PDAM Kurangi Penggunaan Sumur Bor Warga
PDAM Kota Denpasar saat ini berupaya meminimkan penggunaan sumur bor di Kota Denpasar.
DENPASAR, NusaBali
Sumur bor yang dibuat oleh masyarakat tanpa terkontrol menimbulkan permasalahan bagi lingkungan sekitar dan diri mereka. Sehingga, PDAM memberikan solusi bagi masyarakat dengan memanfaatkan air dari PDAM yang selama ini pemanfaatannya baru 45 persen dari jumlah penduduk di Denpasar sebanyak 900 ribu jiwa.
Hal itu diungkapkan Direktur Umum PDAM Denpasar Ni Luh Putu Sri Utami, Kamis (2/7). Menurut Sri Utami, pihaknya saat ini berupaya meminimkan penggunaan sumur bor di masyarakat. Sumur bor yang saat ini dipakai pada rumah tangga dapat menimbulkan berbagai efek negatif, salah satunya dampak dari terlalu banyaknya sumur bor, kondisi tanah di Denpasar akan cenderung menurun. Salah satunya di Serangan kondisi tanah sudah menurun hingga 1 centimeter.
Selain penurunan tanah juga dapat berdampak intrupsi air laut yang sekarang sudah mencapai 5 kilometer dari jarak laut ke sumur yang menyebabkan air sudah terasa asin. Sumur bor kata dia, juga mengandung zat besi yang dapat membuat baju kuning dan juga bakteri sehingga membahayakan masyarakat. "Banyak kondisi yang tidak bagus ditimbulkan oleh adanya sumur bor. Sekarang PDAM memberikan solusi untuk meminimalkan itu," ungkapnya.
Dikatakan Sri Utami, dengan kondisi tersebut pihaknya menawarkan masyarakat untuk kembali memanfaatkan pasokan air yang dimiliki PDAM. Apalagi pasokan air sekarang lebih memadai untuk seluruh kebutuhan di 4 kecamatan. Saat ini, baru 45 persen memanfaatkan air PDAM dari 900 ribu warga Denpasar. Sisanya masih menggunakan sumur bor dan sumur timba untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
"Dan dengan pemanfaatan PDAM juga bisa mengirit biaya. Yang dulunya warga memanfaatkan tenaga listrik untuk menaikkan air ke penampungan dari sumur dengan bayar listrik tinggi, sekarang mereka tinggal pakai bayar hanya bulanan. Itu sangat meminimalkan pengeluaran," jelasnya.
Dengan pemanfaatan air PDAM, pihaknya juga menjamin kesehatan air karena sudah diolah dan disaring. Berbeda halnya dengan sumur bor yang langsung dipakai. Apalagi, sumur bor yang ada di rumah tangga berdekatan dengan posisi kamar mandi yang berpotensi bercampur pada sumur. Hal itu akan berefek pada kesehatan warga.
Saat ini kata Sri Utami, pihaknya sudah menyediakan pasokan lebih banyak lagi untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Ketersediaan air saat ini sebanyak 1.400 liter perdetik yang sebelumnya hanya 1.200 liter perdetik. "Mereka tidak usah khawatir dengan ketersediaan air di Denpasar. Jadi mulailah memilah penggunaan sumur bor yang dapat berdampak negatif pada kesehatan dan alam," ujarnya.
Sementara salah satu warga pemilik sumur bor, I Gede Suartana, 45, mengungkapkan penggunaan sumur bor sudah lama di rumahnya. Namun, baru sekarang ada imbauan terkait dengan hal yang akan ditimbulkan penggunaan sumur bor. Lagipula, sumur bor yang ia miliki dikatakan lebih mengirit biaya tanpa harus membayar air lagi ke PDAM. Dengan kondisi tersebut ia memilih tetap menggunakan sumur bor.
