Ulun Danu Beratan Tak Tertarik Terapkan E-Ticketing
Badan Operasional DTW Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, dan Badan Operasional DTW Ulun Danu Beratan, Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan, study banding selama tiga hari ke Jogjakarta.
TABANAN, NusaBali
Tujuannya belajar sisi keunggulan dan kelemahan penerapan e-ticketing sesuai saran DPRD Tabanan untuk menekan kebocoran pendapatan di dua objek penghasil dollar terbesar buat Tabanan itu.
Manajer DTW Ulun Danu Beratan, Wayan Mustika, mengatakan tak tertarik menerapkan tiket elektronik (e-ticketing). Alasannya, DTW Ulun Danu bukan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Prambanan, Borobudur, dan Candi Bakuh, sehingga pengelolaannya bisa dipercayakan kepada pihak ketiga. Dikatakan, DTW Ulun Danu Beratan merupakan badan usaha milik niskala (BUMN) yang harus dikelola pangempon pura. “Kita melakukan study banding di Jogjakarta yang pengelolaan objek wisatanya melibatkan pihak ketiga yakni perbankan dan Telkom untuk penerapan tiket elektronik. Ini tak cocok untuk DTW Ulun Danu Beratan,” sebut Mustika, Rabu (21/10).
Mustika memaparkan, jika menerapkan e-ticketing maka tenaga kerja di DTW Ulun Danu Beratan yang berasal dari 20 desa adat akan menganggur, tergantikan tenaga kerja dari pihak ketiga. Di samping itu, e-ticketing dinilai boros, karena setiap dua tahun sekali harus ganti mesin.
“Pendapatan di Ulun Danu Beratan tidak sebesar pengelola di Jogjakarta yang kelola tiga objek sekaligus yakni Prambanan, Borobudur, dan Bakuh. Jika terapkan e-ticketing, pendapatan kita di DTW Ulun Danu Beratan bisa habis untuk operasional, sehingga tak cocok diterapkan di sini. Kami di DTW Ulun Danu Beratan tetap akan menerapkan pola seperti sekarang yakni dikelola pangempon pura,” tandas Mustika.
Bagi Mustika perlu kajian mendalam jika menerapkan e-ticketing di Ulun Danu Beratan, terlebih cakupan Bedugul sangat luas. “Jika dipaksakan, pemerintah harus memagari objek wisata lain di kawasan Bedugul agar tak terjadi kebocoran di DTW Ulun Danu Beratan,” imbuh Mustika. Sementara Manajer DTW Tanah Lot, Ketut Toya Adnyana belum bisa memutuskan penerapan e-ticketing. Saat ini, pihak manajemen masih menggodok bersama konsultan. “Nanti keputusannya kami sampaikan, saat ini masih dipelajari dan digodok,” ungkap Toya Adnyana.
DTW Tanah Lot dan DTW Ulun Danu Beratan merupakan objek wisata favorit di Tabanan. Jumlah kunjungan di dua objek ini sangat tinggi, utamanya DTW Tanah Lot yang membukukan kunjungan rata-rata 6.000 per hari. Sementara DTW Ulun Danu Beratan rata-rata kunjungan 1.500 per hari. Tiket masuk di dua objek ini juga tinggi yakni Rp 30 ribu untuk wisawatan mancanegara.
Komentar