SMKN 1 Susut Buka Jurusan Baru
SMKN 1 Susut, Bangli kembali membuka program keahlian baru di tahun ajaran 2018/2019.
BANGLI, NusaBali
Program keahlian yang dibuka yakni perhotelan. Peminatnya pun banyak, dapat 63 siswa. Lebih banyak dibanding program keahlian lainnya. Hanya saja, SMKN 1 Susut masih kekurangan fasilitas. Kepala SMKN 1 Susut, Ni Made Ciri Rimbawati, mengatakan ruang praktek siswa masih kurang. Program keahlian yang belum memiliki ruang praktek yakni pemasaran, akutansi, dan perhotelan. “Perhotelan baru kami buka, namun siswa yang daftar cukup banyak. Kami manfaatkan ruangan yang ada untuk ruang praktek,” ungkapnya Kamis (9/8).
Made Ciri Rimbawati menegaskan, SMKN 1 Susut harus melalui proses panjang untuk bisa membuka program keahlian baru. Sebelum diusulkan, pihaknya membuat penelitian kecil di masyarakat, sejauh mana program tersebut dibutuhkan/diminati. “Kami lakukan survey dulu ke desa-desa, memang program ini didukung, dan dukungan disertai bukti pernyataan dari kepala desa. Kami membuka program ini tidak asal-asalan,” tegasnya.
Selain dukungan masyarakat, sekolah berani mengajukan pembukaan program baru ke Dinas Pendidikan Provinsi Bali karena sekolah sudah memiliki tenaga pendidik. “Kalau tidak ada tenaga pendidik kami belum berani mengajukan, saat ini kami memiliki dua guru yang mengajar produktif (mata pelajaran program keahlian),” sebutnya. Program keahlian baru ini berdampak pula pada program lainnya.
Terkait belum adanya ruang praktek untuk program keahlian perhotelan, Made Ciri Rimbawati mengaku sudah menjalin MoU dengan salah satu perguruan tinggi pariwisata di Bangli. Adapula kerjasama dengan beberapa restoran dan hotel di Kintamani. “Jika jadwal praktek maka siswa diarahkan ke kampus tersebut. Meski jaraknya sedikit jauh namun tidak jadi persoalan karena memang untuk praktek tidak dilakukan setiap hari,” jelasnya. Ditambahkan, kelas X materi produktif hanya 30 persen.
Program keahlian perhotelan ini belum terakreditasi, maka sekolah belum bisa melaksanakan uji kompetensi secara mandiri, dan harus bergabung dengan sekolah lain seperti di SMKN 2 Bangli. Made Ciri Rimbawati menambahkan, jika fasilitas sudah disiapkan lebih awal dikhawatirkan tidak dapat siswa atau peminat sedikit. “Dibuka dulu, dari siswa yang diperoleh maka sekolah bisa mengajukan pengadaan fasilitas pendukung lainya,” ungkapnya. Tidak hanya kekurangan ruang praktek, sekolah masih kekurangan ruang guru. Ruang guru dan ruang kepala sekolah masih memanfaatkan ruang kelas hanya disiasati pasang sekat. *es
Program keahlian yang dibuka yakni perhotelan. Peminatnya pun banyak, dapat 63 siswa. Lebih banyak dibanding program keahlian lainnya. Hanya saja, SMKN 1 Susut masih kekurangan fasilitas. Kepala SMKN 1 Susut, Ni Made Ciri Rimbawati, mengatakan ruang praktek siswa masih kurang. Program keahlian yang belum memiliki ruang praktek yakni pemasaran, akutansi, dan perhotelan. “Perhotelan baru kami buka, namun siswa yang daftar cukup banyak. Kami manfaatkan ruangan yang ada untuk ruang praktek,” ungkapnya Kamis (9/8).
Made Ciri Rimbawati menegaskan, SMKN 1 Susut harus melalui proses panjang untuk bisa membuka program keahlian baru. Sebelum diusulkan, pihaknya membuat penelitian kecil di masyarakat, sejauh mana program tersebut dibutuhkan/diminati. “Kami lakukan survey dulu ke desa-desa, memang program ini didukung, dan dukungan disertai bukti pernyataan dari kepala desa. Kami membuka program ini tidak asal-asalan,” tegasnya.
Selain dukungan masyarakat, sekolah berani mengajukan pembukaan program baru ke Dinas Pendidikan Provinsi Bali karena sekolah sudah memiliki tenaga pendidik. “Kalau tidak ada tenaga pendidik kami belum berani mengajukan, saat ini kami memiliki dua guru yang mengajar produktif (mata pelajaran program keahlian),” sebutnya. Program keahlian baru ini berdampak pula pada program lainnya.
Terkait belum adanya ruang praktek untuk program keahlian perhotelan, Made Ciri Rimbawati mengaku sudah menjalin MoU dengan salah satu perguruan tinggi pariwisata di Bangli. Adapula kerjasama dengan beberapa restoran dan hotel di Kintamani. “Jika jadwal praktek maka siswa diarahkan ke kampus tersebut. Meski jaraknya sedikit jauh namun tidak jadi persoalan karena memang untuk praktek tidak dilakukan setiap hari,” jelasnya. Ditambahkan, kelas X materi produktif hanya 30 persen.
Program keahlian perhotelan ini belum terakreditasi, maka sekolah belum bisa melaksanakan uji kompetensi secara mandiri, dan harus bergabung dengan sekolah lain seperti di SMKN 2 Bangli. Made Ciri Rimbawati menambahkan, jika fasilitas sudah disiapkan lebih awal dikhawatirkan tidak dapat siswa atau peminat sedikit. “Dibuka dulu, dari siswa yang diperoleh maka sekolah bisa mengajukan pengadaan fasilitas pendukung lainya,” ungkapnya. Tidak hanya kekurangan ruang praktek, sekolah masih kekurangan ruang guru. Ruang guru dan ruang kepala sekolah masih memanfaatkan ruang kelas hanya disiasati pasang sekat. *es
1
Komentar