Selain itu kata dia, penggunaan sumur bor tidak ada istilah kekurangan air karena macet. Namun demikian, kata dia, imbauan dari PDAM bagus untuk kepentingan warga. Hanya saja warga tidak ingin kekurangan air saat terjadi kerusakan pipa. "Bagus sih seperti itu, cuma kan saat air macet kami butuh sumur bor biar bisa melakukan aktifitas kebutuhan rumah tangga. Kan lumayan tidak bayar bulanan lagi apalagi jauh-jauh ke PDAM," jelasnya. *mi
Sumur bor yang dibuat oleh masyarakat tanpa terkontrol menimbulkan permasalahan bagi lingkungan sekitar dan diri mereka. Sehingga, PDAM memberikan solusi bagi masyarakat dengan memanfaatkan air dari PDAM yang selama ini pemanfaatannya baru 45 persen dari jumlah penduduk di Denpasar sebanyak 900 ribu jiwa.
Hal itu diungkapkan Direktur Umum PDAM Denpasar Ni Luh Putu Sri Utami, Kamis (2/7). Menurut Sri Utami, pihaknya saat ini berupaya meminimkan penggunaan sumur bor di masyarakat. Sumur bor yang saat ini dipakai pada rumah tangga dapat menimbulkan berbagai efek negatif, salah satunya dampak dari terlalu banyaknya sumur bor, kondisi tanah di Denpasar akan cenderung menurun. Salah satunya di Serangan kondisi tanah sudah menurun hingga 1 centimeter.
Selain penurunan tanah juga dapat berdampak intrupsi air laut yang sekarang sudah mencapai 5 kilometer dari jarak laut ke sumur yang menyebabkan air sudah terasa asin. Sumur bor kata dia, juga mengandung zat besi yang dapat membuat baju kuning dan juga bakteri sehingga membahayakan masyarakat. "Banyak kondisi yang tidak bagus ditimbulkan oleh adanya sumur bor. Sekarang PDAM memberikan solusi untuk meminimalkan itu," ungkapnya.
Dikatakan Sri Utami, dengan kondisi tersebut pihaknya menawarkan masyarakat untuk kembali memanfaatkan pasokan air yang dimiliki PDAM. Apalagi pasokan air sekarang lebih memadai untuk seluruh kebutuhan di 4 kecamatan. Saat ini, baru 45 persen memanfaatkan air PDAM dari 900 ribu warga Denpasar. Sisanya masih menggunakan sumur bor dan sumur timba untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
"Dan dengan pemanfaatan PDAM juga bisa mengirit biaya. Yang dulunya warga memanfaatkan tenaga listrik untuk menaikkan air ke penampungan dari sumur dengan bayar listrik tinggi, sekarang mereka tinggal pakai bayar hanya bulanan. Itu sangat meminimalkan pengeluaran," jelasnya.
Dengan pemanfaatan air PDAM, pihaknya juga menjamin kesehatan air karena sudah diolah dan disaring. Berbeda halnya dengan sumur bor yang langsung dipakai. Apalagi, sumur bor yang ada di rumah tangga berdekatan dengan posisi kamar mandi yang berpotensi bercampur pada sumur. Hal itu akan berefek pada kesehatan warga.
Saat ini kata Sri Utami, pihaknya sudah menyediakan pasokan lebih banyak lagi untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Ketersediaan air saat ini sebanyak 1.400 liter perdetik yang sebelumnya hanya 1.200 liter perdetik. "Mereka tidak usah khawatir dengan ketersediaan air di Denpasar. Jadi mulailah memilah penggunaan sumur bor yang dapat berdampak negatif pada kesehatan dan alam," ujarnya.
Sementara salah satu warga pemilik sumur bor, I Gede Suartana, 45, mengungkapkan penggunaan sumur bor sudah lama di rumahnya. Namun, baru sekarang ada imbauan terkait dengan hal yang akan ditimbulkan penggunaan sumur bor. Lagipula, sumur bor yang ia miliki dikatakan lebih mengirit biaya tanpa harus membayar air lagi ke PDAM. Dengan kondisi tersebut ia memilih tetap menggunakan sumur bor.
Selain itu kata dia, penggunaan sumur bor tidak ada istilah kekurangan air karena macet. Namun demikian, kata dia, imbauan dari PDAM bagus untuk kepentingan warga. Hanya saja warga tidak ingin kekurangan air saat terjadi kerusakan pipa. "Bagus sih seperti itu, cuma kan saat air macet kami butuh sumur bor biar bisa melakukan aktifitas kebutuhan rumah tangga. Kan lumayan tidak bayar bulanan lagi apalagi jauh-jauh ke PDAM," jelasnya. *mi
Komentar