Teknologi Jarwo Tingkatkan Produksi Padi
Teknologi pertanian dengan sistem tanam jajar legowo (jarwo) super mampu meningkatkan produksi hingga 100 persen.
AMLAPURA, NusaBali
Teknologi Jarwo menggunakan teknik aplikasi biosilika (pupuk sekam padi) ini diujicoba di Subak Kuum Canggah, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Bali yang melakukan ujicoba mampu menunjukkan hasil optimal. Ujicoba itu dilakukan di lahan milik I Nengah Kari.
Ujicoba di lahan 5 hektare di lahan milik I Nengah Kari sementara panen seluas 3 hektare yang dilakukan BPTP Provinsi Bali dipimpin Ida Bagus Suryawan, Kamis (9/8). Dengan menggunakan sistem tanam jajar legowo super, jarak tanam 25 cm x 25 cm antar rumpun dalam baris dan jaraknya 12,5 cm dalam barisan. Sedangkan jarak antar barisan atau lorong 50 cm sehingga per hektare mencapai 213.300 rumpun. Terjadi peningkatan populasi 33,31 persen dibandingkan sistem tanam tegel (sistem tanam pada umumnya). Sedangkan sistem tanam tegel yakni (25x25) cm hanya menghasilkan 160.000 rumpun per hektare.
Saat panen padi jenis varietas Impari 40 kemarin, diambil sampel ukuran 3x4 meter menghasilkan 8,1 kilogram. Dibandingkan dengan tanam tegel sebelumnya mencapai hasil 4 kilogram gabah. Ida Bagus Suryawan dari BPTP menjelaskan, setelah dilakukan perbandingan hasil antara tanam tegel dengan jajar legowo, hasilnya kelihatan ada perbedaannya. Untuk skala besar, perbandingan hasil panen juga kelihatan ada peningkatan cukup signifikan. Misalnya untuk tanam tegel dengan jarak 25x25 cm menghasilkan 260.000 rumpun per hektare, sedangkan tanam jajar legowo 25 x12,5 x 50 cm menghasilkan 213.300 rumpun per hektare, mengalami kenaikan 33,33 persen, otomatis hasil produksinya meningkat.
Hasil di lapangan menunjukkan produktivitas padi varietas Inpari 40 tanpa biosilika sebanyak 6,75 ton per hektare sedangkan dengan biosilika mencapai 7,5 ton per hektare. “Bahkan untuk varietas Inpari 43 dengan biosilika hasilnya 10,5 ton per hektare,” katanya. Diakui bibit dihabiskan lebih banyak, tetapi mampu mengoptimalkan lahan. Petani I Nengah Kari bersyukur dapat teknologi sistem tanam dengan mengoptimalkan lahan, hasilnya meningkat. “Selama ini sistem tanam tegel, hasilnya begitu-begitu saja, sekarang jauh mengalami peningkatan produksi,” kata Nengah Kari.
Hadir di acara panen padi varietas Impari 36, KUPT (Kepala Unit Pelaksana Teknis) Dinas Pertanian Kecamatan Karangasem I Nyoman Sudiarsa, Danramil Karangasem Kapten Inf Bambang Edi Julianto, PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) Dinas Pertanian di Desa Tumbu Ni Ketut Ujiani. Ujiani berharap para petani lebih proaktif berkonsultasi dengan PPL atau ke petani yang telah paham sistem tanam jajar legowo. Sehingga nantinya mendapatkan hasil lebih optimal. *k16
Teknologi Jarwo menggunakan teknik aplikasi biosilika (pupuk sekam padi) ini diujicoba di Subak Kuum Canggah, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Bali yang melakukan ujicoba mampu menunjukkan hasil optimal. Ujicoba itu dilakukan di lahan milik I Nengah Kari.
Ujicoba di lahan 5 hektare di lahan milik I Nengah Kari sementara panen seluas 3 hektare yang dilakukan BPTP Provinsi Bali dipimpin Ida Bagus Suryawan, Kamis (9/8). Dengan menggunakan sistem tanam jajar legowo super, jarak tanam 25 cm x 25 cm antar rumpun dalam baris dan jaraknya 12,5 cm dalam barisan. Sedangkan jarak antar barisan atau lorong 50 cm sehingga per hektare mencapai 213.300 rumpun. Terjadi peningkatan populasi 33,31 persen dibandingkan sistem tanam tegel (sistem tanam pada umumnya). Sedangkan sistem tanam tegel yakni (25x25) cm hanya menghasilkan 160.000 rumpun per hektare.
Saat panen padi jenis varietas Impari 40 kemarin, diambil sampel ukuran 3x4 meter menghasilkan 8,1 kilogram. Dibandingkan dengan tanam tegel sebelumnya mencapai hasil 4 kilogram gabah. Ida Bagus Suryawan dari BPTP menjelaskan, setelah dilakukan perbandingan hasil antara tanam tegel dengan jajar legowo, hasilnya kelihatan ada perbedaannya. Untuk skala besar, perbandingan hasil panen juga kelihatan ada peningkatan cukup signifikan. Misalnya untuk tanam tegel dengan jarak 25x25 cm menghasilkan 260.000 rumpun per hektare, sedangkan tanam jajar legowo 25 x12,5 x 50 cm menghasilkan 213.300 rumpun per hektare, mengalami kenaikan 33,33 persen, otomatis hasil produksinya meningkat.
Hasil di lapangan menunjukkan produktivitas padi varietas Inpari 40 tanpa biosilika sebanyak 6,75 ton per hektare sedangkan dengan biosilika mencapai 7,5 ton per hektare. “Bahkan untuk varietas Inpari 43 dengan biosilika hasilnya 10,5 ton per hektare,” katanya. Diakui bibit dihabiskan lebih banyak, tetapi mampu mengoptimalkan lahan. Petani I Nengah Kari bersyukur dapat teknologi sistem tanam dengan mengoptimalkan lahan, hasilnya meningkat. “Selama ini sistem tanam tegel, hasilnya begitu-begitu saja, sekarang jauh mengalami peningkatan produksi,” kata Nengah Kari.
Hadir di acara panen padi varietas Impari 36, KUPT (Kepala Unit Pelaksana Teknis) Dinas Pertanian Kecamatan Karangasem I Nyoman Sudiarsa, Danramil Karangasem Kapten Inf Bambang Edi Julianto, PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) Dinas Pertanian di Desa Tumbu Ni Ketut Ujiani. Ujiani berharap para petani lebih proaktif berkonsultasi dengan PPL atau ke petani yang telah paham sistem tanam jajar legowo. Sehingga nantinya mendapatkan hasil lebih optimal. *k16
1
Komentar