Dari Regu Kadus Hingga Celeluk Mapayung
Kecamatan Tegallalang, Gianyar, punya cara khas dalam menyambut HUT Kemerdekaan RI dari tahun ke tahun. Tahun 2018, Muspika dan masyarakat setempat menggelar lomba gerak jalan bertema seni kreatif.
Lomba Gerak Jalan Kreatif di Tegallalang
GIANYAR, NusaBali
Gerak jalan ini melibatkan regu dari unsur Muspika, perbekel, kelian dinas/kepala dusun (kadus), LPD (Lembaga Perkreditan Desa) dan lembaga terkait. Para pucuk pimpinannya tampil sebagai danton pasukan. Lomba berlangsung Jumat (10/8) mulai pukul 14.00 Wita, dilepas Camat Tegallalang I Komang Darmawan SSos. Uniknya, lomba ini mengharuskan pesertanya berhias sekreatif mungkin, termasuk memakai topeng bebondresan. Aba-aba maupun yel-yel yang dikumandangkan harus berbahasa Bali. Riasan wajah dan busana yang kocak pun mengundang decak tawa. Bahkan ada pula kaum laki-laki mengenakan kebaya sebagai wujud emansipasi pada perempuan.
Camat Tegallalang Komang Darmawan ditemui di sela-sela lomba mengatakan, lomba gerak jalan tahun ini sengaja melibatkan para pucuk pimpinan Muspika. Tujuannya, mempererat jarak antara masyarakat dengan pimpinan. "Pimpinan selain menjadi tauladan, juga wajib memberikan contoh yang baik dan benar pada masyarakat," jelasnya. Selain unsur TNI/Polri, lomba ini juga melibatkan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Tegallalang, Radio Amatir Penduduk Indonesia (Rapi), Paskibra Kecamatan Tegallalang. Panitia menyiapkan juri di beberapa titik. Namun bukan semata-mata juara menjadi tujuan utama, melainkan kebersamaan dalam memaknai HUT RI. "Ada 13 regu atau pasukan. Rute yang kita tentukan, dari kantor Camat menuju Lapangan Umum Kecamatan Tegallalang," jelasnya.
Kapolsek Tegalllang AKP Gede Sukadana dan Danramil Tegallalang Kapten Inf Ketut Suprapta mengaku baru pertama kali ikut gerak jalan. "Biasanya memonitor, ini tumben ikut terlibat. Karena memang belum setahun disini," ungkap keduanya sumringah. Sama seperti peserta lainnya, dua komandan inipun bergerak mengikuti rute yang telah ditentukan.
Kelihan Banjar Gagah I Made Sentrayana mewakili Desa Tegallalang pilih mengenakan kostum kebaya. "Biar penampilan beda, meriah dan lucu," ujarnya. 22 personel pasukan pun kompak mengenakan kebaya lengkap dengan longtorsonya. Ketika ditanya, kebanyakan di antaranya meminjam kebaya istri maupun mertua. "Kalau saya minjam baju mertua, karena baju istri kekecilan," ungkapnya sembari tertawa.
Di sisi lain, perwakilan 43 LPD se Kecamatan Tegallalang pilih konsep bebondresan. Berbagai rupa topeng ditampilkan hingga tapel celuluk. Mereka pun melengkapi diri dengan riasan wajah. Menurut Ketua BKS LPD Tegallalang I Wayan Gunada, pasukannya sudah berhias sejak pukul 12.00 Wita. "Ini semua spontanitas. Memanfaatkan segala potensi yang ada. Topeng memang ada yang punya sendiri, ada yang minjam," terangnya. Untuk latihan kekompakan, tim ini hanya berlatih tiga hari. Diantara pasukan ini, tampak menggelitik pula sesosok celuluk memakai payung. "Maklum, sekarang musim hujan. Celuluknya takut kena air. Sekalian biar menarik," terangnya. *nvi
GIANYAR, NusaBali
Gerak jalan ini melibatkan regu dari unsur Muspika, perbekel, kelian dinas/kepala dusun (kadus), LPD (Lembaga Perkreditan Desa) dan lembaga terkait. Para pucuk pimpinannya tampil sebagai danton pasukan. Lomba berlangsung Jumat (10/8) mulai pukul 14.00 Wita, dilepas Camat Tegallalang I Komang Darmawan SSos. Uniknya, lomba ini mengharuskan pesertanya berhias sekreatif mungkin, termasuk memakai topeng bebondresan. Aba-aba maupun yel-yel yang dikumandangkan harus berbahasa Bali. Riasan wajah dan busana yang kocak pun mengundang decak tawa. Bahkan ada pula kaum laki-laki mengenakan kebaya sebagai wujud emansipasi pada perempuan.
Camat Tegallalang Komang Darmawan ditemui di sela-sela lomba mengatakan, lomba gerak jalan tahun ini sengaja melibatkan para pucuk pimpinan Muspika. Tujuannya, mempererat jarak antara masyarakat dengan pimpinan. "Pimpinan selain menjadi tauladan, juga wajib memberikan contoh yang baik dan benar pada masyarakat," jelasnya. Selain unsur TNI/Polri, lomba ini juga melibatkan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Tegallalang, Radio Amatir Penduduk Indonesia (Rapi), Paskibra Kecamatan Tegallalang. Panitia menyiapkan juri di beberapa titik. Namun bukan semata-mata juara menjadi tujuan utama, melainkan kebersamaan dalam memaknai HUT RI. "Ada 13 regu atau pasukan. Rute yang kita tentukan, dari kantor Camat menuju Lapangan Umum Kecamatan Tegallalang," jelasnya.
Kapolsek Tegalllang AKP Gede Sukadana dan Danramil Tegallalang Kapten Inf Ketut Suprapta mengaku baru pertama kali ikut gerak jalan. "Biasanya memonitor, ini tumben ikut terlibat. Karena memang belum setahun disini," ungkap keduanya sumringah. Sama seperti peserta lainnya, dua komandan inipun bergerak mengikuti rute yang telah ditentukan.
Kelihan Banjar Gagah I Made Sentrayana mewakili Desa Tegallalang pilih mengenakan kostum kebaya. "Biar penampilan beda, meriah dan lucu," ujarnya. 22 personel pasukan pun kompak mengenakan kebaya lengkap dengan longtorsonya. Ketika ditanya, kebanyakan di antaranya meminjam kebaya istri maupun mertua. "Kalau saya minjam baju mertua, karena baju istri kekecilan," ungkapnya sembari tertawa.
Di sisi lain, perwakilan 43 LPD se Kecamatan Tegallalang pilih konsep bebondresan. Berbagai rupa topeng ditampilkan hingga tapel celuluk. Mereka pun melengkapi diri dengan riasan wajah. Menurut Ketua BKS LPD Tegallalang I Wayan Gunada, pasukannya sudah berhias sejak pukul 12.00 Wita. "Ini semua spontanitas. Memanfaatkan segala potensi yang ada. Topeng memang ada yang punya sendiri, ada yang minjam," terangnya. Untuk latihan kekompakan, tim ini hanya berlatih tiga hari. Diantara pasukan ini, tampak menggelitik pula sesosok celuluk memakai payung. "Maklum, sekarang musim hujan. Celuluknya takut kena air. Sekalian biar menarik," terangnya. *nvi
Komentar