Bali Harus Ciptakan Quality Tourism
Supadma Rudana: Turis Meningkat, tapi Kelasnya Menengah ke Bawah
DENPASAR,NusaBali
Persaingan destinasi wisata di dunia membuat perubahan market kunjungan turis ke Bali. Bali didesak tidak hanya mengejar untitas saja namun menjadikan Bali sebagai daerah tujuan wisata yang punya kelas. Sehingga akan meciptakan quality tourism. Hal itu terungkap dalam Bimbingan Teknis Strategi Pemasaran Eropa, Kementerian Pariwisata dengan Komisi X DPR RI membidangi pariwisata, di Hotel Inna Heritage Denpasar, Jumat (10/8) kemarin.
Bimtek yang diikuti oleh sejumlah praktisi pariwisata, Dinas Pariwisata Propinsi Bali, dan kalangan akademisi bidang pariwisata tersesebut mengerucut kepada terwujudnya Bali menjadi daerah tujuan wisata yang berkualitas. Hadir Kadis Pariwisata Propinsi Bali Anak Agung Yuniartha, anggota Komisi X DPR RI Dapil Bali Putu Supadma Rudana, Tim Ahli Kemenpar Agus Santoso.
Anak Agung Yuniartha menyampaikan Bali kedepan tidak lagi mengandalkan dari sisi jumlah kunjungan turis ke Bali. Namun sudah harus membuat pola supaya kunjungan turis di Bali meningkat dari sisi kualitas. Turis yang berkunjung tidak lagi yang kelasnya ecek-ecek. “Jadi tidak hanya mengejar jumlah saja kita ini. Dari sisi kualitas turis yang datang ke Bali juga jadi target kita,” ujar Yuniartha.
Menurut Yuniartha ketika kunjungan turis ke Bali jumlahnya besar tidak memiliki kualitas, akan menimbulkan persaingan yang sangat tidak sehat. Maka perlu ada terobosan-terobosan, salah satunya dengan membangun infrastruktur. “Ya salah satunya bangun infrastruktur di Bali. Seperti Bandara, infrastruktur jalan,” ujar Yuniartha.
Sementara anggota Komisi X DPR RI Putu Supadma Rudana mengatakan pemerintah Bali harus segera realisasikan Bandara Buleleng (Bali Utara). Saat ini dengan Bandara Ngurah Rai yang memiliki runway tidak memadai , pesawat berbadan besar tidak bisa mendarat. Belum lagi kroditnya luar biasa. “Jadi Bandara Buleleng mendesak diwujudkan. Pemerintah Bali harus suarakan itu di pusat supaya pembangunannya dipercepat. Hal ini menjawab tantangan ketika turis ke Bali itu jumlahnya besar,” tegas politisi asal Desa Peliatan Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar ini.
Supadma Rudana mengatakan ada pergeseran kunjungan turis ke Bali. Pasar China dan India paling banyak ke Bali. “Memang turis ke Bali itu sudah meningkat terus. Tetapi jangan lupa mereka yang datang ke Bali itu berdasarkan investigasi saya yang kelasnya menengah ke bawah. Yang turis berkelas itu datangnya ke Jepang, ke Amerika, Spanyol. Beberapa ada ke Singapura untuk shopping saja. Bali pada era tahun 1970-an itu turisnya berkelas. Sekarang malah bergeser ke jumlah. Ini pekerjaan rumah pemerintah di Bali. Saya tampung Bali harus dipikirkan. Harus revolusi dikit. Persaingan ketat, guide asing masuk, hotel murah-murah karena banting harga,” ujar Supadma Rudana.
Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia ini mengatakan Indonesia memiliki Bali yang destinasinya sudah sangat terkenal. Yakni destinasi adat, seni, tradisi, budaya, alamnya. Sehingga destinasi ini saja kita jual. Promosikan, Bali bisa menjadi tujuan turis yang berkelas. “Bukan kelas turis yang datang ke Bali belanjanya di mini market, makannya di kamar. Restaurant di Bali sepi. Ini harus dipikirkan Kementerian Pariwisata. Kalau perlu dana promosi kami di DPR RI siap memfasilitasi,” ujar alumnus Webster University Amerika Serikat ini.
Sementara salah satu praktisi pariwisata I Nyoman Nuada dalam pertemuan tersebut mendukung revolusi dibidang pariwisata di Bali. Artinya Bali tidak hanya kejar jumlah saja. Selain itu Bali juga menyiapkan destinasi yang tidak ada saingannya. Bali memiliki destinasi Subak (sistem pertanian) di Bali. “Namun Subak di Bali mengalami ancaman, karena lahan pertanian makin terkikis,” ujar Nuada.
