Biro Aset Pemprov Siapkan Dua Lokasi
Untuk Lokasi Pusat Kebudayaan yang Digagas Koster
DENPASAR, NusaBali
Rencana Gubernur–Wakil Gubernur Bali 2018–2023 terpilih, I Wayan Koster – Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace), untuk membangun pusat kebudayaan mendapat respons positif dari Biro Aset Pemprov Bali. Ada dua aset pemprov yang bisa dipakai, yakni bekas Taman Bali Festival Padanggalak, Sanur seluas 8,9 hektare dan di Jalan Tantular Niti Mandala Denpasar seluas 4,5 hektare.
Rencana pembangunan pusat kebudayaan itu karena Art Centre Denpasar sudah tidak representatif lagi untuk kegiatan-kegiatan seni dan kegiatan kebudayaaan berskala besar, antara lain karena tidak ada tempat parkir memadai.
Kepala Biro Aset dan Keuangan Pemprov Bali Ida Bagus Ngurah Arda, menyebutkan aset Pemprov Bali di bekas Taman Bali Festival Padanggalak Sanur seluas 8,9 hektare, dan kawasan pemerintahan Jalan Tantular Niti Mandala Denpasar seluas 4,5 hektare bisa dimanfaatkan.
“Kalau nanti memang gubernur terpilih akan tunjuk dua lokasi ini (Taman Bali Festival dan di Jalan Tantular), kami siapkan. Yang sudah siap itu yang di Jalan Tantular. Kalau di Padanggalak status tanahnya masih ada proses gugatan dari Pemprov Bali atas penguasaan oleh pihak ketiga,” ujar Gus Arda, sapaan Ida Bagus Ngurah Arda, Sabtu (4/8).
Untuk lokasi-lokasi lain, Gus Arda mengatakan aset Pemprov Bali tersebar luas di kabupaten dan kota. Aset-aset tersebut harus dicek satu per satu yang mana akan dimanfaatkan untuk membangun pusat seni dan budaya. “Sekarang baru direncanakan. Kalau sudah diputuskan programnya tinggal kami antar saja nanti gubernur terpilih meninjau lokasi. Kita banyak punya aset. Dan kami di OPD Pemprov Bali tentu mendukung, dan harus siap menyukseskan program gubernur–wagub terpilih,” kata mantan penjabat Bupati Karangasem, ini.
Sementara itu, Ketua Yayasan Yasa Putra Sedana Gianyar yang konsen dengan pelestarian seni dan budaya, Dewa Ngakan Rai Budiasa, mendukung rencana Gubernur–Wagub Bali terpilih membangun gedung kesenian atau pusat kebudayaan di Bali, untuk kegiatan-kegiatan pementasan seni dan budaya bertaraf internasional. Selain akan meningkatkan kualitas seni, juga bisa menjadi destinasi wisata. Jadi pengembangan seni klasik dan modern akan pesat.
“Kami pelaku seni dan budaya, dan para seniman di bawah sangat antusias mendukung ide ini. Seni itu harus terus berkembang, maka perlu fasilitas memadai,” ujar Dewa Rai Budiasa, Sabtu (4/8) siang.
Menurut Dewa Rai Budiasa, ide membangun pusat kebudayaan memilih lokasi di Denpasar seperti di Kerthalangu Denpasar Timur, Jalan Tantular Niti Mandala Denpasar, atau di Taman Bali Festival Padanggalak Sanur yang merupakan aset Pemprov Bali, merupakan ide cemerlang untuk pemajuan seni dan budaya Bali. Tentunya harus didahului dengan kajian.
“Ini kemajuan besar bagi pemajuan seni dan budaya Bali. Selama ini kita hanya terpaku dengan keberadaan Art Centre. Padahal bisa dilakukan pengembangan-pengembangan pembangunan infrakstruktur seni dan budaya di lain tempat yang lebih representatif,” tutur mantan Wakil Ketua Asita DKI Jakarta, ini.
Dewa Rai Budiasa menyebutkan pembangunan infrastruktur ini tidak mematikan Art Centre. Apalagi dialihkan ke isu pemindahan Art Centre. “Kami selaku praktisi seni dan budaya yakin ide ini adalah pengembangan produk kesenian lebih maju dan berkualitas. Kalau pun ada yang menghembuskan isu pemindahan Art Centre, itu adalah politis. Semua sudah bisa baca siapa yang melontarkan isu itu, dan apa yang melatarbelakangi, masyarakat sudah tahu,” kata mantan anggota DPRD DKI Jakarta, ini.
