nusabali

Bhatari Gangga Mayoga, Pemimpin Pun Bimbang

  • www.nusabali.com-bhatari-gangga-mayoga-pemimpin-pun-bimbang

Isyarat di Balik Gempa 7 SR Guncang Bali dan Lombok

SEMARAPURA, NusaBali
Gempa dahsyat 7 SR (skala richter) berpusat di Lombok, hingga mengguncang Bali, sarat muatan spiritual. Berdasarkan pencatatan lontar Palelindon yang bertumpu pada wariga (pencatatan hari sesuai kalender/penanggalan Bali,Red), musibah gempa itu terjadi pada Sasih Bhadra Padha atau Sasih Karo, Juli-Agustus.

Sesuai lontar itu, saat terjadi gempa berturut-turut pada Sasih Karo, saat itu pula Bhatari Gangga sedang beryoga. Dari yoga itu, maka turun hujan deras yang berdampak tumbuhan membiak subur. Namun rentan terjadi hujan berikut angin kencang. Kesemua itu bermuara dunia makin kuat.Namun guncangan gempa tersebut juga berpengaruh negatif terhadap prilaku manusia. Di antaranya, kerap muncul fitnah yang bisa berdampak kurang baik terhadap kepercayaan kepada pemimpin maupun kepada sesama. ‘’Kondisi seperti ini bahkan bisa menyulut emosi manusia,’’ ungkap oleh Ida Pedanda Gde Putra Tembau, dari Griya Gede, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung.

“Beberapa kejadian belakangan ini seperti terjadi gelombang pasang, banjir, serangan hama, sebagaimana isyarat dari isi lontar Palelindon. Lanjut terjadi gempa saat Sasih Karo ini,” ujarnya. Disebutkan, gempa yang terjadi pada Redite/Minggu Pahing, di mana Redite isyarat munculnya serangan hama pada tanaman dan emosi manusia mudah tersulut. Sedangkan gempa yang terjadi pada Pahing, isyarat tanaman warga akan rusak, pemerintah pun bingung karena situasi tidak menentu. Selain itu pengaruh bagi umat manusia, mulai tidak bersahabat dengan alam.

Oleh karena itu, umat harus waspada. Karena gempa ini merupakan peringatan, agar umat kembali ke jatidiri, mencintai alam, menyayangi sesama dan tetap ingat dengan Sang Pencipta. Dari sisi niskala, untuk mengembalikan keseimbangan alam atau meruwat alam, bisa ditempuh dengan ritual berupa ritual pembersihan atau caru sesuai kemampuan.

Jelas Ida Pedanda, lontar Palelindon juga menyebut gempa yang terjadi saat Sasih Karo memiliki makna lebih luas. Di antaranya mulai dari pemimpin yang saat ini tengah bimbang, sampai masyarakat yang tidak lagi percaya dengan pemerintahnya. "Jika ini terus berlanjut, tentu suasana kehidupan bermasyarakat juga tidak kondusif dan rentan menjadi konflik,” katanya. Kendati demikian, meminta masyarakat untuk memaknai gempa bumi tersebut sebagai sebuah peringatan alam. Dengan kejadian ini, masyarakat diminta untuk kembali ke jati dirinya sebagai manusia yang mulia.

Hal senada diungkapkan Ida Pedanda Gede Made Tembau, sulinggih dari Griya Kulon, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan. Disebutkan, dalam melihat peristiwa gempa bumi ini tidak hanya sebagai musibah belaka. Namun sebagai pertanda alam,yang mengingatkan manusia adanya pergeseran nilai di masyarakat. Seperti sikap manusia yang semakin kurang bersahabat dengan alam. *wan

Komentar