Kata dia, Pemprov Bali juga diminta mengupayakan melakukan kajian terkait dengan daya tampung Bali. Menciptakan pembangunan pariwisata yang berkeadilan. Sementara untuk mengatasi persaingan tidak sehat seperti masuknya guide asing pemerintah lebih pro dengan putra daerah supaya mereka dididik. Ketika banyak orang Bali tidak bisa menjadi pemandu mandarin maka pemerintah bisa mendidik mereka. “Turis itu tidak hanya numplek di Bali Selatan. Maka infrastruktur harus dibangun di Bali Utara juga. Untuk masuknya guide luar itu tidak bisa dibendung. Maka itu peran pemerintah lagi,” ujar Nuada. *nat
Bimtek yang diikuti oleh sejumlah praktisi pariwisata, Dinas Pariwisata Propinsi Bali, dan kalangan akademisi bidang pariwisata tersesebut mengerucut kepada terwujudnya Bali menjadi daerah tujuan wisata yang berkualitas. Hadir Kadis Pariwisata Propinsi Bali Anak Agung Yuniartha, anggota Komisi X DPR RI Dapil Bali Putu Supadma Rudana, Tim Ahli Kemenpar Agus Santoso.
Anak Agung Yuniartha menyampaikan Bali kedepan tidak lagi mengandalkan dari sisi jumlah kunjungan turis ke Bali. Namun sudah harus membuat pola supaya kunjungan turis di Bali meningkat dari sisi kualitas. Turis yang berkunjung tidak lagi yang kelasnya ecek-ecek. “Jadi tidak hanya mengejar jumlah saja kita ini. Dari sisi kualitas turis yang datang ke Bali juga jadi target kita,” ujar Yuniartha.
Menurut Yuniartha ketika kunjungan turis ke Bali jumlahnya besar tidak memiliki kualitas, akan menimbulkan persaingan yang sangat tidak sehat. Maka perlu ada terobosan-terobosan, salah satunya dengan membangun infrastruktur. “Ya salah satunya bangun infrastruktur di Bali. Seperti Bandara, infrastruktur jalan,” ujar Yuniartha.
Sementara anggota Komisi X DPR RI Putu Supadma Rudana mengatakan pemerintah Bali harus segera realisasikan Bandara Buleleng (Bali Utara). Saat ini dengan Bandara Ngurah Rai yang memiliki runway tidak memadai , pesawat berbadan besar tidak bisa mendarat. Belum lagi kroditnya luar biasa. “Jadi Bandara Buleleng mendesak diwujudkan. Pemerintah Bali harus suarakan itu di pusat supaya pembangunannya dipercepat. Hal ini menjawab tantangan ketika turis ke Bali itu jumlahnya besar,” tegas politisi asal Desa Peliatan Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar ini.
Supadma Rudana mengatakan ada pergeseran kunjungan turis ke Bali. Pasar China dan India paling banyak ke Bali. “Memang turis ke Bali itu sudah meningkat terus. Tetapi jangan lupa mereka yang datang ke Bali itu berdasarkan investigasi saya yang kelasnya menengah ke bawah. Yang turis berkelas itu datangnya ke Jepang, ke Amerika, Spanyol. Beberapa ada ke Singapura untuk shopping saja. Bali pada era tahun 1970-an itu turisnya berkelas. Sekarang malah bergeser ke jumlah. Ini pekerjaan rumah pemerintah di Bali. Saya tampung Bali harus dipikirkan. Harus revolusi dikit. Persaingan ketat, guide asing masuk, hotel murah-murah karena banting harga,” ujar Supadma Rudana.
Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia ini mengatakan Indonesia memiliki Bali yang destinasinya sudah sangat terkenal. Yakni destinasi adat, seni, tradisi, budaya, alamnya. Sehingga destinasi ini saja kita jual. Promosikan, Bali bisa menjadi tujuan turis yang berkelas. “Bukan kelas turis yang datang ke Bali belanjanya di mini market, makannya di kamar. Restaurant di Bali sepi. Ini harus dipikirkan Kementerian Pariwisata. Kalau perlu dana promosi kami di DPR RI siap memfasilitasi,” ujar alumnus Webster University Amerika Serikat ini.
Sementara salah satu praktisi pariwisata I Nyoman Nuada dalam pertemuan tersebut mendukung revolusi dibidang pariwisata di Bali. Artinya Bali tidak hanya kejar jumlah saja. Selain itu Bali juga menyiapkan destinasi yang tidak ada saingannya. Bali memiliki destinasi Subak (sistem pertanian) di Bali. “Namun Subak di Bali mengalami ancaman, karena lahan pertanian makin terkikis,” ujar Nuada.
Kata dia, Pemprov Bali juga diminta mengupayakan melakukan kajian terkait dengan daya tampung Bali. Menciptakan pembangunan pariwisata yang berkeadilan. Sementara untuk mengatasi persaingan tidak sehat seperti masuknya guide asing pemerintah lebih pro dengan putra daerah supaya mereka dididik. Ketika banyak orang Bali tidak bisa menjadi pemandu mandarin maka pemerintah bisa mendidik mereka. “Turis itu tidak hanya numplek di Bali Selatan. Maka infrastruktur harus dibangun di Bali Utara juga. Untuk masuknya guide luar itu tidak bisa dibendung. Maka itu peran pemerintah lagi,” ujar Nuada. *nat
Komentar