Wayang Kreatif Hadirkan Kolaborasi Dalang Lokal dan AS
Satu lagi pementasan unik dan menarik di panggung Buleleng Festival (Bulfest) tahun 2018. Sebuah garapan wayang kreatif yang dipersembahkan komunitas dalang Sembroli juga turut menghadirkan dalang asal AS.
SINGARAJA, NusaBali
Empat orang dalang bermain dalam satu lampahan cerita berkolaborasi dengan sangat apik.Pementasan wayang kreatif pada Minggu (5/7) malam di panggung Puri Seni Sasana Budaya itu mampu membuat penonton tak beranjak dari tempat duduknya. Selain penampilan dalang empat orang yang membawaka satu cerita keroyokan, inovasi yang sangat menyegarkan juga dari setting panggung sehingga peonton dapat melihat langsung dalang bermain wayang saat panggung diputar.
Selain itu empat dalang yang terlibat dalam penampilan itu yakni, dalang asal AS Sam Jay Gold, Dalang I Putu Rekayasa dan Putu Panji Wilymantara serta I Gusti Made Aryana alias Dalang Sembroli, juga melakukan adegan perang, sehingga cerita yang dibawakan terasa hidup. Peonton juga dimanjakan dnegan pengiring wayang yang biasanya diiringi oleh gender, diganti dengan tabuh gong yang berpadu padan dengan petikan manis suara gitar Ian Coss yang juga seniman asal AS, sehingga tidak membosankan.
Pada pementasan malam itu, kolaborasi dalang dua bangsa itu membawakan lakon carangan yang berjudul Tole Wayang Aneh. Proses kolaborasi dalam dunia pedalangan ini berawal dari keberadaan komunitas Brother is Campur. Komunitas ini merupakan pertemanan antara dua warga Negara AS dengan warga Indonesia. Warga AS itu adalah Dalang Sam Jay Gold serta pemusik Ian Coss. Sementara warga Indonesia, ialah Dalang I Putu Rekayasa dan Putu Panji Wilymantara. Mereka sudah sempat berkolaborasi di AS dan memutuskan untuk berkolaborasi di Bali. Mereka kemudian menggandeng I Gusti Made Aryana alias Dalang Sembroli untuk berproses.
Ditemui usai pementasan, Dalang Sam Jay Gold mengaku sengaja ingin membuat sebuah pementasan wayang di Bali, untuk mengeksplorasi inovasi-inovasi baru dalam wayang tradisi. Baginya pentas malam itu juga berbeda dari pentas-pentas yang dilakukan sebelumnya. Ia yang juag sebagai dalang wayang di AS mengaku sangat menyukai wayang kulit, karena mudah dimainkan dan satu dalang bisa membawakan banyak karakter.
“Saya sangat suka wayang kulit karena sangat sederhana, mudah dimainkan. Satu dalang bisa memainkan banyak karakter. Kalau di Amerika, satu wayang itu dimainkan bisa oleh enam orang,” kata dia. Ia pun mengaku sudah mempersiapkan pementasan kali ini sejak enam bulan yang lalu. Selama menjalani proses latihan kolaborasi pementasan wayang kulit ini ia dan Ian mengaku sangat menikmati. Meski pihaknya tidak menampik mengalami kendala bahasa dan lafat percakapan dalam bahasa Bali dan Bahasa Kawi.
Sam pun mengaku sangat terbantu dna belajar banyak dari dalang lokal yang membantunya mensukseskan kolaborasi ini. Sementara itu Dalang Sembroli mengatakan pementasan malam itu menggabungkan ide-ide yang muncul dalam proses penggarapan. Wayang kolaborasi dengan dalang AS ini diharapkannya dapat menjadi tawaran baru dalam pementasan wayang di Bali.
Pihaknya pun tidak menampik jika mengalami sejumlah hambatan saat proses persiapan. Terutama dalam hal komunikasi. “Yang menjadi kendala selama ini karena kami terhambat bahasa, kadang ide yang mereka sampaikan, salah kami mengerti, sehingga proses menyatukannya agak lama. Dalang Sembroli pun mengatakan pementasan kolaborasinya Minggu malam belum maksimal, namun sebuah capaian baru dalam komunitasnya yang perlu terus diasah. *k23
Selain itu empat dalang yang terlibat dalam penampilan itu yakni, dalang asal AS Sam Jay Gold, Dalang I Putu Rekayasa dan Putu Panji Wilymantara serta I Gusti Made Aryana alias Dalang Sembroli, juga melakukan adegan perang, sehingga cerita yang dibawakan terasa hidup. Peonton juga dimanjakan dnegan pengiring wayang yang biasanya diiringi oleh gender, diganti dengan tabuh gong yang berpadu padan dengan petikan manis suara gitar Ian Coss yang juga seniman asal AS, sehingga tidak membosankan.
Pada pementasan malam itu, kolaborasi dalang dua bangsa itu membawakan lakon carangan yang berjudul Tole Wayang Aneh. Proses kolaborasi dalam dunia pedalangan ini berawal dari keberadaan komunitas Brother is Campur. Komunitas ini merupakan pertemanan antara dua warga Negara AS dengan warga Indonesia. Warga AS itu adalah Dalang Sam Jay Gold serta pemusik Ian Coss. Sementara warga Indonesia, ialah Dalang I Putu Rekayasa dan Putu Panji Wilymantara. Mereka sudah sempat berkolaborasi di AS dan memutuskan untuk berkolaborasi di Bali. Mereka kemudian menggandeng I Gusti Made Aryana alias Dalang Sembroli untuk berproses.
Ditemui usai pementasan, Dalang Sam Jay Gold mengaku sengaja ingin membuat sebuah pementasan wayang di Bali, untuk mengeksplorasi inovasi-inovasi baru dalam wayang tradisi. Baginya pentas malam itu juga berbeda dari pentas-pentas yang dilakukan sebelumnya. Ia yang juag sebagai dalang wayang di AS mengaku sangat menyukai wayang kulit, karena mudah dimainkan dan satu dalang bisa membawakan banyak karakter.
“Saya sangat suka wayang kulit karena sangat sederhana, mudah dimainkan. Satu dalang bisa memainkan banyak karakter. Kalau di Amerika, satu wayang itu dimainkan bisa oleh enam orang,” kata dia. Ia pun mengaku sudah mempersiapkan pementasan kali ini sejak enam bulan yang lalu. Selama menjalani proses latihan kolaborasi pementasan wayang kulit ini ia dan Ian mengaku sangat menikmati. Meski pihaknya tidak menampik mengalami kendala bahasa dan lafat percakapan dalam bahasa Bali dan Bahasa Kawi.
Sam pun mengaku sangat terbantu dna belajar banyak dari dalang lokal yang membantunya mensukseskan kolaborasi ini. Sementara itu Dalang Sembroli mengatakan pementasan malam itu menggabungkan ide-ide yang muncul dalam proses penggarapan. Wayang kolaborasi dengan dalang AS ini diharapkannya dapat menjadi tawaran baru dalam pementasan wayang di Bali.
Pihaknya pun tidak menampik jika mengalami sejumlah hambatan saat proses persiapan. Terutama dalam hal komunikasi. “Yang menjadi kendala selama ini karena kami terhambat bahasa, kadang ide yang mereka sampaikan, salah kami mengerti, sehingga proses menyatukannya agak lama. Dalang Sembroli pun mengatakan pementasan kolaborasinya Minggu malam belum maksimal, namun sebuah capaian baru dalam komunitasnya yang perlu terus diasah. *k23
1
Komentar