Ditandai 5 Kali Pemukulan Gong, Ubud Village Jazz Festival 2018 Resmi Dibuka
Tjok Ace hadiri pembukaan Ubud Village Jazz Festival 2018.
GIANYAR, NusaBali
Hari pertama, perhelatan Jazz berskala internasional itu resmi dibuka. Kali ini, UVJF tetap mengusung nuansa pedesaan sebagai ciri khas event yang pertama digagas oleh Yuri Mahatma dan A.A. Anom Wijaya Darsana 6 tahun silam.
Event yang juga didukung oleh Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) RI ini juga dihadiri jajaran penting yang ada di Bali maupun Ubud. Terlihat di sudut salah satu stan Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau akrab disapa Tjok Ace, selaku Penasihat Acara UVJF – dan yang merupakan Wakil Gubernur Bali Terpilih 2018 – juga Tjok Putra Sukawati, selaku Panglingsir (red: tetua) Puri Ubud, yang tengah mengobrol dengan salah satu Co-Founder UVJF, Anom Darsana, dan beberapa orang lainnya dari perwakilan Bupati Gianyar dan dinas-dinas terkait.
Tjok Ace (kanan), Tjok Putra Sukawati (kiri kedua), Anom Darsana (kiri), dan salah seorang perwakilan pemerintah Gianyar (kanan kedua) Sedang Berbincang Menunggu Acara Pembukaan UVJF 2018 - Dok. NusaBali
Dalam sambutannya, Tjok Ace menyambut pengunjung yang hadir dalam acara UVJF 2018 dan sangat mengapresiasi atas terselenggaranya UVJF 2018 ini karena di tengah persaingan pariwisata yang ada, UVJF selalu menempatkan Ubud pada posisi yang terhormat baik di tingkat Asia maupun dunia. Ada pun hal lain yang disampaikan yaitu tentang prestasi Ubud sebagai Second Best City di Asia untuk kesekian kalinya.
Setelah sambutan, dilakukan pula penyerahaan plakat apresiasi pada beberapa jajaran penting yang turut mendukung terselenggaranya UVJF 2018, salah satu diantaranya yaitu dari BEKRAF yang diwakili oleh Muhammad Jufry, selaku Kepala Sub Direktorat Pasar Segmen Retail dalam Negeri BEKRAF RI.
Penyerahan Plakat Apresiasi oleh Tjok Ace kepada Muhammad Jufry BEKRAF - IST
Saat ditemui NusaBali pada kesempatan yang sama, Tjok Ace memandang bahwa musik Jazz merupakan musik yang cukup tua, namun ketika kita lihat kontennya, hal itu tidak lepas dari konten budaya. Jadi, ketika Jazz dipentaskan di Ubud, maka masih terbilang relevan karena Ubud juga merupakan daerah yang sarat budaya.
“Ini kan sudah yang keenam kali diadakan, kalau kita melihat, Jazz sebagai musik yang cukup tua, dan kalau kita lihat kontennya, ini tidak lepas dengan konten budaya. Jadi, ketika Jazz ditampilkan di Ubud, itu sangat matching dengan kondisi kami di sini. Jadi, kami sangat welcome,ini sudah keenam kalinya dan selalu sukses setiap tahun,” papar Tjok Ace.
Ditanya perihal harapan, Tjok Ace pun berharap bahwa UVJF dapat memberi gambaran mengenai Ubud sebagai destinasi budaya. Bahwa Ubud juga mengangkat budaya asing yang tidak bertentangan dengan budaya mereka.
Selain Tjok Ace, NusaBali juga berkesempatan untuk mewawancarai Panglingsir Puri Ubud yaitu, Tjok Putra Sukawati. Beliau memaparkan bahwa Ubud sebenarnya telah membuka diri dari tahun 30-an pada kebudayaan yang bersifat tradisional-modern. Ubud telah membuka pintu inovasi yang terjadi di mana-mana. Selama hal itu cocok dengan ‘angin’ yang ada di Ubud, maka kesenian itu pasti sangat diterima.
Ketika ditanya perihal lebih banyaknya pengunjung mancanegara yang datang dibandingkan pengunjung lokal, maka Tjok Putra pun memberi komentarnya bahwa kebanyakan orang Bali atau Indonesia lebih suka dengan yang tradisional dan lagu-lagu pop Indonesia. Musik Jazz tidak dipungkiri masih terlalu berat dan sulit untuk dimengerti orang awam dan Jazz sendiri lebih sering dinikmati oleh kaum mancanegara.
“Memang, apalagi Jazz ini apresiasinya berat sekali. Apalagi musik-musik klasik seperti Beethoven, Mozart, dan lain sebagainya memang perlu apresiasi yang tinggi. Ini saya kira memang benar-benar Jazz lovers jadinya, pecinta Jazz. Tidak hanya di Indonesia, orang luar yang betul-betul merangsuk banget. Mungkin di Indonesia baru rangsukannya sebatas mendengar. Tapi mereka orang luar selain mendengar mungkin seek around, mencari - cari,” tutur Tjok Putra. *ph
1
Komentar