Akhirnya, Cok Ibah Tak Nyaleg
Meski tak nyaleg lagi, Cok Ibah menyatakan tak mundur dari Golkar. Dia hanya akan mundur dari jabatan Penasihat DPD II Golkar Gianyar.
Tak Dihubungi Golkar Bali Soal Tarik Ulur Pencalonan
GIANYAR, NusaBali
Tokoh Puri Agung Ubud, Gianyar, Tjokorda Raka Kerthyasa alias Cok Ibah, akhirnya urung bertarung dalam pencalonan untuk DPRD Bali Dapil Gianyar. Karena hingga, Selasa (31/7) sore, deadline penyetoran perbaikan nama-nama caleg ke KPU Bali, Cok Ibah tak mendapatkan kabar dari DPD I Golkar Bali tentang tarik-ulur pencalonannya.
Dihubungi sore kemarin, Cok Ibah yang mengaku sedang di kediaman asalnya, Puri Saren Kawan (bagian dari Puri Agung Ubud, Red), mengaku tak ada pihak DPD I Golkar Bali yang mengontak terkait pencalonan dirinya. Karena itu, dirinya berkesimpulan Golkar tak lagi memberikan kesempatan untuk dirinya bertarung dalam pencalegan DPRD Bali Dapil Gianyar untuk Pileg 2019. “Sambil melihat perkembangan politik yang ada, saya lebih baik istirahat dulu dari pencalonan,’’ jelas Bendesa Adat Ubud sejak tahun 2008 ini.
Karena tak lagi nyalon, mantan Ketua DPD II Golkar Gianyar ini menyarankan pendukungnya tetap melaksanakan pilihan pada Pileg nanti. Politisi yang pencinta kesusastraan ini minta kepada pendukungnya memilih dengan hati nurani pada caleg terbaik.
Meski tak diberi kesempatan nyalon lagi, Cok Ibah menyatakan tak mundur dari Golkar. Hanya saja, dirinya akan bersurat ke DPD II Golkar Gianyar karena akan mundur dari jabatan sebagai Penasihat DPD II Golkar Gianyar. “Saya hanya akan mundur dari kepengurusan Golkar. Biar yang muda-muda tampil dan maju,” ujarnya.
Cok Ibah memaklumi, keputusannya tak nyalon, meski dilamar banyak partai, pasti berbuah kecewa para pendukungnya. Pendukung juga kecewa atas proses politik hingga Cok Ibah gugur dalam proses pencalonan di Golkar. Sebagaimana diketahui dengan gugurnya Cok Ibah dalam pencaloban di Golkar, maka Puri Agung Ubud hanya punya satu bakal caleg untuk DPRD Bali. Bakal caleg dimaksud adalah Tjokorda Asmara Putra Sukawati alias Cok Asmara, caleg Nomor 1 Demokrat untuk DPRD Bali dari Dapil Gianyar.
Cok Asmara dari Puri Kantor Ubud, masih kerabat Puri Agung Ubud. Sedangkan, nama keponakan Cok Ibah, Tjokorda Istri Niti Yadnya, yang sempat disebut-sebut dicalonkan (kuota perempuan) dari Golkar untuk DPRD Bali dari Dapil Gianyar, ternyata lenyap.
Apakah pendukung Cok Ibah akan mendukung Cok Asmara? Cok Ibah mengaku dirinya tak akan mengarahkan pendukungnya untuk memilih caleg tertentu, termasuk Cok Asmara. “Kan bisa saja mendukung Cok Asmara, bisa juga tidak. Ya, pintar-pintarnya Cok Asmara sekarang mengelola kesempatan,” ujar Cok Ibah. Pasca tak nyalon, Cok Ibah mengaku akan lebih berkosentrasi mengabdikan dirinya kepada masyarakat khususnya di Ubud.
Sebagaimana diketahui, Cok Ibah menjabat Bendesa Pakraman Ubud sejak tahun 2008 atau pasca bendesa sebelumnya (alm) Tjokorda Agung Suyasa, meninggal. Cok Ibah juga salah seorang tokoh Puri Agung Ubud yang sering diminta masyarakat untuk ngarajegin karya pada sejumlah pura baik di Kabupaten Gianyar dan luar Gianyar.