Dewa Rai Budiasa menyebutkan Art Centre kini kurang representatif. Supaya lebih optimal, Art Centre lebih tepat dimanfaatkan untuk pementasan seni bagi wisatawan atau laboratorium ISI Denpasar. Dengan demikian, peninggalan pemimpin Bali sebelumnya ini tetap bisa dilestarikan. “Jadi Art Centre tetap bisa digunakan untuk kegiatan seni dan budaya. Bisa dipakai laboratorium Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar juga,” ucapnya. *nat
Rencana pembangunan pusat kebudayaan itu karena Art Centre Denpasar sudah tidak representatif lagi untuk kegiatan-kegiatan seni dan kegiatan kebudayaaan berskala besar, antara lain karena tidak ada tempat parkir memadai.
Kepala Biro Aset dan Keuangan Pemprov Bali Ida Bagus Ngurah Arda, menyebutkan aset Pemprov Bali di bekas Taman Bali Festival Padanggalak Sanur seluas 8,9 hektare, dan kawasan pemerintahan Jalan Tantular Niti Mandala Denpasar seluas 4,5 hektare bisa dimanfaatkan.
“Kalau nanti memang gubernur terpilih akan tunjuk dua lokasi ini (Taman Bali Festival dan di Jalan Tantular), kami siapkan. Yang sudah siap itu yang di Jalan Tantular. Kalau di Padanggalak status tanahnya masih ada proses gugatan dari Pemprov Bali atas penguasaan oleh pihak ketiga,” ujar Gus Arda, sapaan Ida Bagus Ngurah Arda, Sabtu (4/8).
Untuk lokasi-lokasi lain, Gus Arda mengatakan aset Pemprov Bali tersebar luas di kabupaten dan kota. Aset-aset tersebut harus dicek satu per satu yang mana akan dimanfaatkan untuk membangun pusat seni dan budaya. “Sekarang baru direncanakan. Kalau sudah diputuskan programnya tinggal kami antar saja nanti gubernur terpilih meninjau lokasi. Kita banyak punya aset. Dan kami di OPD Pemprov Bali tentu mendukung, dan harus siap menyukseskan program gubernur–wagub terpilih,” kata mantan penjabat Bupati Karangasem, ini.
Sementara itu, Ketua Yayasan Yasa Putra Sedana Gianyar yang konsen dengan pelestarian seni dan budaya, Dewa Ngakan Rai Budiasa, mendukung rencana Gubernur–Wagub Bali terpilih membangun gedung kesenian atau pusat kebudayaan di Bali, untuk kegiatan-kegiatan pementasan seni dan budaya bertaraf internasional. Selain akan meningkatkan kualitas seni, juga bisa menjadi destinasi wisata. Jadi pengembangan seni klasik dan modern akan pesat.
“Kami pelaku seni dan budaya, dan para seniman di bawah sangat antusias mendukung ide ini. Seni itu harus terus berkembang, maka perlu fasilitas memadai,” ujar Dewa Rai Budiasa, Sabtu (4/8) siang.
Menurut Dewa Rai Budiasa, ide membangun pusat kebudayaan memilih lokasi di Denpasar seperti di Kerthalangu Denpasar Timur, Jalan Tantular Niti Mandala Denpasar, atau di Taman Bali Festival Padanggalak Sanur yang merupakan aset Pemprov Bali, merupakan ide cemerlang untuk pemajuan seni dan budaya Bali. Tentunya harus didahului dengan kajian.
“Ini kemajuan besar bagi pemajuan seni dan budaya Bali. Selama ini kita hanya terpaku dengan keberadaan Art Centre. Padahal bisa dilakukan pengembangan-pengembangan pembangunan infrakstruktur seni dan budaya di lain tempat yang lebih representatif,” tutur mantan Wakil Ketua Asita DKI Jakarta, ini.
Dewa Rai Budiasa menyebutkan pembangunan infrastruktur ini tidak mematikan Art Centre. Apalagi dialihkan ke isu pemindahan Art Centre. “Kami selaku praktisi seni dan budaya yakin ide ini adalah pengembangan produk kesenian lebih maju dan berkualitas. Kalau pun ada yang menghembuskan isu pemindahan Art Centre, itu adalah politis. Semua sudah bisa baca siapa yang melontarkan isu itu, dan apa yang melatarbelakangi, masyarakat sudah tahu,” kata mantan anggota DPRD DKI Jakarta, ini.
Dewa Rai Budiasa menyebutkan Art Centre kini kurang representatif. Supaya lebih optimal, Art Centre lebih tepat dimanfaatkan untuk pementasan seni bagi wisatawan atau laboratorium ISI Denpasar. Dengan demikian, peninggalan pemimpin Bali sebelumnya ini tetap bisa dilestarikan. “Jadi Art Centre tetap bisa digunakan untuk kegiatan seni dan budaya. Bisa dipakai laboratorium Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar juga,” ucapnya. *nat
Komentar