nusabali

Docs By The Sea Memberi Angin Segar bagi Penggiat Film Dokumenter Indonesia dan Dunia

  • www.nusabali.com-docs-by-the-sea-memberi-angin-segar-bagi-penggiat-film-dokumenter-indonesia-dan-dunia

Sebanyak 31 proyek film dokumenter dari 10 negara ASEAN ramaikan International Documentary Forum 2018, Kamis (09/08/2018) bertempat di The Patra Kuta, Bali.

BADUNG, NusaBali
Di tahun keduanya, ajang film dokumenter ASEAN, Docs By The Sea, kembali diselenggarakan. Sebetulnya, Docs By The Sea merupakan sebuah wadah yang bersifat global bagi penggiat film dokumenter Indonesia dan ASEAN untuk dihubungkan dengan para investor dari industri film dokumenter internasional. Kegiatan ini dilaksanakan dari tanggal 2 hingga 9 Agustus 2018 yang masih tetap memilih Bali sebagai tuan rumahnya.

Peserta Asal Indonesia Sedang Melalui Tahap Judging Usai Presentasi (09/08)  .-Dok. NusaBali

Dalam kelancarannya, tentunya Docs By The Sea tidak sendiri. Ada pun beberapa nama-nama besar yang digandeng, di antaranya, In-Docs, Badan Ekonomi Kreatiif (BEKRAF), dan Go-jek. In-Docs sendiri merupakan lembaga nirlaba yang telah mendedikasikan diri dan berjasa dalam menemukan talenta-talenta baru di bidang film dokumenter di Indonesia sejak 2002. Sedangkan, BEKRAF adalah badan pemerintah yang khusus memperhatikan industri-industri kreatif yang ada di Indonesia, termasuk Go-Jek. Mereka pun bersinergi untuk mewujudkan sebuah event berskala internasional bertajuk Docs By The Sea.

Yang berbeda dari  Docs By The Sea tahun sebelumnya (red: 2017) yaitu, terdapat lebih banyak peserta yang mendaftar dan para Decision Makers (calon investor) pun telah memantapkan diri untuk hadir kembali dan berinvestasi, mengingat suksesnya acara yang digelar sebelumnya. Dari 31 karya yang ada, 12 di antaranya berasal dari Indonesia. Melihat hal ini, tentu industri film dokumenter Indonesia sudah mulai menggeliat dan mencoba tumbuh. Belum lagi, sekitar 38 Decision Makers dari 34 institusi dan dari 14 negara – yang nantinya akan menginvestasikan dananya pada beberapa film dokumenter yang terpilih – turut besumbangsih dan telah menjadi ‘angin segar’ bagi keberlangsungan film dokumenter Indonesia dan dunia. Mengingat ke-31 karya tersebut masih dalam tahap pengembangan, maka sangat diperlukan investor yang bersedia mendukung dari segi dana agar karya yang lebih matang dapat terrealisasi.

Melihat ramainya minat yang berasal dari para peserta dan calon investor, Amelia Hapsari, selaku Direktur Program In-Docs memandang bahwa acara ini amat sukses, dilihat dari banyaknya proyek-proyek film dokumenter terutama dari Indonesia yang mendapatkan tawaran dari investor internasional.

Amelia Hapsari, Direktur Program In-Docs saat Diwawancara Nusabali (09/08) .-Dok. NusaBali

“Menurut saya, acara ini amat sukses, ya. Mengingat banyak sekali project-project dokumenter dari Indonesia yang mendapat tawaran investasi dan distribusi dari internasional, ” ucap Amelia saat ditemui NusaBali pada tempat dan waktu yang sama.

Dirinya pun mengatakan bahwa tidak ada sistem penjuaraan dari acara ini, namun para peserta yang lolos proses pitching (red: pemilihan) akan mendapat hadiah berupa dana untuk mencari dukungan ke luar negeri. Acara yang berlangsung selama 8 hari di Bali ini membagi agendanya ke dalam tahap workshop/mentoring, pitching forum/business meeting, dan acara puncak yang dilaksanakan Kamis (09/08) malam di The Patra Kuta, Bali.

