Penjual Bendera Musiman Mulai Muncul
Memasuki bulan Agustus, bulan kemerdekaan RI, para pedagang bendera merah putih mulai bermunculan di sejumlah titik di Kecamatan Kuta, Badung.
MANGUPURA, NusaBali
Para pedagang yang memanfaatkan momen HUT Republik Indonesia ini datang ke Bali untuk mengais rezeki, karena harga penjualan bendera di Bali menggiurkan.
Salah seorang penjual bendera yang mengaku bernama Hamdan, saat ditemui di pinggir Jalan Bypass I Gusti Ngurah Rai, Kuta, Selasa (31/7), mengaku dari Tasikmalaya, Jawa Barat, berani datang ke Bali untuk berjualan bendera karena keuntungannya mencukupi untuk menghidupi keluarga. Bahkan, pengakuan pria yang setiap tahun menjual bendera di Bali ini, setiap tahun semua bendera berbagai ukuran yang dijualnya laku terjual.
Hamdan mengaku memilih berjualan bendera di Bali karena harga jualnya memuaskan. Bila dibandingkan dengan harga di Tasikmalaya, berbeda jauh. Misalnya bendera seharga Rp 50.000 di Tasikmalaya, di Bali bisa dijual Rp 80.000 bahkan lebih. Harga tergantung jenis kain. Kalau kain yang bagus bisa dijual lebih mahal lagi.
“Saya dari Tasikmalaya. Tiap tahun saya datang untuk menjual bendera di sini. Saya menyewa tempat ini untuk berjualan Rp 150.000 selama tiga minggu. Saya berani datang jauh ke Bali karena harga bendera di sini bisa dijual lebih mahal dan tetap laku. Bendera yang berukuran paling besar saya jual dengan harga Rp 300.000,” ungkap Hamdan.
Meski penghasilan jualan tiap tahun tak menentu, Hamdan mengaku hasilnya cukup untuk membiayai keluarga. Dia mengaku setiap tahun berjualan, benderanya tak ada yang tersisa. Bendera berukuran besar seharga Rp 300.000 bisa terjual sampai 40 lembar. Kalau untuk bendera background Garuda dijual dengan harga Rp300.000. Biasanya terjual mencapai 30 hingga 50 lembar. Dia mengaku usaha menjual bendera di Bali sebenarnya keuntungannya sangat menggiurkan. Tetapi banyak pesaing, dan tak memiliki langganan tetap.
“Upaya yang dilakukan agar semua bendera terjual adalah harga yang bersahabat. Jangan sampai kalah oleh pesaing. Setiap tahun saya berjualan hanya tiga minggu. Biasanya setiap tanggal 15 Agustus, sudah balik ke kampung halaman,” ungkap pedagang musiman yang kos di seputaran Kuta. *p
Para pedagang yang memanfaatkan momen HUT Republik Indonesia ini datang ke Bali untuk mengais rezeki, karena harga penjualan bendera di Bali menggiurkan.
Salah seorang penjual bendera yang mengaku bernama Hamdan, saat ditemui di pinggir Jalan Bypass I Gusti Ngurah Rai, Kuta, Selasa (31/7), mengaku dari Tasikmalaya, Jawa Barat, berani datang ke Bali untuk berjualan bendera karena keuntungannya mencukupi untuk menghidupi keluarga. Bahkan, pengakuan pria yang setiap tahun menjual bendera di Bali ini, setiap tahun semua bendera berbagai ukuran yang dijualnya laku terjual.
Hamdan mengaku memilih berjualan bendera di Bali karena harga jualnya memuaskan. Bila dibandingkan dengan harga di Tasikmalaya, berbeda jauh. Misalnya bendera seharga Rp 50.000 di Tasikmalaya, di Bali bisa dijual Rp 80.000 bahkan lebih. Harga tergantung jenis kain. Kalau kain yang bagus bisa dijual lebih mahal lagi.
“Saya dari Tasikmalaya. Tiap tahun saya datang untuk menjual bendera di sini. Saya menyewa tempat ini untuk berjualan Rp 150.000 selama tiga minggu. Saya berani datang jauh ke Bali karena harga bendera di sini bisa dijual lebih mahal dan tetap laku. Bendera yang berukuran paling besar saya jual dengan harga Rp 300.000,” ungkap Hamdan.
Meski penghasilan jualan tiap tahun tak menentu, Hamdan mengaku hasilnya cukup untuk membiayai keluarga. Dia mengaku setiap tahun berjualan, benderanya tak ada yang tersisa. Bendera berukuran besar seharga Rp 300.000 bisa terjual sampai 40 lembar. Kalau untuk bendera background Garuda dijual dengan harga Rp300.000. Biasanya terjual mencapai 30 hingga 50 lembar. Dia mengaku usaha menjual bendera di Bali sebenarnya keuntungannya sangat menggiurkan. Tetapi banyak pesaing, dan tak memiliki langganan tetap.
“Upaya yang dilakukan agar semua bendera terjual adalah harga yang bersahabat. Jangan sampai kalah oleh pesaing. Setiap tahun saya berjualan hanya tiga minggu. Biasanya setiap tanggal 15 Agustus, sudah balik ke kampung halaman,” ungkap pedagang musiman yang kos di seputaran Kuta. *p
Komentar