Fast Boat Masih Tak Beroperasi
Dermaga Serangan Kehilangan Pendapatan
DENPASAR, NusaBali
Pengelola dermaga penyeberangan di Kelurahan Serangan, Denpasar Selatan (Densel) harus kehilangan pendapatan akibat gempa bumi 7 SR di Lombok Utara dan Timur, NTB, Minggu (5/8). Setidaknya, Rp 1,5 juta perolehan dermaga Serangan yang dikelola Badan Usaha Masyarakat Desa (Bumda) Serangan, yang ‘hilang’ karena fast boat ke Gili Terawangan, Lombok Utara, NTB, untuk sementara dilarang beroperasi.
Biasanya dalam kondisi normal, ada 6 fast boat yang melayani penyeberangan mengangkut wisman ke Gili Terawangan. Dari 6 boat tersebut, sekitar 300 orang wisman yang diangkut. Pendapatan tersebut berasal dari jasa sewa pangkal Rp 150.000 setiap boat per hari dan jasa layanan penumpang Rp 5.000 per orang/ wisatawan. Dalam keadaan normal, ada 6 past boat yang melayani penyeberangan mengangkut wisman ke Gili Terawangan. Dari 6 boat tersebut, sekitar 300 orang wisman yang diangkut. Sehingga total tidak kurang Rp 2,4 juta pendapatan dari jasa layanan penumpang dan pangkal dermaga ‘melayang’ karena fast boat tak beroperasi.
Menurut keterangan Ketua Bumda Serangan I Nyoman Turut, Rabu (8/8), penghentian operasi fast boat sehari setelah gempa, yakni Senin (6/8). Penyetopan fast boat dengan tujuan Gili Terawangan pasca gempa, menambah panjang tidak beroperasinya boat ke Gili Terawangan. Karena sebelumnya juga sudah ‘istirahat’ juga sehubungan dengan cuaca buruk yang ditandai dengan angin kencang dan gelombang serta ombak tinggi. “Padahal rencananya tanggal 6 Agustus mau buka (beroperasi) setelah sebelumnya tutup,” ungkap Turut.
Bukan saja pengelola dermaga yang kehilangan pendapatan, para awak boat pun terpaksa menganggur. Untuk 6 boat, tidak kurang 30 orang awak boat tidak kerja. Karena untuk setiap boat ada sekitar 5 orang awak. Warga sekitar dermaga, pemilik restoran, pedagang buah juga berkurang pendapatannya. “Sejak ombak besar dan kemudian linuh (gempa) pendapatan berkurang,” ujar Ni Nyoman Musni, seorang pedagang buah di dekat dermaga.
Dikatakan Musni, itu karena wisman yang datang berkurang banyak. Terutama wisatawan barat (Eropa) yang kebanyakan suka ke Gili Terawangan. “Jadi sekarang kebanyakan turis China,” tunjuk Musni, pada wisman China yang hampir seluruhnya berwisata ke perairan Lembongan, Nusa Penida, Klungkung. “Mudah-mudahan cuaca membaik,” harap Musni, yang mengaku dapat untung Rp 200 ribu per hari, jika penyeberangan wisman dari dermaga Serangan normal. *k17
Pengelola dermaga penyeberangan di Kelurahan Serangan, Denpasar Selatan (Densel) harus kehilangan pendapatan akibat gempa bumi 7 SR di Lombok Utara dan Timur, NTB, Minggu (5/8). Setidaknya, Rp 1,5 juta perolehan dermaga Serangan yang dikelola Badan Usaha Masyarakat Desa (Bumda) Serangan, yang ‘hilang’ karena fast boat ke Gili Terawangan, Lombok Utara, NTB, untuk sementara dilarang beroperasi.
Biasanya dalam kondisi normal, ada 6 fast boat yang melayani penyeberangan mengangkut wisman ke Gili Terawangan. Dari 6 boat tersebut, sekitar 300 orang wisman yang diangkut. Pendapatan tersebut berasal dari jasa sewa pangkal Rp 150.000 setiap boat per hari dan jasa layanan penumpang Rp 5.000 per orang/ wisatawan. Dalam keadaan normal, ada 6 past boat yang melayani penyeberangan mengangkut wisman ke Gili Terawangan. Dari 6 boat tersebut, sekitar 300 orang wisman yang diangkut. Sehingga total tidak kurang Rp 2,4 juta pendapatan dari jasa layanan penumpang dan pangkal dermaga ‘melayang’ karena fast boat tak beroperasi.
Menurut keterangan Ketua Bumda Serangan I Nyoman Turut, Rabu (8/8), penghentian operasi fast boat sehari setelah gempa, yakni Senin (6/8). Penyetopan fast boat dengan tujuan Gili Terawangan pasca gempa, menambah panjang tidak beroperasinya boat ke Gili Terawangan. Karena sebelumnya juga sudah ‘istirahat’ juga sehubungan dengan cuaca buruk yang ditandai dengan angin kencang dan gelombang serta ombak tinggi. “Padahal rencananya tanggal 6 Agustus mau buka (beroperasi) setelah sebelumnya tutup,” ungkap Turut.
Bukan saja pengelola dermaga yang kehilangan pendapatan, para awak boat pun terpaksa menganggur. Untuk 6 boat, tidak kurang 30 orang awak boat tidak kerja. Karena untuk setiap boat ada sekitar 5 orang awak. Warga sekitar dermaga, pemilik restoran, pedagang buah juga berkurang pendapatannya. “Sejak ombak besar dan kemudian linuh (gempa) pendapatan berkurang,” ujar Ni Nyoman Musni, seorang pedagang buah di dekat dermaga.
Dikatakan Musni, itu karena wisman yang datang berkurang banyak. Terutama wisatawan barat (Eropa) yang kebanyakan suka ke Gili Terawangan. “Jadi sekarang kebanyakan turis China,” tunjuk Musni, pada wisman China yang hampir seluruhnya berwisata ke perairan Lembongan, Nusa Penida, Klungkung. “Mudah-mudahan cuaca membaik,” harap Musni, yang mengaku dapat untung Rp 200 ribu per hari, jika penyeberangan wisman dari dermaga Serangan normal. *k17
Komentar