era Mangku Pastika. Ketua Komisi III DPRD Bali, I Nengah Tamba mengatakan program Simakrama ala Gubernur Pastika harus dilanjutkan. Meskipun bentuknya tidak serupa. Sedangkan anggota Fraksi Gabungan Panca Bayu DPRD Bali dari Partai NasDem, I Nyoman Tirtawan secara terpisah mengatakan dalam pemerintahan dan rezim tidak sama cara memimpinnya. “Gubernur terpilih Pak Koster tidak harus membuat simakrama yang sama seperti Gubernur Mangku Pastika,” ujar politisi asal Desa Bebetin, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng ini.
Sedangkan Sekretaris Fraksi Golkar DPRD Bali, Ida Gede Komang Kresna Budi secara terpisah meminta program simakrama dan PB3AS dilanjutkan Gubernur Koster. “Sangat disayangkan kalau tidak dilanjutkan. Silahkan bentuknya seperti apa kita ingin pola simakrama ini harus diadopsi,” pungkas Kresna Budi. *nat
1
Komentar