Operator Seluler Tertekan Registrasi SIM Card
Kinerja keuangan operator telekomunikasi melempem selama semester pertama tahun ini.
JAKARTA, NusaBali
Kebijakan pembatasan jumlah kepemilikan nomor seluler prabayar dan registrasi ulang dinilai turut meneken kinerja operator telekomunikasi.
Maklumlah, sudah sekian lama para operator menikmati bisnis gemuk dari penjualan kartu perdana atawa starter pack. Sebelumnya, operator leluasa menjual kartu perdana dan konsumen pun dimanjakan dengan kebiasaan gonta-ganti nomor baru.
Tak pelak, kebijakan pembatasan jumlah kepemilikan nomor telepon dan kewajiban registrasi ulang membatasi ruang gerak operator seluler. Hal ini berimbas pada pendapatan operator telekomunikasi.
Misalnya, pendapatan PT Indosat Tbk (ISAT) mencapai Rp 11,1 triliun di semester I-2018. Pencapaian tersebut merosot 27 persen year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 15,1 triliun.
Adapun pendapatan ISAT pada kuartal II-2018 mencapai Rp 5,4 triliun, atau turun 5,6 persen dari kuartal sebelumnya Rp 5,7 triliun.
Analis Bahana Sekuritas Andri Ngaserin menyebutkan, pendapatan Indosat terkoreksi karena jumlah pelanggannya berkurang 22 persen atau menjadi 75,3 juta. Hal ini akibat kebijakan pembatasan kartu perdana dan registrasi ulang.
Iklim industri yang kompetitif dan kebijakan registrasi kartu SIM juga menjadi faktor penekan kinerja keuangan PT XL Axiata Tbk. Berdasarkan laporan keuangan semester I-2018, emiten telekomunikasi dengan kode saham EXCL di Bursa Efek Indonesia ini membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 81,74 miliar.
Pencapaian ini anjlok cukup tajam. Sebab, di periode yang sama tahun lalu, EXCL mengempit keuntungan sebesar Rp143,11 miliar. Sedangkan selama enam bulan pertama tahun ini, EXCL membukukan pendapatan Rp11,05 triliun, naik ti1,1% dibandingkan pendapatan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 10,93 triliun.
"Kinerja XL Axiata di semester pertama 2018 mencerminkan dinamika industri yang semakin kompetitif, dibarengi dengan adanya perubahan struktural di pasar prabayar berupa kewajiban registrasi SIM prabayar," ungkap Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini, dalam keterangan resminya seperti dilansir kontan.
Setali tiga uang. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk juga mencatatkan pendapatan Rp 64,36 triliun di semester pertama tahun ini, tumbuh tipis 0,54% year-on-year(yoy). Tapi emiten berkode saham TLKM ini tak mampu menekan beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi yang naik 23,9%. Adapun laba bersihnya tergerus 26,06% menjadi Rp 12,94 triliun. Padahal, di periode yang sama tahun lalu, TLKM meraih laba bersih Rp 17,5 triliun.
Kebijakan pembatasan jumlah kepemilikan nomor seluler prabayar dan registrasi ulang dinilai turut meneken kinerja operator telekomunikasi.
Maklumlah, sudah sekian lama para operator menikmati bisnis gemuk dari penjualan kartu perdana atawa starter pack. Sebelumnya, operator leluasa menjual kartu perdana dan konsumen pun dimanjakan dengan kebiasaan gonta-ganti nomor baru.
Tak pelak, kebijakan pembatasan jumlah kepemilikan nomor telepon dan kewajiban registrasi ulang membatasi ruang gerak operator seluler. Hal ini berimbas pada pendapatan operator telekomunikasi.
Misalnya, pendapatan PT Indosat Tbk (ISAT) mencapai Rp 11,1 triliun di semester I-2018. Pencapaian tersebut merosot 27 persen year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 15,1 triliun.
Adapun pendapatan ISAT pada kuartal II-2018 mencapai Rp 5,4 triliun, atau turun 5,6 persen dari kuartal sebelumnya Rp 5,7 triliun.
Analis Bahana Sekuritas Andri Ngaserin menyebutkan, pendapatan Indosat terkoreksi karena jumlah pelanggannya berkurang 22 persen atau menjadi 75,3 juta. Hal ini akibat kebijakan pembatasan kartu perdana dan registrasi ulang.
Iklim industri yang kompetitif dan kebijakan registrasi kartu SIM juga menjadi faktor penekan kinerja keuangan PT XL Axiata Tbk. Berdasarkan laporan keuangan semester I-2018, emiten telekomunikasi dengan kode saham EXCL di Bursa Efek Indonesia ini membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 81,74 miliar.
Pencapaian ini anjlok cukup tajam. Sebab, di periode yang sama tahun lalu, EXCL mengempit keuntungan sebesar Rp143,11 miliar. Sedangkan selama enam bulan pertama tahun ini, EXCL membukukan pendapatan Rp11,05 triliun, naik ti1,1% dibandingkan pendapatan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 10,93 triliun.
"Kinerja XL Axiata di semester pertama 2018 mencerminkan dinamika industri yang semakin kompetitif, dibarengi dengan adanya perubahan struktural di pasar prabayar berupa kewajiban registrasi SIM prabayar," ungkap Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini, dalam keterangan resminya seperti dilansir kontan.
Setali tiga uang. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk juga mencatatkan pendapatan Rp 64,36 triliun di semester pertama tahun ini, tumbuh tipis 0,54% year-on-year(yoy). Tapi emiten berkode saham TLKM ini tak mampu menekan beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi yang naik 23,9%. Adapun laba bersihnya tergerus 26,06% menjadi Rp 12,94 triliun. Padahal, di periode yang sama tahun lalu, TLKM meraih laba bersih Rp 17,5 triliun.
Denny Abidin, General Manager External Corporate Communications Telkomsel, anak usaha TLKM, mengakui periode semester I- 2018 masih ditandai dinamika pasar.
"Adanya akselerasi transisi penggunaan layanan legacy ke data, persaingan ketat dan implementasi regulasi registrasi prabayar yang menyebabkan tekanan dalampricing dan margin," ujar dia, Rabu (1/8). *
"Adanya akselerasi transisi penggunaan layanan legacy ke data, persaingan ketat dan implementasi regulasi registrasi prabayar yang menyebabkan tekanan dalampricing dan margin," ujar dia, Rabu (1/8). *
Komentar