Cok Ibah menyampaikan, terima kasih kepada sejumlah pimpinan parpol yang telah menawarinya nyalon. Dia juga menyampaikan permintaan maaf karena tak bisa memenuhi harapan mereka. Cok Ibah juga memberikan alasan tak nyalon di partai lain (non Golkar) karena hakikatnya lebih penting menyuarakan kepentingan umum, ketimbang kepentingan mendapat jabatan. Apakah takut dijuluki politisi kutu loncat jika nyalon ke partai lain? “Apapun istilahnya, semua kembali ke pribadi politisi dalam berkiprah sesuai kemampuan. Saya tak berpikir yang aneh-aneh. Yang penting sekarang saya bisa mategtegan (menenangkan diri),” jelasnya. *lsa
GIANYAR, NusaBali
Tokoh Puri Agung Ubud, Gianyar, Tjokorda Raka Kerthyasa alias Cok Ibah, akhirnya urung bertarung dalam pencalonan untuk DPRD Bali Dapil Gianyar. Karena hingga, Selasa (31/7) sore, deadline penyetoran perbaikan nama-nama caleg ke KPU Bali, Cok Ibah tak mendapatkan kabar dari DPD I Golkar Bali tentang tarik-ulur pencalonannya.
Dihubungi sore kemarin, Cok Ibah yang mengaku sedang di kediaman asalnya, Puri Saren Kawan (bagian dari Puri Agung Ubud, Red), mengaku tak ada pihak DPD I Golkar Bali yang mengontak terkait pencalonan dirinya. Karena itu, dirinya berkesimpulan Golkar tak lagi memberikan kesempatan untuk dirinya bertarung dalam pencalegan DPRD Bali Dapil Gianyar untuk Pileg 2019. “Sambil melihat perkembangan politik yang ada, saya lebih baik istirahat dulu dari pencalonan,’’ jelas Bendesa Adat Ubud sejak tahun 2008 ini.
Karena tak lagi nyalon, mantan Ketua DPD II Golkar Gianyar ini menyarankan pendukungnya tetap melaksanakan pilihan pada Pileg nanti. Politisi yang pencinta kesusastraan ini minta kepada pendukungnya memilih dengan hati nurani pada caleg terbaik.
Meski tak diberi kesempatan nyalon lagi, Cok Ibah menyatakan tak mundur dari Golkar. Hanya saja, dirinya akan bersurat ke DPD II Golkar Gianyar karena akan mundur dari jabatan sebagai Penasihat DPD II Golkar Gianyar. “Saya hanya akan mundur dari kepengurusan Golkar. Biar yang muda-muda tampil dan maju,” ujarnya.
Cok Ibah memaklumi, keputusannya tak nyalon, meski dilamar banyak partai, pasti berbuah kecewa para pendukungnya. Pendukung juga kecewa atas proses politik hingga Cok Ibah gugur dalam proses pencalonan di Golkar. Sebagaimana diketahui dengan gugurnya Cok Ibah dalam pencaloban di Golkar, maka Puri Agung Ubud hanya punya satu bakal caleg untuk DPRD Bali. Bakal caleg dimaksud adalah Tjokorda Asmara Putra Sukawati alias Cok Asmara, caleg Nomor 1 Demokrat untuk DPRD Bali dari Dapil Gianyar.
Cok Asmara dari Puri Kantor Ubud, masih kerabat Puri Agung Ubud. Sedangkan, nama keponakan Cok Ibah, Tjokorda Istri Niti Yadnya, yang sempat disebut-sebut dicalonkan (kuota perempuan) dari Golkar untuk DPRD Bali dari Dapil Gianyar, ternyata lenyap.
Apakah pendukung Cok Ibah akan mendukung Cok Asmara? Cok Ibah mengaku dirinya tak akan mengarahkan pendukungnya untuk memilih caleg tertentu, termasuk Cok Asmara. “Kan bisa saja mendukung Cok Asmara, bisa juga tidak. Ya, pintar-pintarnya Cok Asmara sekarang mengelola kesempatan,” ujar Cok Ibah. Pasca tak nyalon, Cok Ibah mengaku akan lebih berkosentrasi mengabdikan dirinya kepada masyarakat khususnya di Ubud.
Sebagaimana diketahui, Cok Ibah menjabat Bendesa Pakraman Ubud sejak tahun 2008 atau pasca bendesa sebelumnya (alm) Tjokorda Agung Suyasa, meninggal. Cok Ibah juga salah seorang tokoh Puri Agung Ubud yang sering diminta masyarakat untuk ngarajegin karya pada sejumlah pura baik di Kabupaten Gianyar dan luar Gianyar.
Cok Ibah menyampaikan, terima kasih kepada sejumlah pimpinan parpol yang telah menawarinya nyalon. Dia juga menyampaikan permintaan maaf karena tak bisa memenuhi harapan mereka. Cok Ibah juga memberikan alasan tak nyalon di partai lain (non Golkar) karena hakikatnya lebih penting menyuarakan kepentingan umum, ketimbang kepentingan mendapat jabatan. Apakah takut dijuluki politisi kutu loncat jika nyalon ke partai lain? “Apapun istilahnya, semua kembali ke pribadi politisi dalam berkiprah sesuai kemampuan. Saya tak berpikir yang aneh-aneh. Yang penting sekarang saya bisa mategtegan (menenangkan diri),” jelasnya. *lsa
1
Komentar