nusabali

Daging, Telur dan Bensin Pemicunya

  • www.nusabali.com-daging-telur-dan-bensin-pemicunya

Denpasar dan Singaraja alami Inflasi

DENPASAR, NusaBali  
Denpasar dan Singaraja mengalami inflasi pada Juli lalu. Masing-masing 0,48 persen di Denpasar dan 0,43 persen untuk Singaraja. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali melansir, inflasi di Denpasar berada di posisi 29 kota dari 68 kota yang mengalami inflasi. Sedang Singaraja berada di posisi 33.

Di Denpasar beberapa  komoditas yang memicu inflasi antara lain bensin, biaya sekolah dasar (SD) dan SMA, upah pembantu rumah tangga, cabe rawit, daging babi, telur ayam ras dan daging ayam ras. Komoditas yang tidak jauh beda, juga menyumbang inflasi di Singaraja. Tambahannya, cumi-cumi, mentimun dan ikan teri segar, udang basah, sepeda motor, ikan tongkol, kecap dan seragam sekolah pria.

Kabid Statistik Distribusi  Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali I Gede Nyoman Subadri, mengatakan memang kenaikan harga komoditas-komoditas  tersebut memberi andil inflasi, baik di Denpasar dan Singaraja. Untuk Singaraja kelompok bahan makanan kenaikan indeks kelompok  bahan makanan sebesar 1,14 persen, kelompok transfortasi, komunikasi  dan jasa keuangan 0,66 persen, kelompok sandang 0,21 persen, kelompok pendidikan rekreasi dan olahraga 0,14 persen dan lainnya.

Sedang di Denpasar kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi,  yaitu kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 1,73 persen, kelompok kesehatan 0,89 persen dan kelompok bahan makanan sebesar 0,69 persen dan beberapa kelompok kecilnya.

“Biasanya yang paling dominan memberi andil adalah kelompok bahan makanan,” ujar Subadri.Hal itu karena bahan makanan diperlukan semua orang. Karena itulah, kata Subadri untuk mengendalikan inflasi, harga barang yang diperlukan orang banyak  harus dijaga (stabilitasnya). Salah satunya adalah beras.  

Sementara terkait bensin, kenaikan harga BBM non subsidi  yakni Pertamax awal Juli dipastikan memberi pengaruh inflasi. “Itu sudah pasti. Kalau bensin sudah naik, barang-barang lain kan tidak bisa jalan sendiri. Perlu angkutan, ke sana larinya,” ujar Subadri. Yang paling terdepan terkena, tentu barang-barang yang diangkut, yang membutuhkan transfortasi, butuh angkutan.

Dan bahan transfortasi adalah BBM, kalau BBM sebagai bahan baku sudah naik, tidak mungkin out put-nya tidak naik. “Kalau  tidak kan rugi usahanya. Ke sana korelasinya,”kata Subadri, menunjuk kenaikan harga BBM non subdisi awal Juli lalu. Itulah menyebabkan setiap kenaikan harga BBM pasti berpengaruh terhadap harga barang, minimal transfortasi, sehingga berimbas inflasi. *K17

Komentar