nusabali

7 KK Korban Gempa dari Desa Pakisan Ngungsi dalam Satu Tenda

  • www.nusabali.com-7-kk-korban-gempa-dari-desa-pakisan-ngungsi-dalam-satu-tenda

Sebanyak 7 kepala keluarga (KK) berjumlah 29 jiwa korban gempa di Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng pilih mengungsi dalam satu tenda yang didirikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng.

Mereka Enggan Pulang karena Rumahnya Retak


SINGARAJA, NusaBali
Mereka enggan pulang dan rela tinggal berdesakan dalam satu tenda, ka-rena rumahnya sudah retak-retak akibat diguncang gempa. Pihak BPBD Buleleng hanya mendirikan satu tenda di pekarangan rumah keluarga Mangku Ketut Renten, korban gempa di Banjar Kelandis, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan. Tenda itu didirikan BPBD Buleleng, karena rumah keluarga Mangku Renten roboh hingga rata dengan tanah saat gempa berkekuatan 7,0 SR mengguncang Lombok, NTB, Minggu (5/8) malam.

Tenda berukuran 4 meter x 3 meter tersebut dibangun BPBD Buleleng, Senin (6/8) sore atau sehari pasca gempa. Semula, tenda tersebut hanya ditempati 2 KK berjumlah 5 jiwa dari keluarga Mangku Ketut Renten. Namun, sehari setelah tenda terpasang, Selasa (7/8), ada 5 KK korban gempa lainnya dari wilayah Banjar Kelandis, Desa Pakisan ikut mengungsi di tenda tersebut.

Lima (5) KK tersebut masing-masing keluarga Wayan Sugita (berjumlah 5 jiwa), keluarga Nyoman Rentana (4 jiwa), keluarga Made Teken (4 jiwa), keluarga Nyoman Sukadana (6 jiwa), dan keluarga Nyoman Rentada (beranggotakan 5 jiwa). Mereka mengaku terpaksa ngumpul dalam satu tenda, karena rumahnya tidak aman lagi untuk ditempati, lantaran kondisinya sudah retak-retak akibat gempa. Trumah-rumah semi permanen milik pengungsi ini lokasinya berjauhan satu sama lain.

“Ini semua berkumpul, karena sekadar untuk masuk ke dalam rumahnya masing-masing saja sudah tidak berani. Sebab, rumah mereka semuanya retak-retak. Bahkan, ada yang jendelanya sudah bergeser dari tembok. Mereka takut rumahnya roboh, apalagi gempa sempat terjadi lagi,” ungkap Gede Sidimantra, 29, salah satu dari keluarga Mangku Ketut Renten ketika ditemui NusaBali di lokasi tenda pengungsian, Jumat (10/8).

Gede Sidimantra mengatakan, pada malam pertama ketika seluruh 7 KK berkumpul dalam satu tenda, Selasa lalu, mereka terpaksa tidur berhimpitan. Bahkan, beberapa orang terpaksa tidur di luar tenda dengan beratap terpal, karena tendanya tidak menampung.

“Ada tiga orang waktu itu tidur di luar, karena di dalam tenda sudah penuh dan berhimpitan,” ujar Sidimantra, yang ibundanya terluka parah akibat tertimbun reruntuhan bangunan rumahnya yang roboh akibat gempa malam itu.

Menurut Sidimantra, karena tenda tidak muat, akhirnya 7 KK pengungsi korban gempa akhirnya bergotong royong membuat tenda tambahan, dengan membentangkan terpal agar bisa ditempati. Selain membuat tenda dari terpal, mereka juga membangun gubuk beratapkan seng sisa material reruntuhan rumah Mangku Ketut Renten yang ambruk.

Sidimantra mengatakan, gubuk darirat beratapkan terpal ini dibangun untuk antisipasi ketika turun hujan. “Kalau di tenda, takut nanti air masuk ke dalam tenda kalau hujan. Kalau di gubuk darurat ini, posisinya lebih tinggi karena di bawahnya adalah teras rumah,” papar Sidimantra.

Selain mendirikan gubuk darurat, 7 KK korban gempa di Desa Pakisan juga membuat MCK darurat berbahan sisa seng reruntuhan rumah Mangku Ketut Renten. Sejauh ini, material reruntuhan dari tiga blok rumah milik keluarga Mangku Ketut Renten masih berserakan di lokasi.

Keluarga Mangku Renten hanya bisa membersihkannya untuk mengevakuasi harta bendanya yang tertimbun, seperti tiga unit sepeda motor. Mereka belum bisa membersihkan puing reruntuhan rumahnya, karena harus cari nafkah dengan maburuh petik cengkih di siang hari. Sedangkan malamnya, mereka memanfaatkan waktu untuk kepik cengkih (memisahkan bunga cengkih dari tangkainya). Kebetulan, aliran listrik yang sempat terputus sudah disambung lagi oleh pihak PLN.

Sementara itu, Sekertaris BPBD Buleleng, Ketut Susila, mengaku jumlah tenda darurat yang dimilikinya terbatas, sehingga tidak bisa melayani seluruh pengungsi korban gempa. Demikian juga bantuan paket sembako untuk korban gempa, sejauh ini masih dikoordinasikan dengan BPBD Provinsi Bali.

“Kami sedang mengurus sembako ke provinsi, karena stok di Buleleng sedang kosong. Kalau soal tenda, jumlahnya terbatas. Makanya kami berharap pengungsi korban gempa bersabar, karena tidak bisa kami penuhi satu KK satu tenda. Ya, harus gabung dulu,” jelas Susila saat dikonfirmasi NusaBali terpisah di Singaraja, Jumat kemarin. *k19

Komentar