Pelaku Bom Bunuh Diri Brussels Kakak Adik
Pelaku bom bunuh diri di Kota Brussels, Belgia, Selasa (22/3) pagi, yang menyebabkan 35 orang tewas dan 130 korban terluka, diduga kuat dua pria kakak adik, yakni Brahim El Bakraoui, 30, dan Khalid El Bakraoui, 27.
3 WNI Sekeluarga Ikut Terluka Akibat Ledakan di Bandara Brussels
BRUSSELS, NusaBali
Mereka tebar teror saat sedang diburu atas keterkaitannya dengan Salah Abdeslam, tersangka utama serangan di Paris, Prancis, November 2015 lalu.
Kakak adik Brahim El Bakraoui dan Khalid El Bakraoui terekam kamera keamanan Bandara Zaventem Brussels berjalan sambil mendorong troli bersama satu pria lainnya, yang diidentifikasi sebagai Najim Laachraoui, 25. Brahim El Bakraoui dan Khalid El Bakraoui sama-sama mengenakan pakaian warna gelap dan kompak mengenakan sarung tangan hanya sebelah kiri.
Sedangkan Najim Laachraoui yang mengenakan pakaian warna terang dan topi, tidak terlihat pakai sarung tangan. Pakar keamanan menduga sarung tangan itu digunakan untuk menyembunyikan detonator bom yang dibawa pelaku. Dari ketiga orang yang terekam jalan berjejer ini, hanya Najim Laachraoui yang tidak tewas karena lari setelah meletakkan bom. Tapi, warga Belgia ini sudah berhasil ditangkap polisi di Distrik Anderlecht, Kota Brussels, Rabu (23/3).
Sumber kepolisian Belgia sebagaimana diberitakan stasiun televisi lokal RTBF yang dilansir AFP, Rabu kemarin, menyebutkan si bungsu Khalid El Bakraoui sepekan sebelumnya diketahui menyewa sebuah unit apartemen di Brussels dengan menggunakan nama palsu. Di apartemen itulah polisi menemukan sidik jari Salah Abdeslam (otak teror Paris), setelah penggerebekan.
Polisi telah menangkap Salah Abdeslam, buronan Eropa yang paling dicari, dalam operasi dramatis di Brussels, 18 Maret 2016. Sejak saat itu, otoritas Belgia dalam kondisi waspada tinggi terhadap aksi balasan. Salah Abdeslam ini adalah pentolan terotis ISIS. Pihak ISIS mengklaim bertanggung jawab atas pengeboman di Brussels, 22 Maret 2016, yang terjadi berselang empat hari pasca penangkapan Salah Abdeslam.
Diduga kuat, Khalid El Bakraoui juga terkait dengan penyewaan apartemen di Kota Charleroi, Belgia selatan. Di apartemen itulah, Salah Abdeslam dan militan-militan ISIS lainnya yang berbasis Brussels mempersiapkan serangan teror Paris, 13 November 2015 lalu, yang menewaskan 130 orang.
Dalam klaimnya, pihak ISIS menyebut pelaku mengenakan rompi bunuh diri untuk tebar teror bom di Brussels. Pernyataan ISIS ini diposting lewat jalur online dan menyebut kelompok itu bagian dari 'pasukan kekhalifahan' dan melakukan serangan serangan terhadap 'tentara salib' di Belgia. Mereka masuk ke dalam bandara sambil membawa bahan peledak dan senjata. Dalam postingan itu, disebutkan pelaku mengaktifkan bom yang berada di rompi saat berada di tengah para penumpang di Bandara Brussels.
Kakak adik Brahim El Bakraoui dan Khalid El Bakraoui diketahui pernah terjerat kasus kriminal sebelumnya. Si sulung Brahim pernah diadili pada Oktober 2010 karena terlibat perampokan di Brussels tahun itu. Saat itu, Brahim menembakkan senapan Kalashnikov ke arah polisi dan melukai seorang petugas. Oleh pengadilan setempat, Brahim dijatuhi vonis 9 tahun penjara.
Sedangkan si bungsu Khalid pernah diadili terkait kasus perampokan mobil tahun 2011 dan divonis 5 tahun penjara. Namun, tidak dijelaskan lebih lanjut mengapa keduanya bisa bebas berkeliaran. Padahal, masa hukuman mereka belum habis. Tidak diketahui pasti apakah mereka bebas lebih awal dari penjara.
Sementara, Najim Laachraoui, yang sebelumnya terekam kamera di bandara jalan sambil mendorong troli bersama kakak adik Brahim El Bakraoui dan Khalid El Bakraoui, dilaporkan telah ditangkap polisi di Distrik Anderlecht, Kota Brussels, Rabu kemarin. Berbeda dengan dua rekannya yang tewas akibat bom bunuh dirinya, Najim Laachraoui melarikan diri dari Bandara Brussels setelah meninggalkan sebuah bom yang ternyata tidak meledak. Bom itu akhirnya dijinakkan oleh kepolisian bandara.
Jejak DNA Najim Laachraoui ditemukan di dalam rumah yang digunakan para pelaku teror Paris, November 2015 lalu. Laachraoui juga diketahui pergi ke Hungaria, September 2015, bersama dalang teror Paris, Salah Abdeslam. Menurut laporan The New York Times yang dilansir detikcom, Rabu kemarin, Laachraoui merupakan warga negara Belgia ini. Dia pernah pergi ke Suriah, Februari 2013, menggunakan nama samaran Soufiane Kayal.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Arrmanatha Nasir, menyatakan informasi tersebut diperoleh dari hasil koordinasi KBRI Brussels dengan sejumlah RS di Belgia. "Info yang kami terima sebagai berikut, terdapat seorang perempuan WNI dan dua anaknya saat itu ada di Bandara Zaventem Brussels, karena akan berangkat ke Indonesia," kata Arrmanatha dilansir kompas.com terpisah, Rabu kemarin.
Menurut pria yang akrab disapa Tata ini, ketiga WNI tersebut mengalami luka-luka. Saat ini, si ibu dan satu anaknya dirawat di ICU RS University Hospital Lauven (UHL). “Sedangkan satu anak lainnya juga luka-luka dirawat di rumah sakit yang sama, tapi kondisinya lebih stabil," jelas Tata.
Suami dari ibu yang terluka tersebut, lanjut Tata, adalah orang Belgia dan tidak berada di bandara saat ledakan. Perwakilan KBRI Brussels telah mengunjungi RS dan bertemu dengan suaminya. "KBRI telah menawarkan bantuan dan dukungan yang diperlukan," imbuhnya. 7
Komentar