Bulfest Hadirkan Lomba Ngelawar Kuwir
Gelaran Buleleng Festival (Bulfest) VI tahun 2018 tidak hanya menghadirkan atraksi kesenian, tapi juga menghadirkan atraksi kuliner.
SINGARAJA, NusaBali
Seperti gelaran sebelumnya, atraksi kuliner kali ini meracik menu lawar (makan khas Bali,red) dari daging kuwir (entog) dan daging ayam. Atraksi ini diikuti perwakilan dari 9 kecamatan yang ada di Buleleng dengan jumlah setiap perwakilan sebanyak 8 orang. Sebagian besar anggota peserta adalah pria.
Dalam atraksi yang dilombakan, Sabtu (4/8) di halaman rumah jabatan Bupati Buleleng, Jalan Ngurah Rai Singaraja tersebut, masing-masing anggota perwakilan memiliki tugas dan tanggungjawab. Ada yang bertugas meracik bumbu, menggoreng bumbu, mencincang daging kuwir dan ayam, termasuk ada juga yang khusus membuat aneka menu tambahan dari menu utama lawar. Menu tambahan ini seperti tum, serapah, sate dan menu tambahan lainnya.
Atraksi kuliner ngelawar kemarin, dipantau langsung oleh Bupati Putu Agus Suradnyana yang juga memiliki hobi masak. Dikatakan, lomba ngelawar kali ini sengaja dipilih menggunakan menu daging kuwir dan ayam sebagai implementasi dari tema Bulfest VI, yakni The Spirit of Pluralism. Karena dengan daging tersebut, olahan tidak lagi mengenal halal atau tidak. Sehingga semua kalangan ataupun etnis bisa menikmati menu lawar tersebut.
“Kita ingin semangat keberagaman itu muncul. Kita dari berbagai etnis atau agama bisa memakannya secara bersama-sama,” jelasnya. Mantan Ketua Komisi III DPRD Bali ini juga mengatakan keinginan untuk mensosialisasikan masakan Bali yang halal. Sosialisasi tersebut dilakukan melalui lomba ngelawar dengan bahan utama daging ayam dan daging entog. Kegiatan ini dirasa perlu sebagai ajang sosialisasi mengingat selama ini masakan Bali banyak dianggap tidak halal.
“Yang kita jual adalah bumbunya, adonannya dan racikannya. Bukan hanya masalah halal ataupun non halal,” ujar Agus Suradnyana. Bupati menganjurkan, agar tiap hari makan makanan dengan basa genep (bumbu genap), karena basa genep mengandung rempah-rempah yang dapat menyehatkan tubuh dan membuat tubuh segar saat beraktivitas. “Lawar ada yang mengandung basa genep. Saya akan sosialisasikan terus. Seperti saya sendiri selalu enerjik karena saya setiap hari makan memakai basa genep,” ungkapnya.
Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar menambahkan, selain halal masakan Bali juga praktis, karena bumbu genep bisa dibuat sekali, kemudian disimpan di dalam kulkas dan bisa dipakai berulang-ulang. “Saya saja memasak masakan Bali lengkap hanya 1,5 jam. Lengkap dimaksud di sini ada sate, tum, serapah, lawar dan lainnya. Bisa secepat itu karena bumbunya sudah ada,” ujarnya.
Pada lomba ngelawar kemarin, juara pertama diraih oleh Desa Pegadungan, selaku perwakilan Kecamatan Sukasada. Juara dua diraih oleh Desa Tukadmungga, perwakilan Kecamatan Buleleng dan juara tiga diraih oleh Desa Kaliasem, perwakilan dari Kecamatan Banjar. *k19
Seperti gelaran sebelumnya, atraksi kuliner kali ini meracik menu lawar (makan khas Bali,red) dari daging kuwir (entog) dan daging ayam. Atraksi ini diikuti perwakilan dari 9 kecamatan yang ada di Buleleng dengan jumlah setiap perwakilan sebanyak 8 orang. Sebagian besar anggota peserta adalah pria.
Dalam atraksi yang dilombakan, Sabtu (4/8) di halaman rumah jabatan Bupati Buleleng, Jalan Ngurah Rai Singaraja tersebut, masing-masing anggota perwakilan memiliki tugas dan tanggungjawab. Ada yang bertugas meracik bumbu, menggoreng bumbu, mencincang daging kuwir dan ayam, termasuk ada juga yang khusus membuat aneka menu tambahan dari menu utama lawar. Menu tambahan ini seperti tum, serapah, sate dan menu tambahan lainnya.
Atraksi kuliner ngelawar kemarin, dipantau langsung oleh Bupati Putu Agus Suradnyana yang juga memiliki hobi masak. Dikatakan, lomba ngelawar kali ini sengaja dipilih menggunakan menu daging kuwir dan ayam sebagai implementasi dari tema Bulfest VI, yakni The Spirit of Pluralism. Karena dengan daging tersebut, olahan tidak lagi mengenal halal atau tidak. Sehingga semua kalangan ataupun etnis bisa menikmati menu lawar tersebut.
“Kita ingin semangat keberagaman itu muncul. Kita dari berbagai etnis atau agama bisa memakannya secara bersama-sama,” jelasnya. Mantan Ketua Komisi III DPRD Bali ini juga mengatakan keinginan untuk mensosialisasikan masakan Bali yang halal. Sosialisasi tersebut dilakukan melalui lomba ngelawar dengan bahan utama daging ayam dan daging entog. Kegiatan ini dirasa perlu sebagai ajang sosialisasi mengingat selama ini masakan Bali banyak dianggap tidak halal.
“Yang kita jual adalah bumbunya, adonannya dan racikannya. Bukan hanya masalah halal ataupun non halal,” ujar Agus Suradnyana. Bupati menganjurkan, agar tiap hari makan makanan dengan basa genep (bumbu genap), karena basa genep mengandung rempah-rempah yang dapat menyehatkan tubuh dan membuat tubuh segar saat beraktivitas. “Lawar ada yang mengandung basa genep. Saya akan sosialisasikan terus. Seperti saya sendiri selalu enerjik karena saya setiap hari makan memakai basa genep,” ungkapnya.
Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar menambahkan, selain halal masakan Bali juga praktis, karena bumbu genep bisa dibuat sekali, kemudian disimpan di dalam kulkas dan bisa dipakai berulang-ulang. “Saya saja memasak masakan Bali lengkap hanya 1,5 jam. Lengkap dimaksud di sini ada sate, tum, serapah, lawar dan lainnya. Bisa secepat itu karena bumbunya sudah ada,” ujarnya.
Pada lomba ngelawar kemarin, juara pertama diraih oleh Desa Pegadungan, selaku perwakilan Kecamatan Sukasada. Juara dua diraih oleh Desa Tukadmungga, perwakilan Kecamatan Buleleng dan juara tiga diraih oleh Desa Kaliasem, perwakilan dari Kecamatan Banjar. *k19
Komentar