Saat ditanya mengapa memilih Bali dua kali berturut-turut sebagai tempat acara, Amelia pun menjawab bahwa Bali memiliki hubungan internasional airport yang bagus, selain itu parat tamu juga akan memiliki pengalaman yang menyenangkan dari masyarakat Bali yang ramah, serta dari segi infrastruktur pariwisata yang lengkap.

Beralih dari In-Docs, NusaBali pun berkesempatan untuk mewawancarai Hanifah Makarim, selaku Kasubdit Dana Masyarakat BEKRAF RI, yang berkesempatan hadir pada acara Docs By The Sea. Dirinya pun menyampaikan sebuah permulaan, bahwa tujuan BEKRAF adalah untuk memajukan industri kreatif di Indunesia, yang dalam hal ini adalah film dokumenter.

“Tentunya BEKRAF tidak bisa bekerja sendiri. Untuk Docs By The Sea ini, kami bekerja sama dengan In-Docs karena kami tahu, In-Docs juga sangat mempuanyai jaringan yang luas di bidang film dokumenter dan mereka perlu dukungan dari pemerintah. Harapan kedepannya, semoga semakin maju karena Docs By The Sea sudah mulai di posisi yang dapat dilihat Asia dan Internasional bahwa Indonesia punya event film dokumenter internasional yang bernama Docs By The Sea,” papar Hanifah.

Harapan itu pun turut dipanjatkan oleh salah satu peserta yang berasal dari Jakarta, Indonesia. Ialah Lutfi Retno Wahyudyanti dan pasangannya Gugun Junaedi yang pada kesempatan tersebut mempresentasikan karyanya yang bertajuk ‘The Poly Bag Journal’ yang mana berkisah tentang seorang pria bernama Dimas Bagus Wijanarko, seorang penggerak komunitas Get Plastic, yang membuat sebuah mesin pengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak. Hal ini semakin menarik ketika ia bersama skuternya berkelana dari Jawa hingga Bali untuk mengadakan workshop seputar pengolahan sampah plastik tersebut.

Pemilihan ide tersebut bersumber dari isu yang menarik minat Lutfi untuk diangkat sebagai film dokumenter karena menurutnya, pemilihan topic tidak boleh sembarangan karena akan berpengaruh pada biaya dan waktu yang dikeluarkan. Jadi, harus memilih sesuatu yang disukai.

Wanita yang telah 10 tahun mengenal film dokumenter ini pun turut berbahagia atas terselenggaranya acara Docs By The Sea karena dirinya dan penggiat film dokumenter lainnya dapat memiliki wadah dan harapan yang baru untuk terus berkarya dan memperjuangkan hobinya.

Lutfi Retno Wahyudyanti, Peserta asal Indonesia saat DIwawancara Nusabali (09/08) .-Dok. NusaBali

“Selama ini industri film dokumenter di Indonesia belum jalan. Ketika kita membuat film, kita belum tahu akan dijual kemana karena jika sesuatu ingin bertahan harus ada sisi bisnisnya juga, kan. Ketika datang ke acara ini, jadi mendapat angin segar, ternyata masih banyak ada peluang untuk mengembangkan film dokumenter,” sahutnya.

Rona bahagia masih terpancar dari wajahnya karena setelah acara ini, dirinya sudah digaet untuk membuat proyek film dokumenter lain. Maka, Lutfi pun berharap agar acara sejenis ini sering diadakan agar para penggiat film dokumenter dapat bertemu, saling berbagi, dan bertukar ide.

“Karena saat kamu punya teman, kemungkinan menyerah itu lebih kecil,” tutup Lutfi sembari tersenyum. *ph

Video Liputan :


Komentar